Ketegangan terasa di depan ruang bersalin. Jungkook, Somi, ayah dan ibu Saehee serta ayah dan ibu Jungkook terlihat tegang dan khawatir. Ayah Jungkook tak henti mondar-mandir di depan pintu ruang bersalin. Jungkook terlihat menutup mata dengan khitmad sambil menautkan kedua tangannya yang berpangku di pahanya. Bibirnya tak henti-hentinya merapalkan doa agar istrinya yang tengah berjuang di ruang bersalin dapat melahirkan anak mereka dengan selamat dan lancar. Ibu Saehee tengah menggenggam erat tangan suaminya. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang sangat dalam. Putrinya pasti tengah berjuang sangat keras di dalam.
Seorang perawat muda keluar dari ruang bersalin. Semua yang ada disana sontak berdiri dan berjalan mendekati wanita muda itu. Mata mereka menyiratkan pertanyaan yang sama walau tanpa diucapkan. ‘Apakah Saehee baik-baik saja?’
“Tuan Jeon, anda di persilahkan masuk menemani Nyonya Kang didalam,” tuturnya.
Tanpa ba-bi-bu Jungkook segera masuk kedalam ruangan, meninggalkan keluarganya yang tengah deg-degan menanti kelahiran anggota keluarga baru mereka.
Terlihat Saehee dengan peluh yang membanjiri wajah dan tubuhnya tengah meraung menahan sakit yang luar biasa. Jungkook terdiam sesaat. Hatinya begitu nyeri melihat wanitanya tengah berjuang melawan maut demi melahirkan putra pertama mereka. Kakinya seakan lumpuh seketika saat melihat perjuangan Saehee, rasa sakit luar biasa yang ditahannya, juga airmata yang bisa Jungkook lihat menetes di pipi istrinya. Dokter yang tengah menangani Saehee membangunkan Jungkook dari lamunannya. Dengan kebingungan dan kekhawatiran ia menghampiri Saehee, menyunggingkan senyum tipisnya di hadapan Saehee. Mata mereka bertemu; mata berair Saehee dan mata penuh kekhawatiran Jungkook. Sebagai suami, ia tak tahu harus melakukan apa. Tangannya menggenggam erat tangan Saehee yang tengah menjerit menahan nyeri seraya kembali menyunggingkan senyum, berusaha meyakinkan Saehee bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Nyonya Kang, tolong dorong sesuai aba-abaku ya,” ucap dokter wanita yang mengenakan pakaian operasi berwarna hijau lengkap dengan masker dan penutup kepalanya.
Kang Saehee hanya mengangguk pasrah. Rasa sakit ini benar-benar luar biasa, bahkan membuatnya tak punya tenaga lagi untuk sekedar menyahut perkataan sang dokter.
“Dorong!”
“Ennngggghhhhh!”
Tubuh Saehee segera merespon dan sekuat tenaga mendorong bayinya keluar. Tangannya menggenggam erat tangan Jungkook, seakan bisa mematahkan tangan kekar pria itu.
Jungkook ikut menutup mata seolah tengah menyalurkan tenaga yang ia miliki kepada Saehee. Gemeretak giginya terdengar cukup nyaring di adegan yang lebih mirip adu panco itu. Ya, adu panco. Jungkook seperti tengah melakukan pertandingan adu panco tingkat nasional melawan istrinya sendiri.
Nafas Saehee memburu begitu dorongan pertama selesai ia lakukan. Ia menatap Jungkook dengan cukup sinis.
“Ini semua karna kebodohanmu.” Satu tangannya yang masih bebas dengan segera mendarat tepat di kepala pria itu, membuat Jungkook mengeluh sakit sambil menatap heran kearah Saehee. “Jika kau tidak keras kepala melakukannya tanpa pengaman, mungkin kita masih bisa menunda bayi sampai tahun depan. Dasar Jeon Jungkook sialan!” umpat Saehee dengan suara nyaring, seakan energi di tubuhnya kembali pulih hanya untuk memaki dan memarahi Jungkook.
Jungkook hanya menyengir polos. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Tak mungkin ia meladeni istrinya saat ini. Momen yang seharusnya diliputi rasa haru malah terselip adegan tak terduga yang bahkan membuat dokter dan 2 perawat disekitar mereka menahan tawa.
“Baiklah baiklah. Aku minta maaf. Tolong berjuanglah sedikit lagi,” tutur Jungkook pasrah.
Tangan Saehee kembali memukul Jungkook beberapa kali sambil merintih kesakitan, membuatnya membagi rasa sakitnya dengan memukul Jungkook. Jungkook pasrah dan tak melawan. Ia tak menepis atau mengelak, hanya membiarkan dirinya menjadi samsak hidup istrinya yang tengah bersalin itu. Tenaganya cukup kuat untuk seukuran wanita yang tengah melahirkan. Dokter dan para perawat itu kini tak bisa lagi menahan tawa mereka saat melihat Jungkook yang berbadan kekar takluk di depan istrinya. Mereka cekikikan sambil mengabaikan tatapan Jungkook yang lumayan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanfictionDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...