Seorang gadis bertubuh mungil berkulit sawo matang berjalan di koridor kampus di sebuah universitas di Surabaya. Tangan kirinya menenteng sebuah tas dan membawa tumpukan buku. Hari yang melelahkan baginya dan juga teman-temannya. Baru saja ia menyelesaikan pembekalan KKN dan juga rapat koordinasi. Jingga menggerutu, hari ini juga menyebalkan baginya. Ferry yang di tunjuk teman-temannya menjadi ketua kordes (koordinator desa), namun dirinya yang di tunjuk Ferry sebagai sekretaris.
"sialan" makinya, ia terus terusan menggerutu di jalan. Ia sangat tau, Ferry mahasiswa yang berbeda jurusan dengan dirinya itu menyukainya dari MABA (mahasiswa baru). Jadi ketika tahu bahwa ia satu kelompok KKN, ia merasa mendapatkan kesempatan besar bersama Jingga."jangan aku dong Fer... kenapa harus aku sih, banyak temen-temen lain yang lebih berpotensi. Aku nggak pernah ikut organisasi, apalagi bikin laporan, bikin makalah aja aku suka copas dari internet" melasnya, namun Ferry hanya tersenyum dan tidak peduli.
"yaudah, nanti sama aku ngerjainnya. Aku bantuin" Jingga menghela nafas mengalah. Teman-temannya yang lain membahas hal penting pun ia sudah malas mendengarkan. Beberapa hari yang lalu adalah pengumuman kelompok KKN. Mata kuliah wajib bagi mahasiswa semester VI. Dalam kelompok itu, mereka berempat belas orang. Tujuh laki-laki dan tujuh perempuan.
Sumpah demi apa dia dijadikan sekretaris, masih ada Lusiana yang aktif di organisasi, atau Dinda yang pintar dan aktif di kelas meskipin tak suka organisasi. Mau jadi apa laporan KKN nya nanti.
Kalo di lihat-lihat Jingga ini cantik, banyak laki-laki yang tertarik padanya tapi bego nya kebangetan.ia takkan lupa, niatnya kuliah adalah agar dia keliatan ada kerjaan yang produktif daripada dimarahin mas Awan karena nonton drakor dan ngabisin duit Cuma-Cuma. Apalagi mas Awan sudah mengeluarkan ultimatum jika ia tidak mau kuliah, dia takkan mendapat uang jatah bulanan.
"jingga.." suara seorang laki-laki dengan deru motornya berhenti tepat di depannya, Ferry.
"pulang bareng aku ya, sekalian kerjain tugas materi pembekalan tadi" tawarnya. Jingga menutup mata, ia lupa ada tugas materi tadi yang harus diketik dan di bagikan kepada teman-teman kelompoknya besok.
"kamu aja deh Fer... aku lagi bete banget"
"aku bantuin Ngga... jangan khawatir..." Jingga memutar bola matanya, dengan terpaksa ia menaiki motor Ferry.
==========********************************============
Jingga membawa Ferry ke rumah. Rencananya mereka akan mengerjakan tugas di sana. Ada Awan, kakak Jingga yang kebetulan sudah pulang dari kantor
"siapa dek?"
"temen" jawab Jingga ketus
"mas nggak pernah lihat loh temen kamu yang ini" selidik Awan.
"iya mas... ini temen kelompok KKN ku. Mau ngerjain tugas disini" Awan mmengangguk, ia menyalami Ferry sebentar, berbasa-basi lalu kembali masuk ke kamarnya."kamu yang kerjain ya... aku terima beres pokoknya. Salah sendiri kamu pilih aku jadi sekretaris" sewotnya. Gadis itu masih senewen rupanya.
Laki-laki itu mengerdipkan mata. Sebenarnya dia laki-laki yang tampan dan pintar. Ia aktif sebagai sekretaris BEM di fakultas ekonomi. Yup, Jingga dan Ferry berada di satu fakultas yang sama, namun satu grup kelompok KKN mereka di acak dari fakultas yang berbeda.
Ferry sedikit pendiam dan cuek. Gayanya yang cool dan tak banyak bicara membuat gadis-gadis penasaran ingin memacarinya, kecuali Jingga. Dalam pertemuan pertama kali mereka saat MABA 3 tahun lalu, Ferry sudah melancarkan aksi pedekate nya dengan cara yang elegan. Beberapa kali bertemu di perpustakaan dan menanyakan apa ada yang harus dibantu mengenai makalah dan presentasi, tapi Jingga hanya menanggapinya biasa. Hingga Ferry tahu, Jingga tak terlalu meresponnya. Ya, Ferry tak terlalu gencar dalam pedekate karna tahu gadis itu memberi jarak dengannya, namun karena keeleganannya tersebut, dan Jingga yang berotak limited dalam mencerna keilmuan membuat Jingga jengah dengan sikap Ferry.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romance#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...