Chapter 13 : Apologize

140 85 250
                                    

Mobil sudah terparkir di halaman rumah, aku membangunkan Lian dari tidurnya yang lelap.

Tubuhku terasa sangat lelah karena terlalu lama menyetir kereta kuda besi yang sedari tadi ku pakai untuk pulang.

Sang surya telah terbit dari ufuk timur, menandakan pagi hari telah dimulai.

Aku memapah tubuh Lian dan mencoba memegang knok pintu rumah.

Klekkk ...

Tidak terkunci? Kenapa? Pikirku.

Aku dan Lian masuk ke dalam rumah.

Keadaan rumah hari ini terasa 'aneh'. Kenapa sepi sekali? Dimana mama dan papa?

Aku memutar kedua netraku, mencari keberadaan penghuni rumah dan tak kudapati satu batang hidungpun.

Aku mengantarkan Lian menuju ke kamarnya.

Setengah perjalanan, tiba-tiba lampu menyala. Suara melengking dari wanita paruh baya yang ku kenal menghentikan langkah kami.

"Zhan.. Lian..." Ucap mama.

Aku menoleh ke arah datangnya suara itu. Melihat sesosok orang tua yang memberi tatapan dingin kepada kami.

"Kalian berdua, kemarilah. Ada yang ingin mama bicarakan. "

Telapak tanganku terasa basah karena keringat dingin mengucur saat ku merasa gugup.

~~

Perutku yang terasa sakit sudah tidak ada apa-apanya dibanding ketegangan saat kami berdua dipanggil oleh mama untuk mendekatinya.

Aku bersembunyi dibalik punggung Kak Zhan, yang sebenarnya kalah bidang dengan badanku.

Hohoho, ternyata masih gagah tubuhku. Mau bagaimana lagi, aku memang jagoan.

Sejenak pikiranku tentang mama teralihkan ketika menatap punggung kakak.

Tsing ... Tsing ...

Suara pisau dapur yang beradu kembali menyadarkanku dari lamunan.

Ku intip mama yang saat ini sedang berada di dapur, tengah mengasah pisau dapur yang biasa dia gunakan untuk memotong sayuran.

Mungkin kali ini akan digunakan untuk memotong daging, iya benar daging anaknya-tentu saja ini hanya sarkas.

Hiiiii, lihat tatapannya itu. Bagaimana bisa mama lebih menakutkan daripada hantu.

Kami berdua terus berjalan mendekati dapur dan duduk tepat di atas kursi meja makan.

"SIAPA YANG MENYURUH KALIAN DUDUK?!" Bentak mama.

Kami langsung berdiri dan menundukkan kepala.

"Duduk dilantai!!" Titah mama mutlak, sambil menunjuk ke arah lantai tepat di depannya.

Aku memegang erat lengan Kak Zhan, dan duduk dengan menjadikan betis sebagai tumpuan duduk.

Saat ini Kami duduk berdampingan.

Kak Zhan tiba-tiba mengeluarkan suara.

"Ma, kami minta maaf karena pulang terlalu pagi." Kak Zhan bersujud di depan mama, tangannya mendorong punggungku agar akupun ikut bersujud bersamanya.

"Ehm. Ma ... Mama juga minta ma ... ma ... maaf."

Seketika kami bangun dari posisi sujud dan kembali duduk. Kali ini kami mendongakkan kepala bersamaan.

Kami tidak percaya dengan apa yang baru saja terucap dari lidah tajam mama yang biasanya.

"Mama tidak bermaksud mengusir kalian kemarin, mama minta maaf kalau kata-kata mama kemarin saat di telepon terlalu kasar."

Kak Zhan menatapku tidak mengerti. Aku hanya mengkode senyum ke arahnya.

"Kami juga meminta maaf karena telah pergi dari rumah semalaman."

Aku menghela napas lega, untung saja aku tidak perlu menyiapkan alasan apapun tentang perkelahian dini hari tadi.

Suatu hari nanti, aku tidak akan sembarangan berhenti ke minimarket di pinggiran jalan daerah yang tidak ku kenal.

Takut bila nanti, ada preman yang tiba-tiba mengejar Kak Zhan.

"Kalian sudah makan dari kemarin?" Mama bertanya dengan lebih lembut dari biasanya.

Pertanyaan dari mama, menyadarkanku kembali dari pikiranku yang telah pergi kemana-mana.

"Sudah, ma." Kami menjawab pertanyaan ini bersamaan.

"Hari ini, kalian libur saja. Nanti akan mama mintakan ijin kepada wali kelas kalian berdua. Istirahatlah saja untuk hari ini."

Kami segera berdiri dan memeluk tubuh ringkih mama.

"Terimakasih banyak, ma." Ucap Kak Zhan dengan mengelus lembut punggung kecil mama.

"Oh iya, kalian berdua untuk sementara tidurlah bersama di kamar Zhan."

"Tapi kenapa ma?" Tanyaku linglung.

Tentu saja aku senang tidur bersama kakak, tapi aku takut mengganggu tidur kakak. Aku tahu kakak pasti lelah setelah menyetir semalaman.

Tapi itu kan kamarku, milikku. Kenapa aku tidak boleh tidur di kamarku?

"Ada nenek di kamar mu, dia sudah tidur. Apa kamu tega membangunkannya?"

Kak Zhan memegang tanganku, seolah-olah dia tidak ingin aku untuk berbicara lagi. Aku pun berhenti bertanya.

"Papa apakah masih tertidur, ma?" Tanya Kak Zhan.

"Iya, papamu masih tidur. Nanti saat pagi datang papamu akan berangkat bekerja, kasihan dia telah menunggu kalian berdua hinggi dini hari. Namun, kalian tak kunjung pulang kerumah."

Aku menatap jam tanganku saat ini. Terkejut bukan main.

05.54

Aku mengangguk dan berpamitan tidur kepada mama.

Mama mempersilahkan kami kembali.

Kak Zhan menarik tanganku mengajak ku ke kamarnya.

~~

Klekk ...

Aku dan Kak Zhan masuk ke dalam kamar. Aku segera berbaring di atas kasur dan menarik selimut kesayangan Kak Zhan.

Sedangkan Kak Zhan, pergi ke kamar mandi untuk membasuh dirinya. Tentu saja, dia belum mandi dari kemarin.

Aku mau melanjutkan tidurku saja, tidak perlu mandi. Kan kemarin sudah mandi di minimarket.

Sebelum Kak Zhan kembali dari mandinya, aku sudah dilahap kegelapan. Aku langsung tertidur pulas begitu selimut telah menutupi seluruh tubuhku.

Kenyamanan ini adalah hal yang sangat kudambakan. Ah, aku merindukan kamu-tempat tidur.

Akhirnya, hari yang melelahkan. Akan segera berlalu.

~~

Apologizing and forgiving,
maybe a difficult thing.

But when it happens,

life will feel better than ever.

Protect My Brother [On Go] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang