Hujan.Hujan yang datang secara tiba-tiba.
Haechan mengalihkan pandangannya dari Ramyun yang sedang ia makan, sumpit yang menjepit makanannya itu dia biarkan berada di depan wajahnya. Ditatapnya air yang bergulir dan jatuh bersama ke atas aspal.
Udara menjadi begitu dingin.
"Ramyun, teopokki dan hujan memang kombinasi yang cocok kan?"
Pertanyaan absurd dari Jaemin membuatnya kembali mengalihkan perhatiannya, ia menggeleng lantas memakan makanan yang sudah siap berada di depan mulutnya. "Memang, tapi aku membencinya."
Jaemin mengerutkan keningnya, aneh, ini jawaban teraneh yang pernah Jaemin dengar. "Lalu, apa yang kau sukai?"
Haechan terdiam sejenak, ia menjawab singkat sebelum memasukkan potongan teopokki itu ke dalam mulutnya. "Tidak ada."
"Sepertinya kau bermusuhan dengan hujan ya?" Tanya Jaemin, ia dapat melihat kekosongan di mata Haechan ketika mata itu menatap ke arah rintikan air yang berjatuhan dari langit.
"Ya."
Jaemin sedikit terperangah kala Haechan membalasnya, ada yang aneh dengan Haechan. "Apa aku boleh mengetahuinya?"
Hening sejenak, Haechan kembali menyuap Ramyun dan teopokki di hadapannya. Meminum cola miliknya. "Tragedi itu. Aku selalu mengingatnya."
Kini Jaemin tahu, banyak luka yang bersembunyi dibalik tubuh tegap seorang Lee Haechan. Banyak ketakutan yang selalu menghantui pemuda ini, mungkin karena itu Haechan menutup dirinya. Ia hanya tidak ingin orang-orang melihatnya dengan pandangan kasihan dan iba.
Dielusnya tangan Haechan yang bergetar. Jaemin yakin, walaupun Haechan tidak menangis, pasti jauh di dalam hatinya ia sedang menangis.
Pemuda bersurai biru itu tersenyum kala kepala dengan surai ash purple itu mendongak menatapnya. "Tidak apa-apa, kau bisa berbagi padaku. Aku akan menyerahkan pundakku untuk membantu meringankanmu."
Haechan tertegun. Apa... Jaemin serius dengan ucapannya.
Netranya menelisik ke dalam netra gelap Jaemin, mencari kebohongan disana. Namun nihil, hanya ketulusan yang Haechan dapat ketika menyelaminya. Dan itu membuat Haechan sedikit merasa aman dan nyaman.
Apa dia harus mempercayai Na Jaemin?
===
Haechan menekan angka tujuh pada lift yang dimasukinya bersama Jaemin, pemuda Na itu benar-benar mengikutinya sejauh ini.
Sesekali melihat alamat yang dikirimkan Lee Seola pada Handphone milik Jaemin.
"Aku merasa tidak asing dengan alamat ini." Guman Jaemin seraya memperhatikan lamat alamat yang tertera di handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Blood and Direction || Lee Haechan
Mystery / ThrillerYang ada dipikiranku hanyalah kemana aku melangkah, aku tak punya pertanyaan lain selain itu. Jadi jangan membuatku berfikir dengan menanyakan akan jadi apa aku kedepannya nanti, itu tak akan ada gunanya. Pulang untuk Pergi, dan Pergi untuk Pulang. ...