Chapter 1

1.1K 136 45
                                    



 
 
 
Mata elang sang suami menatap menyelidik dengan aura tajam pada wanita yang sudah cantik dengan balutan gaun setangah lutut berwarna biru muda yang lembut.
 

“Mau kemana..?”. Nada suara yang tersampai tidak bersahabat.
 

Luhan masih kukuh dengan senyum cantiknya sembari menyelipkan anak rambut yang tergerai ke belakang daun telinga. “Aku mendengar sore ini kau mengadakan pertemuan dengan teman-teman kuliahmu dulu, dan itu berpasangan. Tentu saja aku harus ikut..”.
 

“Tetap di rumah. Aku tidak mengizinkanmu menghadiri pertemuan itu..”.
 

“Tapi ku dengar itu berpasangan. Dan aku isterimu. Jadi, dengan siapa lagi kau akan datang jika tidak bersamaku..?”. Bersikukuh dengan niat awal bahwa akan mendampingi sang suami keluar.
 

“Selain pembangkang, kau juga penguping pembicaraan orang. Kau tahu itu tidak sopan, dan aku tidak menyukai sikapmu itu, Luhan..!”.
 

“Sehun-ah.. aku hanya ingin menemanimu. Kenapa kau semarah ini..?”.
 

“Aku tidak mengatakan membutuhkan peranmu dalam pertemuan ini. Jadi, mengapa kau merepotkan diri merias diri sore ini..!”. Nadanya tajam dan mencekam karena sejak awal emosinya sudah ikut serta mengecam.
 

Luhan mendekat, meraih lengan kekar sang suami yang terbalut kemeja dengan siku terlipat. Suaminya begitu rapi, wangi dan sangat tampan. Lihatlah tatanan rambut hitam legam tersebut, menambah kesan pesona pada wajah super tampan lelakinya. Luhan yakin banyak wanita di luar sana yang akan melirik dan bahkan akan menyelipkan kerlingan mata untuk menjumput atensi sang suami.
 

“Sehun-ah.. izinkan aku ikut, hm..? Aku bosan di rumah. Sudah lama kau tidak mengizinkanku ikut pada setiap pertemuan yang kau lakukan dengan teman-temanmu..”. Nadanya melembut. Berusaha merayu agar kekeras-kepalaan sang suami runtuh.
 

Sungguh. Luhan hanya ingin berjalan di samping Sehun dengan tangan yang terangkul. Ingin semua orang mengetahui bahwa lelaki tampan nan gagah tersebut adalah suaminya. Luhan hanya ingin memberi tahu pada seluruh dunia bahwa ia dilahirkan ke dunia untuk mendapingi lelaki yang dianggapnya sempurna.
 

“Tetap di rumah..!”. Putusnya mutlak lalu melepaskan rengkuhan tangan sang isteri pada lengan kokohnya.
 

Luhan tentu sakit hati. Setiap ia meluangkan waktunya untuk merias diri secantik mungkin dengan niat menemani sang suami dalam pertemuan bersama teman-temannya selalu berakhir dengan penolakan lelakinya tersebut.
 

“Kenapa..? Kenapa kau selalu menyisihkan eksistensiku di antara teman-temanmu..?”. Suara Luhan nyaris menjerit menahan tangis. Membuat langkah sang suami berhenti bersama hembusan amarah yang siap melukai sang wanita.
 

“Jangan mengulur waktuku, Luhan..! Mereka sudah menunggu..”.
 

“Apa karena aku tidak menarik lagi sehingga kau merasa malu untuk membawaku sebagai isterimu..?”. Luhan tahu itu bukan satu-satunya alasan sang suami menyisihkan tempatnya dalam setiap pertemuan.
 

“Kau menyadarinya..? Aku membeli banyak cermin yang terpajang di rumah ini. Coba perhatikan tubuhmu. Kau terlalu kurus, bahkan beberapa kali ku lihat kau tampak pucat dan kusam bersamaan. Sejauh ini aku tidak membebanimu dengan melakukan pekerjaan rumah, kenapa kau tidak menggunakan waktu senggangmu untuk merawat diri agar terlihat lebih cantik..? Aku memberimu cukup uang untuk menggunakannya pergi ke klinik kecantikan. Jika tidak kau gunakan sebagaimana mestinya, kau kemanakan seluruh uang yang aku beri..?”.
 

Luhan menahan nafas lalu menghembuskannya perlahan. Ia mengakui semua pernyataan suaminya. Belakangan ia memang merasa jauh dari kata cantik, tetapi bukan berarti ia tidak merawat diri. Masalah uang yang disisihkan sang suami untuk merawat tubuhnya, ia tidak berani dan enggan mengajukan alasan sesungguhnya.
 

Goodbye Free (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang