"Selamat semuanya! Akhirnya kita lulus juga!" Pekik Ten bahagia kepada kumpulan temannya. Setelah empat tahun menempuh pendidikan, akhirnya mereka sampai pada hari merdeka. Hari kelulusan.
"Enaknya habis wisuda mendingan menikah atau meninggal?"
"Aneh!"
"Dunia keras bro, nggak sanggup gua."
Ucap Yuta lemas."Kerja lah, habis itu baru dah lo lamar Winwin." Ucap Taeyong sembari menepuk pundak sahabatnya. "Kan hidup lo jadi nggak sia-sia kalo begitu."
"Iya juga, makasih Taeyong kamu membuatku memiliki tujuan hidup. Mmmuach!"
"Ish! Jorok lo, Yut!"
"Yong, tuh." Doyoung menunjuk sosok pria separuh abad yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Gue duluan ya." Pamit Taeyong. "Ayah."
"Selamat atas kelulusan kamu, Ayah sangat bangga sama kamu." Ucap Donghae, sosok tampan itu tersenyum lembut sembari memberikan sebuket bunga mawar merah pada putranya yang baru saja wisuda.
Taeyong menunduk menatap bunga di genggaman tangannya. Lelaki cantik itu mengusap pucuk hidungnya yang mulai terasa gatal. "Ayah... Aku seneng banget akhirnya lulus." Ujarnya.
"Itu karena kamu keren, kamu hebat, kamu kuat. Sini dong dipeluk dulu Ayahnya."
Taeyong tertawa malu-malu, menggeleng lembut. Sungguh, dia sedang berusaha menahan tangisnya. Ketika kata peluk itu keluar dari bibir ayahnya sendiri hatinya sungguh merasakan euforia tak tertahan. Bahagia.
"Katanya pelukan seorang ayah itu pelukan paling menenangkan."
Taeyong tertawa, melepas semua beban yang selama ini berada di pundaknya dengan berpelukan. "Bukannya itu pelukan ibu?"
"Karena kamu cuma punya Ayah, jadi diganti aja." Balas Donghae jenaka.
"Ayah ih!" Taeyong menyembunyikan seluruh wajahnya di pundak sang ayah. Menumpahkan segala kesedihan dan kebahagiaan yang selama ini terpendam. "Ayah... Makasih banyak ya udah ngerawat Taeyong sampai sebesar ini. Bahkan tanpa sosok wanita di samping Ayah sekalipun Ayah bisa besarin aku sendiri. Maafin Taeyong karena sering banget ngerepotin Ayah, banyak maunya ini itu. Ayah... Taeyong sayang banget sama Ayah."
Donghae menepuk punggung sempit Taeyong. "Ayah yang makasih, makasih karena Tuhan mengirimkan anak seperti Taeyong pada Ayah."
Tangis Taeyong semakin kencang. Sungguh, tidak ada yang bisa ia katakan lagi selain terimakasih pada ayahnya. Semua yang pria itu lakukan, usahakan, korbankan untuknya bukanlah main-main. Donghae benar-benar merawat putranya dengan amat sangat baik, dia berhasil menjadi seorang ayah.
"Udah jangan nangis. Udah cantik gini kok, nanti bengkak matamu." Donghae mengusap pipi putranya. "Hari ini kamu harus seneng-seneng."
Taeyong mengangguk paham.
•••
"Habis nangis, ya?" Tanya Yuta.
"Nggak." Balas Taeyong lemas. Agak letoy habis nangis gitu.
"Boong aja, keliatan gitu kok bengkaknya."
"Ya udah kalo udah tau mah diem aja, jangan digituin. Malu gue!"
Yuta terbahak menatap sahabat mungilnya. "Iya-iya."
"Eh Yong!" Yuta memanggil Taeyong tanpa mengalihkan pandangannya dari tengah aula. "Ada yang nyariin lo lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren✅
Fanfic[END] Nasib Taeyong ditaksir duren anak tiga. [⚠] BxB, Mpreg, Non-baku. © kelonin, 2021.