Bab 1

527 29 0
                                    

Taery sudah bangun subuh tadi. Lebih tepatnya dia tidak bisa tidur. Membolak-balikan badan di atas kasur untuk mencari posisi yang nyaman terasa tidak berguna.Akhirnya dia menyerah. Beranjak dari kamar menuju dapur. Agak gila karena menyeduh kopi. Tapi hanya ini satu-satunya cara agar matanya tetap terbuka.
Ia takut saat kerja nanti, kantuk akan menyerangnya. Bahkan dia sudah berencana untuk membeli beberapa kopi di tempat kerja nanti. Taery menatap sebuah mug hitam yang sebenarnya berpasangan dengan mug yang dia bawa sekarang. Itu milik Jimin. Kekasihnya-atau tidak? Entahlah. Hubungan mereka tidak jelas. Sudah saling bosan tapi enggan berpisah. Bahkan mereka masih serumah. Ia mengambil mug itu. Haruskah dia membuatkan kopi untuk laki-laki itu juga? Tapi melihat jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi, membuat Taery ragu. Jimin bukan morning person.
Taery berani bertaruh, laki-laki itu pasti masih lelap di balik selimut. Susah dibangunkan. Kalau Taery membuat kopi, pasti akan dingin ketika Jimin Bagun nanti.

"Ah, kau sudah bangun, Taery?"  Taery terkejut dan menoleh. Jimin sudah bangun. Sepagi ini? Bagaimana mungkin?

"Seharusnya aku yang bertanya. Kau sudah bagun?" Taery balik bertanya.
Laki-laki itu terkekeh. Matanya menyipit setiap kali dia tersenyum. Apalagi rambut hitamnya masih berantakan. Taery sangat suka. Menggemaskan dan seksi. Jika saja hubungan mereka masih jelas, tentu Taery akan memeluk Jimin dan menawarkan kopi untuknya.

Jimin mendekatinya. Ia mengusap kepala Taery. "Aku akan pergi."
"Baiklah, kau mau kemana?" Taery kembali bertanya seraya menepiskan tangan Jimin dari
kepalanya.
"Apalagi? Tentu saja untuk menemui wanitaku."

Deg.

Taery merasa ngilu di ulu hati. Open relationship ternyata tidak semudah yang dikira. Ini masalah hati. Taery jelas mencintai Jimin. Tapi 'bosan' menjadi alasan sialan yang membuat mereka seperti ini.
"Setidaknya pergilah mandi lebih dulu." Taery mencoba tak acuh. Tapi kalimatnya malah menunjukkan sebaliknya.

"Tenang saja, aku akan mandi di tempatnya nanti. Dia bilang ingin mandi bersama," jawab Jimin. Ringan sekali mengatakannya di depan Taery. Jimin menatap Taery yang masih diam. Senyum kembali terpulas di bibirnya. Kali ini disusul dengan kekehan kecil.
"Kenapa, Sayang? Cemburu? Atau ingin mandi bertiga?."
Gila! Rasanya Taery mau meledak. Ingin menampar laki-laki di depannya ini tapi ia sadar
bahwa hubungan seperti inilah yang mereka sepakati. Tapi, jika Jimin bisa menyakitinya, Taery juga bisa melakukan hal yang sama kan?

"Tidak, Jimin. Kau pergi saja. Selama kau pergi, aku akan memanggil priaku datang ke sini. Mau mandi bersama juga lalu menghabiskan hari di kamar berdua."

Senyum Jimin memudar. Lalu tawa menggema. "Menghabiskan hari di kamar? Serius? Bukankah kau cepat bosan?"

"Aku akan mengajaknya belanja," sahut Taery cepat. Mengoreksi kalimatnya. Jimin masih tertawa meskipun tidak sekeras sebelumnya.

"Lakukan apa saja yang kau mau Taery-ah. Jangan lupa kunci pintu kalau kau ingin pergi nanti." Jimin pergi menjauh. Tiba-tiba berhenti dan berbalik. "Ah, satu lagi. Aku akan menghabiskan waktu di ranjang juga bersama wanitaku."

Deg.

"Tenang saja, Taery-ah. Aku sudah membeli banyak pengaman semalam." Sial sekali. Taery semakin merasakan perih.
"Kau tidak perlu memperjelas semuanya, Jimin." Jimin tersenyum.

Ia mendekat lagi pada Taery dan memberikan kecupan ringan di bibir perempuan itu."Harus aku lakukan karena ini yang kamu inginkan bukan? Kau menyakitiku sebanyak yang kau mau dan aku akan melakukan hal yang sama. Akan aku hancurkan dirimu selebur kau menghancurkan aku, Taery."

DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang