Siang ini Ayas hanya selonjoran kaki di sofa ruang tengah sambil menikmati film yang di tonton nya dan toples berisi kacang di tangannya dengan di temani adik sepupunya Ali.
Sedangkan Aira, ia lebih memilih menemani Alfi bermain dengan main yang berserakan dilantai. Alfi sengaja membawa beberapa mainnya dari rumahnya karena ia sudah tau jika di tempat Abang nya pasti tidak ada mainan.
Ali lebih memilih duduk bersampingan dengan Ayas dari pada ikut bermain dengan Alfi. Anak ini sudah terjangkit penyakit malas, jika ia bermain dengan Alfi pun itu karena terpaksa karena Alfi akan merengek jika Ali tak menemaninya bermain dan nanti ibu nya lah yang akan memarahi dirinya.
"Kenapa nggak ikut main?" tanya Ayas melirik adik sepupunya ini.
"Males" jawabnya singkat.
"Kalo udah tau males jangan di pelihara" balas Ayas.
"Bukan di pelihara, tapi mamah bilang kalo rasa males nya itu udah mendarah daging di tubuh Ali, jadi ya udah males" ujar Ali.
"Terserah kamu lah"
Tidak ada pembicaraan lagi di antaranya Alfi dan Aira juga sibuk dengan aktivitas bermain mobil-mobilan kecil.
Tok...tok...tok...
"Assalamu'alaikum"
Terdengar suara ketukan dan orang yang mengucapkan salam dari luar pertanda bahwa ada orang yang datang.
Aira sudah berdiri ingin membukakan pintu namun di cegah oleh Ayas.
"Biar aku aja" ucap Ayas dan berjalan menuju pintu utama.
Saat membuka pintu Ayas merubah tatapannya menjadi tatapan malas, malas melihat wajah orang yang sekarang di hadapannya.
"Ngapain lo" serkas Ayas secara langsung.
"Yaelah Abang, jawab salamnya dulu napa" balas orang itu.
"Waalaikumusalam"
"Ahli kubur" lanjut ucapan Ayas.
"Ya Allah, bibir nya nggak islam" balas Rian tak mau terima.
Ya dia Rian, ada yang masih ingat?. Masih sepupu Ayas juga namun Rian sebelas dua belas dengan Alfi. Jail, petakilan, dan sedikit bobrok mungkin.
"Ka Aira ada?" tanya Rian sedikit berbisik.
"Ngapain lo nanyain istri gue, hah"
"Ya kan cuma nanya. Kalo ada gue mau ajak dia jalan-jalan mumpung gue lagi libur kuliah" ucap Rian membayangkan.
"Lama-lama gue tebas kepala lo" balas Ayas tak terima jika sepupunya ini membayangkan istrinya.
"Uh bibir nya minta di cium ka Aira itu"
"Lo nggak nawarin gue masuk, bang" lanjut Rian.
"Nggak, rumah gue nggak nerima orang kaya lo" jawab Ayas memutar bola matanya malas.
"Wah sembarangan. Yang ada nanti rumah lo jadi lebih barokah kalo gue masukin" balas Rian tak mau kalah.
Mendengar keributan di depan pintu, Aira beranjak dan ingin melihat siapa yang datang.
"Udah to the poin aja, lo mau ngapain!"
"Gue itu kesini ma-"
Ucapan Rian terpotong kala Aira datang "loh ada Rian ternyata" ucap Aira tersenyum yang muncul dari belakang Ayas.
"Eh iya ka Aira" balas Rian dengan senyuman nya juga.
"Ko nggak di ajak masuk, mas" ucap Aira.
"Iya nih, gak tau apa orang udah pegel ini" bukan Ayas yang menyaut melainkan Rian yang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Seorang Ustadzah
Genç KurguBanyak cerita yang awalnya tidak suka tapi setelah lama selalu bersama rasa suka dan cinta pun mulai tumbuh. Apakah cerita itu juga akan terjadi pada seorang pemuda yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nya dengan seorang wanita anak dari salah s...