30. Babak Awal

57 6 25
                                    


Hai.

Assalmualaikum!!

Apa kabar?

Semoga lancar terus urusannya ❤️

Happy Reading!

"Jika kau berani mengambil keputusan, maka harus menerima kenyataan (resiko)"
_Anggra

Suasana Sekolah sudah sepi, kini tinggal geng Lions yang masih berkeliaran dikoridor.

Anggra meleparkan bungkus snack dengan asal.

"Woi, buang sampah tuh yang bener!" Tegur Toga seraya mengambil bungkus itu, kemudian ia meleparkan pada Anggra.

Memutar matanya. "Calon osis baru, galak bener!"

Menghela napas kasar. "Mau, gue,bunuh?"

Dero tertawa, kemudian berjalan mendekati Toga. Dengan tangan kiri, yang menepuk punggung Toga, seraya berkata.

"Udah, bunuh aja. Halal kok"

Menghela napas dalam. "Hilih bicit!"

Vano hanya memutarkan mata. Berjalan lebih cepat, retina matanya melihat sesuatu yang menarik perhatian.

Menggeleng pelan. "Ayo. Kita gebukin aja tuh,anak"

Raga tertawa keras, kemudian menatap manik mata Toga dalam.

"Haha. Udah move on, belum?"

Setelah mengatakan itu, Raga berlari meninggalkan mereka yang masih terdiam.

Melirik penuh arti. "Apa?!"

Merasa sedang tidak baik-baik saja. Mereka pun menyusul Raga.

"Lari!!"

Toga ikut berlari menyusul para sahabatnya. Namun sesuatu penglihatannya merasa terganggu.

"Vano kenapa  sama--"

Belum selesai Toga berbicara, Raga lebih dulu bersuara.

Raga menepuk bahu Toga. "Gue bilang apa"

Menghela napas kasar. "Lo tahu?"

Raga menganguk pelan sebagai jawaban.

"Sial, kok gue ga tahu? Padahal gue lebih lama sama dia"

"Yaelah lupa ingatan, lo?" Kali ini Arnold menjawab.

Menghela napas dalam. "Sebenci apapun masa lalu, itu mempersulit kita membangun masa depan"

"Masa lalu aja belum selesai, gimana bisa memperbaiki perasaan?" Lanjut Dero.

"Tumben lo, bijak"

"Gimna?" Tanya Arnold.

"Berani mengambil keputusan, berarti harus berani menghadapi tantangan"

Meira Azzahra (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang