DEALING

23 4 0
                                    

"Penerbangan anda satu jam lagi, tuan." Ferrel, staf Decode Security, melirik sekilas ke arah majikannya yang masih membisu sejak memasuki mobil.

"Tuan, anda butuh sesuatu?"

Arthur Decode mengangkat kepalanya sebentar dari ponsel pintarnya. "Antar aku ke tempat biasa, Rel."

"Baik tuan."

Selanjutnya Ferrel memutar kemudi menuju tempat yang selalu didatangi Arthur sebelum melakukan kegiatan bepergian jauh. Sebagai satu-satunya pewaris Decode Company, Arthur sudah memegang jabatan tersebut selagi muda.

Tidak ada penolakan atau persetujuan.

Semua sudah digariskan kepadanya. Disisi lain Arthur tergolong beruntung karena kedua orang tuanya tidak memberi pressure besar terhadap dirinya. Dia hanya perlu menyesuaikan diri. Dengan dunia yang kadang terasa amat kompleks. Dia sudah mengenal persaingan sejak mulai bergabung dengan jajaran manager dan dia cukup tahu beberapa anggota eksekutif tidak begitu menyukai keberadaan dirinya sebagai pimpinan. Beruntung masih ada Decode Security yang mendukungnya penuh.

Perjalanan mereka memasuki sebuah kawasan pemakaman sederhana. Arthur memberi kode terhadap Ferrel agar tetap menunggu di mobil. Arthur melangkah turun dan memasuki barisan pekuburan sebelum berhenti pada sebuah gundukan kecil.

"Halo Kak. Apa kabar?"

Meski usianya hampir genap dua puluh delapan, Arthur selalu menganggap dirinya sebagai adik bila diperhadapkan dengan batu nisan kecil bertuliskan Simon Decode didepannya. Cerita kelam itu sudah menjadi rahasia kecil diantara beragam rahasia besar milik keluarga Decode.

Andai, dulu bayi mungil itu berhasil selamat dan tumbuh besar, sudah barang tentu hidup Arthur akan jauh lebih mudah. Tetapi Arthur tidak mempermasalahkannya.

Takdir tidak bisa diubah.

Cerita itu sendiri baru diketahuinya saat usianya beranjak remaja, ketika tanpa sengaja menemani ibunya diruang baca.

"Ok kak, doakan aku selalu dari surga, biar aku tetap membuat bahagia ayah dan ibu." Bisik Arthur memanjatkan doa kecilnya sebelum beranjak kembali menuju mobil.

Perjalanan kali itu mengharuskannya untuk hadir dalam sebuah penggalangan dana sekaligus peresmian gedung darurat tempat distribusi bantuan terhadap para korban bencana alam. Bencana longsor besar membuat sebagian besar daerah yang terkena kehilangan korban jiwa maupun tempat tinggal. Pemerintah setempat telah turun tangan untuk mengatasi tetapi dirasa belum cukup karena kabar tentang para korban yang mulai jatuh sakit karena keterbatasan makanan maupun tempat istirahat yang layak. Karena itulah Decode tertarik untuk ikut terlibat.

Sejak lama Decode memang terkenal melakukan misi kemanusiaan disamping mengembangkan kerajaan bisnis dan berbagai tempat usaha mereka. Yang mencolok dari keluarga tersebut adalah penolakan untuk terlibat dalam urusan politik pemerintahan. Sudah menjadi tradisi sejak pemimpin pertama Decode mengembangkan usaha mereka dari awal, seluruh keturunan tidak diizinkan bergabung dengan pemerintahan secara berlebihan. Kerja sama secara umum memang sering terjadi tetapi salah satu anggota keluarga yang menjadi anggota dewan yang bekerja kepada pemerintah, takkan pernah disetujui. Karena titah dari pimpinan tertua Decode mengatakan kekayaan mereka berasal dari apa yang mereka usahakan bukan semata-mata dari campur tangan negara atau pemerintah.

"Rel, sebelum pulang jangan lupa mampir ke Bakery langganan ibuku."

Ferrel mengangguk lagi. Perjalanan itu berhenti ketika Ferrel menurunkan kecepatan saat memasuki kawasan bandara. Lelaki itu memarkir sebentar dan turun mendampingi Arthur hingga melewati proses pengecekan keamanan. Arthur memilih menggunakan pesawat pribadi yang sudah stay menanti kehadirannya.

DEALINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang