Mark tersenyum menatap kalender yang berada di atas meja belajarnya. Mengusap tanggal yang sengaja ia tandai dengan spidol merah. Dengan semangat bocah itu memakai dasi sekolahnya dan menggendong tas merah miliknya.
"Papa!"
Jaehyun tersenyum mendengar suara semangat dari si sulung Jung. "Selamat pagi, Mark."
"Pagi, Papa."
"Kamu semangat banget hari ini, ada apa?"
Mark menggeleng. Meraih sesuatu di dalam tas nya dan memberikan kertas tersebut kepada sang ayah. Jaehyun menerimanya dengan baik, membuka kertas itu.
"Papa bisa kan dateng?" Tanya Mark memastikan. Harap-harap cemas karena ayahnya adalah pekerja yang selalu sibuk.
Jaehyun tersenyum mengelusi surai anaknya. "Papa pasti dateng, apapun untuk Mark."
Beberapa menit kemudian disusul oleh Jeno yang turun. Mark dan Sungchan sudah berada di meja makan.
•••
12 November. Hari ayah seluruh dunia. Hari yang selalu Mark tunggu-tunggu, karena di saat itu dia bisa mengungkapkan rasa sayangnya kepada sang ayah tanpa perlu merasa malu.
Dan dalam kesempatan kali ini Mark memanfaatkan itu dengan amat sangat baik. Sekolahnya tahun ini mengundang seluruh ayah dari siswa siswi untuk ke sekolah merayakan hari ayah.
"Mark udah siap?" Tanya bu guru. Si kecil mengangguk sembari mengangkat kertas putih miliknya.
Si guru tersenyum, membernarkan kostum yang dipakai anak didiknya karena sebentar lagi giliran Mark tampil.
"Semangat!"
Mark mengangguk. Membuka tirai merah yang menjadi pembatas antara panggung kecil. Begitu bocah kelas empat itu muncul, semua mata menatap ke arahnya. Sedikit banyak membuat Mark gugup, tapi begitu menemukan sepasang mata lebar milik Taeyong dia kembali tenang sembari melempar senyum ke arah penonton.
"Halo! Kenalin nama aku Jung Minhyung biasa dipanggil Mark. Hari ini aku mau bacain ceritaku. Kalian mau tau nggak?"
Mark menatap gugup para penonton.
"Mau!" Pekik Taeyong membuat para penonton menatap ke arahnya.
"Mau!" Teriak Sungchan.
Kemudian disusul oleh suara gaduh dari para penonton yang lain. Sorakan semangat itu membuat Mark menjadi lebih percaya diri.
Lampu padam, dan hanya ada satu lampu putih yang menyorot si bocah di panggung. Mark melempar senyum manisnya kepada Taeyong di belakang sana.
"S-e-m-a-n-g-a-t." Ucap Taeyong dengan bahasa bibir.
"Namaku Jung Minhyung. Aku hidup sama dua adikku dan Papa di rumah sederhana. Dari kecil kami dirawat sama Papa. Walaupun Papa kerja, tapi Papa nggak pernah lupa meluangkan waktu untuk main sama aku dan adik-adik. Menurut aku, Papa adalah pahlawan yang paaaaaaliiiiiiiing hebat! Papa nggak pernah mengeluh, Papa selalu kuat dimanapun dan kapanpun. Papa serba bisa! Papa bisa masak, Papa bisa bacain dongeng, Papa bisa bersih-bersih rumah. Papa selalu nurutin apa aja yang Mark dan adik-adik mau, tanpa kita tahu seberusaha apa Papa mendapatkan hal yang kita inginkan. Papa cuma mau anak-anaknya bahagia."
Taeyong mengusap sudut matanya. Dia amat sangat mengerti apa yang dirasakan Mark sekarang. Karena kenyataannya mereka adalah sama.
"Suatu saat nanti kalau Mark udah besar, Mark mau jadi pahlawan untuk Papa! Pahlawan yang bisa apa aja, seperti Papa ketika Mark dan adik-adik masih kecil. Papa, terimakasih udah merawat Mark, Jeno dan Sungchan. Terimakasih sudah jadi Papa paling hebat di dunia. Cepat-cepat carikan Mark Mama ya!"
•••
Jaehyun tertawa kecil mendengar kalimat terakhir yang diucapkan sang putra sulung.
"Pak Jaehyun! Anaknya pinter banget." Pekik salah seorang ayah dari anak murid kelas empat.
"Buruan dicariin Mama, Pak."
Jaehyun mengangguk sembari tertawa jenaka.
"Saya kira Bapak nggak akan dateng." Ucap Taeyong dari sebelah Jaehyun. "Hampir aja tadi Mark nangis."
"Mana mungkin saya nggak datang. Saya udah janji."
Taeyong mengangguk mengerti. "Mark tadi hebat banget."
"Saya tau."
"Papa!" Pekik si sulung setelah turun dari panggung. Bocah sebatas pinggang Jaehyun itu memeluk sosok sang ayah erat. "Aku kira Papa nggak datang!"
"Jagoannya Papa, mana mungkin Papa ingkar janji?"
Mark tersenyum bahagia. "Tadi Papa lihat penampilanku, 'kan? Bagus nggak?"
Jaehyun mengangguk. "Bagus banget, Mark keren."
"Happy world father's day, Papa! Mark sayang sama Papa, sangat."
Tidak ada perasaan lain selain terharu dan bahagia yang bisa Jaehyun rasakan sekarang ini. Melihat sendiri bagaimana pertumbuhan putranya, hingga kini ketiganya telah begitu besar benar-benar membuat Jaehyun sensitif.
"Papa juga sayang Mark. Sayang Jeno. Sayang Sungchan."
Taeyong tersenyum mengusap punggung si bungsu yang tengah berpelukan dengan ayahnya. Jaehyun meraih lengan Taeyong, membuat si lelaki mungil ikut terseret masuk ke dalam pelukan hangat itu.
"Taeyong, terimakasihakasih banyak."
"Pak--"
"Karena kamu semuanya jadi lebih baik dan lengkap. Terimakasih, tolong jangan pergi dari saya dan anak-anak." Bisiknya.
TBC
Huha huha, seneng banget liat winwin malem ini (〒﹏〒)
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren✅
Fanfiction[END] Nasib Taeyong ditaksir duren anak tiga. [⚠] BxB, Mpreg, Non-baku. © kelonin, 2021.