Suara shower dari dalam kamar mandi tak kunjung berhenti, Evelyn yang sudah menghabiskan 30 menit untuk mandi masih tak kunjung keluar.
Tok.. Tok.. Tok..
"Ini siapa ya di kamar mandi lama banget? Aku kebelet pup nih!" Teriak Jesselyn.
"Pup di kamar mandi papa mama aja, aku masih lama." Sahut Evelyn dari dalam kamar mandi.
Evelyn berdiri di bawah shower yang terus mengeluarkan air hangat. Kenapa ya dia kasih surat segala? Kenapa tiba-tiba dia seperti itu? Dia kan lagi sama Elisa, kok berani ya kasih aku surat? Evelyn terus memikirkan alasan mengapa Charles memberinya surat di pesta perpisahaan semalam.
"Bentar.. dari pada aku penasaran nggak jelas, kenapa aku nggak buka aja ya suratnya?" Evelyn mematikan showernya dan segera mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya dan mengenakan piyama pink.
Evelyn membolak-balikkan surat dari Charles, dengan memejamkan matanya ia mulai menarik nafas dan membuka surat dari Charles. Dibacanya surat itu perlahan-lahan, Evelyn hanya tertegun dan bingung.
Setelah semua kata usai dibaca, Evelyn mulai mengambil kertas binder dan juga pulpen, ia mulai menulis untuk membalas surat Charles.
Thank you kamu sudah mau memperjuangkan aku. Kalau untuk balikan aku nggak ngerti tapi, yang jelas aku nggak bisa sekarang. Nggak tahu juga kalau soon, mungkin kita bisa balikan lagi.
-Evelyn Holland-
Evelyn melipat kertas binder berukuran A5 itu menjadi dua dan dimasukkannya ke dalam amplop berwarna coklat. Diangkatnya surat itu dan Evelyn memandanginya dengan senyuman penuh serah.
"Mungkin ini jawaban terbaik yang bisa aku katakan padanya." Evelyn menghela nafas. Ia berdiri dan memasukkan surat itu ke dalam tasnya.
Surat itu menjadi barang terakhir yang diterima oleh Charles dari Evelyn. Waktu itu juga menjadi kali terakhir mereka bertemu di jenjang SMP.
o0o
Liburan kenaikan kelas telah usai, kali ini Evelyn tak lagi menggunakan seragam putih biru melainkan putih abu-abu. Dengan tubuh yang kian meninggi dan rambut yang semakin panjang, membuat gadis ini terlihat cantik dan anggun meskipun memakai seragam.
"Loh Evelyn? Kamu juga sekolah di sini?" Tanya Yulita terkejut sambil mendekati Evelyn.
"Iya, kamu juga di sini?" Evelyn bertanya.
"Iya, aku nggak nyangka sih kita bakalan satu sekolah."
"Iya sama aku juga nggak nyangka sih. Aku kira kamu bakalan ke Surabaya."
"Nggak lah aku udah terlanjur nyaman tinggal di kota ini."
Mereka berjalan bersama menuju kelas masing-masing. Hari ini siswa pulang lebih awal dan belum diadakannya pelajaran. Hanya sebatas perkenalan diri, teman-teman serta guru yang menjadi wali kelas untuk 1 tahun ke depan.
Hari pertama menjadi siswa SMA membuat waktu terasa sangat cepat. Kini saatnya mereka pulang karena pelajaran telah usai.
Tik...Tik..Tik...
"Wah sudah musim hujan aja." Evelyn menyodorkan tangannya dan hujan mulai membasahi.
"Halo... Iya, bisa jemput sekarang atau tunggu hujan reda dulu?"
"Oh oke deh, aku tunggu di lobby sekolah ya."
Evelyn mengakhiri panggilan dan menuju ke area tunggu pada lobby.
KAMU SEDANG MEMBACA
SATU DEKADE
RomantizmIni adalah sebuah kisah nyata seorang gadis yang sedang mencari seorang pria yang mampu membuatnya berpaling seutuhnya. Seseorang yang sungguh mampu memantapkan hatinya untuk tak lagi melirik ke belakang dan terus menatap ke depan. Namun apalah daya...