2) Kisah mereka

1.4K 137 11
                                    


bebek goreng

kamu gak makan?

Notifikasi line yang datang dari kontak bernama bebek goreng itu muncul mengagetkan Sabrina yang mulanya melamun. Ia membuka ponselnya dan langsung menoleh ke belakang sedikit pura-pura mencari yang lain. Padahal ya matanya hendak menangkap sosok Arka yang sudah berdiri hendak turun bersama Reza dan Awan. Pria itu tak melihat ke arahnya, terlihat biasa saja tak acuh.

bi

belum pengen.

Sabrina mengirimkan balasan. Di belakang kubikel-kubikel ini sudah tak banyak yang menunggu. Jam makan siang memang baru dimulai secara resmi lima menit yang lalu, tapi sedari setengah jam sudah ada satu dua yang curi start. Ya memang nggak semuanya pergi buat makan. Ada juga kok yang melaksanakan kewajiban terlebih dahulu, melipir ke area musholla sebelum ramai.

bebek goreng

mau aku beliin makanan sekalian dari bawah?

Sabrina menghembuskan napas pelan. Biasanya juga kalau Arka beliin dia makan, ia harus pergi dulu keluar, entah ke rooftop atau tangga darurat, atau koridor menuju toilet. Itu pun kalau lagi nggak ada petugas cleaning servis atau orang yang lagi ngantri di toilet, atau para buruh kepul—alias mereka yang rajin banget bakar tembakau tiap hari. Baru Arka bisa menyerahkan makanan yang dibelinya. Tapi kesempatan kaya gitu juga terjadinya 1 out of 10. Arka kayaknya terlalu ganteng sampe bikin mata-mata mengikuti gerak geriknya. Semua gara-gara Sabrina nggak mau ditanya buat apa Arka bawain makan untuknya. Capek kan sabrina jadinya (lho kok dia yang capek?)

bi

ga usah lah ka, nanti aja aku gojek.

bebek goreng

nantinya kapan? jam setengah 2 ada rapat lho.

Sabrina makin gelisah. Iya ia tahu jam setengah 2 ada rapat dan justru itu perutnya serasa diikat tali. Bisa-bisanya Bu Wina nyuruh dia yang presentasi di rapat internal yang artinya bisa jadi ia juga nanti yang bawa ide ini ke client. Kenapa nggak senior yang lain aja sih? Kalau dia gelagapan dan salah gimana?

Sedari tadi juga selain menyiapkan bahan buat konsultasi ia juga mengkhayal. Ya, menerka-nerka pertanyaan apa yang nantinya bakal dilontarkan ke dirinya. Apakah dirinya bisa menanggapi permasalahan client ini dengan, "Baik, Bapak, jadi penggunaan panel surya memang lebih ramah lingkungan, apalagi kita punya kelebihan berada di lintang tropis. Tapi sayangnya dilihat dari luasan bisnis bapak kalau full menggunakan panel surya saja akan butuh luasan panel yang besar, dan itu artinya konversi energi ke panas juga makin besar. Menggunakan sekian persen listrik dari PLN kami rasa akan lebih efektif. Memang jangka panjang masih belum terlihat seperti apa, PLN masih jadi monopoli negara dan batu bara yang digadang-gadang jadi alternatif energi sebenarnya bukan pilihan terbaik karena sudah mulai banyaknya kepentingan politik dibaliknya, saran kami mungkin bisa menggunakan model yang telah dibuat oleh tim strategic plan adalah mengerahkan hamster-hamster untuk berlari dalam roller sehingga bisa mengeluarkan kilatan petir yang disimpan dalam awan hecculo yang kemudian nanti menurunkan Thor, dan thor akan menggunakan palunya untuk mengalirkan listrik."

Tunggu, ini apa. Kenapa ia jadi mengkhayal. Ia menggeleng sendiri. Dunia ini bukan fiksi dongeng yang jadi safe place-nya. Ia belum sempat menamatkan trilogi The Poppy War yang sedang ngehype di timeline twitter bookish miliknya. Gatal sebenarnya ingin membuka buku itu yang sejak tadi mengintip-ngintip dari dalam tasnya yang terbuka. Tapi ia tidak punya banyak waktu. Ia butuhnya menangis sekarang.

bebek goreng

Aku beliin jus aja gimana kalau kamu gak nafsu makan? Mau?

bi

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang