I found you (KuroKen or OmiKen)

569 20 0
                                    

"hah hah" deru nafas itu membuat uap dari suasana yang dingin mengepul dari bibir mungil yang sedikit bengkak itu. Pria dengan surai bagai puding yang panjang seleher itu berlari sekuat tenaga sembari menoleh ke arah belakangnya, hanya untuk memastikan apakah orang-orang itu masih mengejarnya.

Pemuda mungil itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tentu saja, pakaian minim masih melekat di tubuhnya yang penuh bekas luka, goresan benda tajam, bekas gigitan, pukulan, dan rantai yang melingkar di kakinya.

Rantai yang sepertinya di patahkan dengan paksa itu mengeluarkan bunyi setiap kali ia melangkah. Surai selehernya terasa lengket karena keringat yang jatuh membasahi tubuhnya.

Gang yang sempit dan sunyi itu menjadi saksi bisu ketakutannya. Takut jika ia harus kembali ke rumah itu. Rumah yang tidak seperti bayangannya.

Bukankah rumah seharusnya menjadi tempatmu pulang? Tempatmu mengistirahatkan tubuh akibat lelah seharian?

Rumah seperti itu yang pemuda puding itu inginkan, bukan rumah yang penuh dengan berbagai aturan -yang katanya- untuk kebaikannya. Tapi semakin bertambah usianya, semakin lancar jalan otaknya.

Walaupun obat-obatan sialan itu atau serum berwarna biru itu mengalir di darahnya. Ia masih bisa berpikir layaknya manusia pada umumnya.

Itu bukan rumah! Itu hanya kandang berkedok emas.

"dia lewat sana!" kata-kata itu terdengar dengan suara berteriak dari arah belakangnya, membuat pemuda itu kembali mempercepat larinya dengan detak jantungnya yang bergejolak karena merasa akan bahaya yang mengintai.

Ia tak mau kembali kesana! Tidak lagi!

Saat mata kucingnya menangkap sebuah tempat yang cocok untuknya bersembunyi, ia lantas berbelok ke arah tersebut. Masuk ke dalam celah antara dinding satu dengan yang lainnya. Kakinya yang sudah lelah membuatnya langsung terduduk.

Tapi detak jantungnya kembali menderu dengan cepat ketika telinganya mendengar banyak langkah kaki. Ia membekam mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan suara, tanpa sadar ia menahan nafas.

Lalu derap kaki dari banyak orang yang berlari mengejarnya itu terdengar, melewati tempat persembunyian pemuda itu. Membuat ia bernafas lega saat langkah kaki itu terdengar semakin jauh.

Pemuda manis bersurai puding itu menetralkan detak jantung dan nafasnya yang memburu. Tangan lentiknya secara perlahan menyeka peluh yang ada di dahinya. Bersandar dengan nyaman pada dinding di belakangnya, tapi tiba-tiba penglihatannya memburam. Ia mengerjap, tapi titik-titik hitam itu semakin lama semakin meluas. Membuatnya jatuh hilang kesadaran.

Tubuhnya yang rapuh dan penuh luka itu terbaring di tanah kotor, membuat seseorang yang tadinya ingin membuang sampah tak bisa mengabaikannya.

~♥~

Kozume Kenma, namanya. Membuka kelopaknya perlahan sembari membiasakan cahaya. Menoleh perlahan dan menghela nafas lega saat tau ia tak berada di rumahnya yang sebelumnya. Tapi dimana? Secara insting ia duduk dan baru sadar bahwa dirinya tadi berbaring di kasur nyaman yang lembut dan hangat.

Tubuhnya yang penuh lukapun di obati, pakaiannya yang tadinya tidak bisa di katakan sebagai pakaian pun terganti dengan hoodie besar yang lembut. Rantainya, yang mengukat kakinya juga kini tak ada, tergantikan oleh perban yang meliliti luka pergelangan kakinya. Menandakan ia benar-benar tidak berada di rumah itu, pria itu belum menemukannya, ia aman.

Ceklek

Suara pintu dibuka membuatnya menoleh waspada, dan ia dapat melihat pria tinggi bersurai hitam legam dengan model aneh masuk ke dalam kamar dengan nampan berisi makanan. Lalu keduanya saling tatap. Manik kucing Kenma meneliti dengan seksama pada pria aneh yang terdiam menatapnya.

Oneshoot/twoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang