"Berhenti ganggu dia Liset?!" Geram, Ghibran menekan tiap katanya.
"Kenapa? kenapa lo memperlakukan dia sepesial Fian??" Liset mengadah, menatap penuh marah pada Ghibran.
Fian -nama yang Liset sematkan untuk sahabat kecilnya. Dulu mereka selalu bermain dan menghabiskan waktu bersama, bercanda gurau bahkan sempat merencanakan masa depan dengan apik.
Liset bergantung pada Ghibran, karena hanya dia yang selalu menemani Liset saat kedua orang tuanya sibuk mengurusi bisnis.
Liset mengharapkan Ghibran, karena hanya dia yang memberikan tawa di saat kesepian.
Liset membutuhkan Ghibran, karena hanya dia yang menenangkan tangis Liset saat kedua orang tuanya melupakan hari ulang tahun dirinya.
Ghibran memperlakukannya dengan baik, namun saat Kansa datang secara perlahan Ghibran berubah, dia tidak sehangat mentari di pagi hari lagi.
Liset cemburu saat tau ada perempuan yang Ghibran perhatikan selain dirinya.
Liset marah saat ada perempuan lain yang di perlakukan Ghibran semanis dirinya, bahkan lebih manis.
Liset merasa sesuatu terambil dari dirinya. Dia ingin menjauhkan Ghibran dari Kansa, karna perempuan itu membuat Ghibran melupakannya.
"Cause she is mine" penuturan Ghibran membuat Liset menggeleng tak rela
"No Fian, dia cuma jalang kecil buat lo"
"Jaga ucapan lo liset" Andai perempuan di depannya ini bukan sahabat kecilnya. Sudah di pastikan Liset akan remuk di tangannya.
Agnia terdiam, dirinya berada di sisi kanan Kansa, jelas dia mendengar percakapan yang terjadi.
Agnia memilih pergi, semuanya bukan urusan dia lagi. Namun belum sempat melangkah jauh kerah bajunya di tarik kebelakang, Agnia terpaksa mundur kembali.
"Ihh apaan sih?" Agnia menggeplak tangan yang menariknya, saat berbalik melihat pelakunya Agnia langsung melengos malas.
"Ap- "
"Ikut gue!"
Agnia lagi lagi di tarik oleh orang yang sama, dengan paksaan pula.
Setelah sedikit jauh dari tempat Ghibran laki laki itu menyentakan tangan Agnia.
"Bukan hanya Liset pasti lo juga berulah?" tanyanya menuduh, Matanya menyorot Agnia dengan tajam.
"Apa yang mau gua jelasin he? gua fikir lo ga cukup buta buat liat gua tadi" Berucap dengan sebal, Lelaki itu setelah menariknya tanpa aba aba, lalu menuduhnya.
Yah, Sky ternyata cukup bego untuk menjadi scondlead
"Jangan macem macem Azura" Nada dengan sorot memerintah terucap.
"Gua ga perduli tentang lo ataupun cewe yang lo suka itu, jadi ga perlu ngancem gua Sky Rainal Anuraga" Agnia berbalik pergi meninggalkan Sky yang masih menyorot punggung Agnia.
***
"Kenapa lo? kepikiran Azura?"
Sky melengok pada orang yang berbicara, Dia Jian Faddi Utama salah satu sahabatnya.
Sky hanya menganggkat bahu acuh, enggan mengakui bahwa memang dia sedang memikirkan Gadis yang Amnesia itu.
"Ngerasa kesepian eh?" ujar Jian mengejek. Sky mendengus, tidak membenarkan apa yang di ucapkan Jian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azura sang Figuran
FantasyGadis itu, Agnia Rahayunda -dia memiliki takdir yang terus mengobrak abrik hidupnya. Bagaimana mungkin jiwanya tersangkut di dalam Novel, lalu dia harus menelan kenyataan bahwa dirinya mengisi tubuh figuran dengan akhir -gila- karena rasa cintanya...