*****
Gelap malam menyelimuti langit, menemani Ayla yang masih segar memelekkan matanya.
Cuaca malam yang dingin menusuk kedalam tubuh kecilnya, dengan tangan yang sedingin air es, Ayla masih setia mantengin wajahnya di depan layar Handphone.
Ayla masih sibuk dengan aplikasi berwarna hijaunya, meneliti setiap pesan elektronik yang masuk.
Mata Ayla memicing, Ada pesan masuk dari nomor tak dikenal.
Dari: +628*******
"Assalamu'alaikum."
Ayla sedikit ragu ingin membalas tapi, ia berfikir toh, hanya membalas salam jadi mungkin tak apa.
"Wa'alaikumussalaam," balasnya kemudian.
Tak diduga dengan cepat nomor itu mengirim pesan lagi.
"Boleh kenalan?"
Ayla berfikir cepat. “Mungkin bolehlah, cuman kenalan doang,” gumamnya sendiri.
"Silahkan," balas Ayla.
"Nama kamu siapa?"
Ayla heran, kan dia yang minta kenalan?
"Silahkan Kakak duluan," balas Ayla.
"Kamu duluan aja," balasnya cepat.
"Kan kakak yang mau kenalan?" emosi Ayla.
Meskipun Ayla sedikit paham agama, namun satu sifat manusiawi yang melekat pada jiwa Ayla, yang sangat sulit dilepaskan. "Mudah kesal"
"Iya, tapi gak apa-apa kamu duluan," balasnya.
Kini Ayla tersulut emosi,
"AYLA KAY RANIA, PUAS?!" balasnya emosi.
"Nah gitu dong dari tadi. Puas, Terima kasih layanannya."
Ayla mengusap dadanya, hampir saja ia akan membanting hapenya sekuat tenaga. Untung saja, naluri kesayangan pada hapenya kuat. Kalau sampai dibanting kan, sayang.
Nomor itu kembali mengirim pesan.
"Save nomor Saya, Satria."
"Iya," balas Ayla singkat.
Tak ingin membuat suasana lebih rumit, Ayla langsung saja menyimpan nomor Satria.
Tak berapa lama, belum emosi Ayla padam sepenuhnya. Yazdan datang mengirim puluhan pesan di WhatsApp-nya, Ayla menepuk jidat, frustasi. Jika sekali lagi ia dibuat emosi, ia berjanji akan membanting bantal kepada siapa saja orang yang lewat di depan rumahnya.
Berhubung sudah malam, tak ada yang lewat di depan rumahnya, maka bantalnya pun selamat.
Dari: Izzat
"Ay, kamu udah makan?"
"Dah tidur kamu, Ay?"
"Jangan lupa mimpikan aku ya."
"Besok aku jemput ya?"
Ayla menghembus nafas kasar, ia tak melanjutkan membaca pesan dari Yazdan. Bisa tambah frustasi otaknya.
Akhirnya kantuk datang, ia membanting hape dan tubuhnya ke kasur, hitungan detik Ayla sudah terlelap kedalam dunia mimpinya.
*****
Fajar mulai naik, kumandang Adzan ramai terdengar. Ayla segera melaksanakan sholat subuh dan mengaji.
Suasana pagi yang sejuk membuat Ayla semakin semangat berangkat sekolah. Terlebih Ayla belum lama menjadi murid di sekolah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ustadz My Enemy [ On Going ]
Teen FictionSEBAIK-BAIK BACAAN ADALAH AL-QUR'AN. ***** "Kenapa sih, kamu tuh gak bisa seperti Siti Khadijah yang datang melamar Rasulullah?" ucap Satria. "Karena Aku gak Cinta sama kak Satria," tegas Ayla berulang kali. "Kamu cinta sama saya." kukuh Satria. "En...