Sudah lebih dari sebulan First tinggal di flat kecilnya. Awalnya memang cukup sulit karena ia harus terbiasa hidup sendiri dan melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan dari para maid. Tapi untuk urusan memasak juga bersih-bersih First sudah kepalang biasa melakukannya. Karena saat tinggal di rumah pun, ibu tiri dan saudara tirinya akan senantiasa menyuruhnya melakukan ini dan itu walaupun banyak maid yang bekerja di kediaman keluarga Chalongrat.
Setahun setelah kejadian naas yang menimpa ibunya, First sempat di rawat di rumah sakit jiwa selama lebih dari enam bulan. Setelah ia keluar dari rumah sakit jiwa, ayahnya menikah lagi dan membawa mereka pindah ke rumah baru. Selain mendapatkan ibu tiri, First juga mendapatkan seorang saudara tiri, dan dia tidak menyukai keduanya.
Awalnya First tidak peduli dengan kehadiran kedua orang itu. First selalu mengurung dirinya di kamar, ia tidak melanjutkan sekolahnya dan menjalankan pendidikan di rumah. Ia selalu di layani oleh para maid dan mendapat perhatian ekstra karena traumanya masih sering muncul.
Di sanalah hidup First yang di penuhi dengan pukulan dan siksaan di mulai. First benar-benar mendapatkan ibu dan saudara tiri yang kejam seperti cinderlella. Namun sayang ia tak memiliki ibu peri, atau pun pangeran seperti putri cantik itu. Yang ada hanya kesendirian dan kesunyian. Walaupun para maid akan menemaninya saat menangis di dalam kamar, tapi tetap saja —tak ada yang bisa mendengarkannya.
Sesekali saat ia merasa begitu lelah, First akan melawan. Tapi ia tentu kalah, karena mereka berdua cukup kuat untuk menindas First yang hanya seorang remaja polos dengan mental yang kacau saat itu.
Jika kalian tanya mengapa ia tidak mengadu pada ayahnya, maka First akan menjawab. Ia benci ayahnya. Ayahnya lah yang menyebabkan semua penderitaan itu dan sialnya sang ayah sangat mencintai ibu tirinya. First yang bisu tentu tidak akan pernah di percaya dan di dengar. Itu pula yang membuat First memutuskan untuk hidup terpisah. Ia muak berada di rumahnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat akhirnya di rumah, First meminta pada ayahnya untuk di biarkan hidup terpisah. Ia mendaftar ke universitas umum dan di terima dengan beberapa biaya tambahan karena orang bisu sepertinya harusnya belajar di tempat khusus.
Ia melakukan semua itu agar bisa bergaul dengan orang normal dan ia bisa mengembalikan suarannya. Dokter yang merawatnya pernah berkata, bahwa ada kemungkinan ia bisa mendapatkan suaranya kembali. Dan First tak pernah berhenti berharap untuk itu.
Selain itu First juga lebih memilih tinggal di sebuah flat kecil, walau sebenarnya ia bisa saja meminta sebuah apartemen mewah. Alasannya sangat sederhana, First tidak ingin kesepian di tempat yang luas.
Dan ia tak pernah menyesali keputusannya untuk tinggal disana. Karena dengan itu ia bisa berteman dengan Ja yang bisa mendengarkannya dan juga Ole dan Seng yang menerimanya dengan sangat baik.
Kehidupan First di kampus barunya juga tidaklah mudah, untuk mendapatkan teman yang benar-benar bisa menerimanya cukup sulit. Selama sebulan ini ia hanya mendapatkan tiga orang teman seangkatannya bernama Smart Chisanupong, James Pongsapak, dan Beam Phunthida.
Merekalah yang selalu menjaganya dari bullyan mahasiswa lain. Atau jika bukan mereka, Ja, Ole dan Seng yang akan menjaganya.
Di rumah, ia dan Seng menjadi sangat dekat, mereka melakukan banyak hal yang menyenangkan bersama. Terutama dalam hal memasak. First selalu merasa begitu antusias saat Seng mengajarinya memasak berbagai manakan enak. Dan tentu saja, Ja akan selalu menjadi orang pertama yang mencicipi masakannya.
Ngomong-ngomong soal Ja, mereka kini jadi semakin dekat. Setiap hari, jika memiliki jadwal kelas yang sama mereka akan berangkat bersama. Di kampus tak jarang Ja akan mengenggam tangannya saat berjalan. Setiap malam sebelum tidur selalu ada ucapan selamat malam yang manis. Baik itu secara langsung maupun melalui pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice [M] END
Short StoryDunia Ja Pachara menjadi dua kali lebih berisik saat ia tak sengaja menolong seorang kakek tua di dalam hutan dan mendapat hadiah sebuah pendengaran. Sejak saat itu ada dua suara manusia yang bisa Ja dengar. Satu suara penuh kepalsuan yang senantias...