.
.
.
Menjelang malam, Jimin mengusulkan untuk beristirahat sejenak. Mereka kemudian berhenti di dekat tebing berbatu. Meskipun tempatnya cukup berbahaya, namun tempat ini aman dari jangkauan siapapun. Ya, setidaknya itu yang sempat mereka pikirkan sebelumnya. Mereka duduk melingkar di depan api unggun, mengisi energi dengan beberapa buah dan hasil tangkapan berburu sore tadi. Jimin terus melihat sekeliling, memastikan semuanya aman.
"Aku tahu tempat ini jarang dikunjungi banyak orang, namun kita harus tetap waspada." Jimin bicara saat ia merasa cukup memperhatikan sekitar.
"Waspada memang perlu. Aku setuju saja." Seokjin menyahut cepat. Ia kemudian mengangguk dan ikut memperhatikan sekeliling.
"Ini perasaanku saja atau memang suasana tempat ini tidak nyaman? Aku merasa daerah ini cukup berbahaya." Hoseok berdiri dan hendak bersiul untuk memanggil Aquilla.
"Tidak. Hentikan! Kau akan menarik perhatian jika memanggil elangmu sekarang." Yoongi menarik tangan Hoseok, mencoba menghentikan tindakan yang akan pemuda itu lakukan.
"Sejak kita keluar dari hutan itu, aku merasa suasana di sini terlalu .... dingin. Tempat ini terlalu sunyi dan juga terlalu mencekam." lanjut Yoongi.
Yang lain mengangguk setuju. Mereka tetap waspada hingga sepakat untuk tidur saling berdekatan.
"Tetap hangatkan tubuh kalian. Usahakan tidak berada di tempat yang gelap sendirian." RM memberikan instruksi yang diangguki oleh semua orang.
Suasana tempat ini berbeda dengan tempat sebelumnya yang mereka kunjungi. Jungkook bahkan mengakuinya. Sejak tadi bahkan tubuhnya menggigil dan bulu kuduknya meremang. Kesunyian tempat ini terlalu menakutkan. Jungkook menghela napasnya, ia tengah bersiap tidur saat tiba-tiba Jimin bangun dan menatap ke arahnya.
"Jungkook, bisa ikut denganku sebentar," nada suara Jimin jelas memberi perintah untuknya. Maka dengan gerakan perlahan, Jungkook bangkit dan mengikuti Jimin yang berjalan ke arah suatu tempat.
"Kalian mau ke mana?" Seokjin menatap Jimin dan Jungkook bergantian.
Keduanya perlahan menoleh. Jungkook tidak tahu harus menjawab apa. Ia kemudian menatap Jimin yang tengah tersenyum tipis.
"Buang air. Kau mau ikut?"
Seokjin mendengus saat mendengar jawaban Jimin. Pemuda itu kemudian menyamankan kembali posisinya dan perlahan memejamkan mata. Senyum di wajah Jimin lenyap. Pemuda itu kemudian menoleh ke arah Jungkook.
"Ayo!"
Keduanya kembali berjalan. Mencari tempat yang cukup jauh dari jangkauan teman-temannya.
Namun tanpa mereka sadari, Yoongi yang masih berbaring menatap kepergian Jimin dan Jungkook dengan mata menyipit. Ia perlahan bangun dan hendak mengikuti dua orang tadi sebelum sebuah suara mengejutkannya.
"Kau juga ingin pergi?" RM menatap Yoongi dengan posisi berbaring menyamping. Matanya terpejam, namun sepertinya RM bisa merasakan gerakan kecil Yoongi yang berbaring tak jauh darinya.
"Tidak. Aku hanya ingin menambahkan kayu bakar." Yoongi menjawab pelan. Ia kemudian mengambil sebuah kayu berukuran sedang dan melemparnya pada kobaran api unggun. Matanya terus menatap ke arah terakhir kali ia melihat Jimin dan Jungkook.
.
.
Di sisi lain, Jungkook terus mengikuti Jimin yang perlahan berjalan menjauh. Mereka menerobos semak-semak tanpa penerangan sedikitpun. Tak ada satupun bintang dan bahkan bulan tak terlihat. Jadi, Jungkook merasa ia tengah berjalan dengan mata tertutup. Tempat ini sangat gelap, ia bahkan tak yakin mampu berjalan lurus jika tidak mengikuti jejak Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanfictionJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...