.
.
.
Saat ini dimas sedang bersiap-siap untuk pergi ke rumah aulia.
Dengan alasan agar tidak canggung.
Alibi seorang dimas.
"Mah, pah aku berangkat dulu."
"Lihat mas anak kita sepertinya sudah jatuh cinta." Goda sang ibu.
"Iya sayang sepertinya sedang ada yang kasmaran, lihat saja penampilannya rapih dan wangi." Sang ayah juga turut serta menggoda anak tunggalnya.
Oke stop it.
"Apaan sih kalian berdua." Ucap anaknya dengan nada datar, karena terlalu malas terus menerus di goda oleh orang tuanya.
Pria tampan itu berjalan kaki menuju rumah aulia.
Karena tempatnya berada di gang sempit, jadi dia terpaksa memarkirkan mobil sport- nya di depan gang.
Rumahnya tidak terlalu jauh jadi ia tidak terlalu lelah jika harus berjalan kaki.
Saat sudah sampai ia kebingungan. Pintu rumahnya tidak di tutup, tapi tidak ada orang.
Mencoba mengetuk pintu rumah yang tidak tertutup itu.
Tok tok tok
"Permisi, assalamualaikum."
Tidak ada jawaban dari dalam rumah itu.
Mencoba sekali lagi.
Tok tok tok
"Assalamualaikum."
Tidak ada jawaban juga
"Apa Aulia sedang pergi bersama orang tuanya?, Tapi jika pergi pasti pintu rumahnya di kunci--"
"--hah sudahlah aku pergi saja." Saat hendak pergi, ada suara lembut menyahut dari dalam rumah.
"Iya, tunggu sebentar."
' suara itu..'
" Ya ingin mencari siapa?"
Berbalik badan.
Dan.
Terkejut.
"O-oh, kamu. ingin mencari mamah atau ayah?." Gadis mungil ini gugup rupanya.
"A-ah itu, aku ingin mengajakmu pergi jalan-jalan apa kau mau?"
Meneguk ludah kasar takut jika di tolak.
"Mmm, baiklah lagi pula aku sedang tidak sibuk di kebun."
"Aku ganti baju dulu ya, silahkan duduk dulu."
"Ah iya baiklah terima kasih." Hanya ada satu kursi di sana, dan sedikit kotor.
Tidak enak jika menolak, bisa-bisa ia di amuk papah nya karena tidak sopan.
Beberapa menit berlalu, Aulia sudah siap hanya memakai celana pendek dan Hoodie jangan lupakan dia memakai jepit rambut dan juga lip balm.
Hanya untuk melembabkan bibirnya saja.
Melamun karena terlalu asik memandangi calon istri di depannya.
Dipikir-pikir cantik juga.
Melambaikan tangannya di depan wajah dimas.
"Hei, mengapa melamun?, Tidak jadi pergi?"
Tersadar kemudian."Eh, sudah? Ayo kita berangkat."
Melongo saat sampai di depan mobil calon suaminya.
"I-ini mobil kamu?"
"Iya ini mobil aku, memangnya kenapa?"
"Ah tidak apa-apa." Di pikiran dia apa calon suaminya ini orang kaya?.
Jika iya, mengapa orang tuanya sangat berani menjodohkannya dengan orang kaya.
Hening di mobil tidak ada yang berani memulai percakapan di sana.
Hingga pada akhirnya dimas lah yang memulai.
"Aulia?"
Memalingkan wajahnya dan menatap pria di sampingnya.
"Mmm, ya ada apa?"
"Ah, aku hanya ingin bertanya, kamu ingin pergi kemana?"
"O-oh, kemana saja terserah kamu aku akan ikut."
"Ah baiklah kita ke cafe saja bagaimana?"
"Boleh, ya sudah kita kesana."
.
.
.
.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas & Aulia
RandomBagaimana jika gadis berusia enam belas tahun, di jodohkan dengan pria berusia dua puluh enam tahun? ©veesis