CHAPTER 17
CROSSING THE LINE
Delilah baru saja selesai makan siang bersama Yoshi. Tidak jauh dari Magnolia terdapat suatu kedai yang menyediakan menu masakan Sunda dengan harga yang sangat ramah di kantong. Kedai itu jadi tempat favorit para karyawan Magnolia untuk mengisi tenaga saat jam istirahat karena selain memiliki menu yang beragam dengan harga murah, masakannya juga dapat diterima lidah dengan sangat baik.Langkah Delilah melambat ketika mereka melewati minimarket saat mereka akan kembali ke Magnolia. Gadis itu teringat akan Kara yang masih berada di dapur saat jam istirahat. Terlihat sekali dia tengah sibuk memastikan agar pesanan pelanggan dapat selesai tepat waktu. Yoshi bilang, hari ini mereka harus menyelesaikan pesanan pelanggan dengan jumlah yang tidak main-main sebelum sore tiba. Karena itu para karyawan Magnolia sudah terlihat sangat sibuk sejak kemarin.
Menyadari Delilah yang melambatkan langkah dan kini agak tertinggal di belakangnya, Yoshi seketika berhenti berjalan dan membalikkan tubuhnya.
"Kenapa, La?" tanya rekan kerjanya.
"Aku mau mampir ke situ dulu ya, Yos," ujar Delilah sembari menunjuk minimarket yang mereka lewati. "Kamu kalau mau balik duluan ke toko, nggak apa kok."
"Oh, ya udah. Gue juga harus buru-buru balik duluan supaya bisa lanjutin kerjaan dan gantian sama anak dapur lain yang belum istirahat," terang Yoshi. "Tapi lo beneran nggak apa nih gue tinggal?"
Gadis bertungkai panjang itu menggeleng. "Nggak apa kok, Yos. Aku mau mampir beli sesuatu dulu."
"Ya udah. Duluan ya, La," pamit Yoshi sebelum kembali melangkahkan kakinya.
Begitu Yoshi pergi, Delilah segera melangkahkan kakinya menuju minimarket. Saat berada di dalam, dia segera mengambil dua buah snack bar. Lalu gadis itu menghampiri konter yang menjajakan minuman hangat maupun dingin. Dipesannya segelas kopi hangat. Setelah mendapatkan semua yang ingin dia beli, Delilah segera membayar belanjaannya sebelum meninggalkan minimarket itu.
Sesampainya di dapur, gadis itu segera bergerak menuju dapur. Dilihatnya Kara tengah fokus menuangkan cairan gelatin ke atas permukaan tart yang telah dihias rapi dan menarik dengan potongan-potongan buah mangga serta peach. Perempuan itu sampai tidak menyadari keberadaan Delilah. Kara baru sadar gadis itu sudah berada di sisinya ketika dia melihat tangannya yang terjulur untuk meletakkan segelas kopi yang masih cukup beruap juga dua buah snack bar di samping tart yang baru selesai dia hias.
"Hey," sapa Kara. "Buat gue?" tanyanya kemudian sambil meraih salah satu snack bar yang sempat Delilah letakkan di atas meja.
Gadis itu mengangguk. "Kak Kara pasti belum sempat makan kan?"
Kara menatap sekilas jam tangannya yang hampir menunjukkan pukul satu siang. Perempuan itu lalu membuka pembungkus snack bar yang dia ambil. "Thanks, Delilah," katanya kemudian, yang disambut anggukan singkat gadis itu.
"Aku ke depan dulu ya, Kak," pamit Delilah.
Sebelum gadis semampai itu sempat melangkahkan kaki, Kara menahan lengannya hingga membuatnya harus bertahan di tempat.
"Kuliah lo nanti selesai pukul berapa?" tanya Kara.
"Hmm... Kelas terakhirku selesai pukul delapan, Kak," sahut Delilah. "Ada jam tambahan buat gantiin kelas yang minggu lalu sempat kosong. Kenapa?"
Kara menggelengkan kepala. "Cuma iseng tanya. Gih sana balik kerja. Yang semangat ya supaya kita bisa dapat banyak pelanggan."
Kalimat terakhir yang Kara lontarkan membuat Delilah tersenyum. Gadis itu lalu berjalan keluar untuk mulai kembali bekerja. Sama halnya dengan Kara yang lanjut menuangkan gelatin pada permukaan tart lainnya sambil sesekali menyesap cairan kecokelatan yang Delilah berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...