"Dia Yoongi. Kau sudah pernah bertemu dia beberapa kali. Tidak banyak bicara, tidak
Seperhatian diriku, dingin dan mungkin kau tidak akan risih."Jimin menunjukkan foto laki-laki yang bernama Yoongi itu lewat handphonenya. Taery hanya
melirik. Sebenarnya sedang malas membahas soal ini, Lelah."Aku sudah mengirimkan kontaknya padamu," imbuh Jimin seraya berjalan ke pantry.
Mengambil sebuah cup ramen dari rak.Taery tebak Jimin belum makan. Sebenarnya sedikit aneh, tumben Jimin pulang lebih awal.
Biasanya jika menghabiskan waktu bersama selingkuhannya bisa sampai larut sekali.Kasihan sebenarnya.
Taery mengambil inisiatif. Dia beranjak dari kursi menuju pantry. Merebut cup ramen yang dipegang Jimin."Aku akan masak. Aku ingin masak daging."
Jimin diam. Menurut.
Tidak ada pilihan lain. Lagupula, daging lebih menggiurkan daripada
sebuah cup ramen."Kau siapkan kimchi dan nasi ke meja. Tadi pagi aku memasak nasi." Taery mulai memberikan instruksi.
Jimin tidak banyak bicara dan melakukan apa yang diminta Taery. Adegan ini tampak tidak asing.
Tentu saja, mereka dulu seperti ini. Memasak bersama-meskipun Jimin hanya melakukan apa yang Taery minta. Wanita itu chef di dapur mereka.Sembari mengambil nasi, Jimin diam-diam tersenyum. Taery masih sama. Masih peduli dengan Jimin. Tidak banyak menawarkan ini itu, dia langsung bergerak. Lain dari Jimin yang selalu bertanya dulu mau ini atau itu? Terlalu banyak bicara.
Paham mengapa Taery tidak
nyaman dan bosan dengannya. Sikapnya memang menyebalkan.
Andai hubungan mereka masih seperti dulu, tentu saja Jimin akan memeluk Taery dari belakang dan berakhir mendengarkan Omelan Taery yang geli karena tiba-tiba disentuh.Saat ini dia sadar kalau ia terlalu jauh dari pria idaman yang sesuai tipe Taery.
Mungkin malah temannya yang bernama Yoongi itu sesuai sekali dengan wanita yang saat ini sibuk dengan daging sapi di atas pan."Yoongi adalah tipemu sekali. Kau tidak akan menyesal," celutuk Jimin.
Taery sampai harus berhenti sejenak untuk memastikan apa yang dia dengar. Helaan napas berat terdengar. Taery sebenarnya muak. Apakah Jimin benar-benar ingin Taery lepas darinya?
"Apa aku perlu mengemasi barangku dan pergi menggedor pintu pria yang bernama Yoongi itu untuk tinggal bersamanya?" Taery menyahuti dengan ketus.
"Kalau kau mau, itu tidak masalah. Aku yakin kau sudah muak tinggal bersamaku kan?"
balas Jimin.Taery sudah tidak memiliki tenaga untuk berargumen. Hatinya sudah kacau. Dia tidak mau
menutup hari dengan cekcok. Akhirnya dia memilih membungkam mulutnya.Daging sudah matang. Dia memotongnya kecil-kecil dan menghidangkan ke atas piring.
Dia bawa ke meja.Jimin sudah duduk. Siap menyantap. Sumpit juga sudah ditangannya.
Akan tetapi, saat hendak memasukkan daging itu ke mulut, dia berhenti dan menatap Taery
yang pergi dari sana.
"Kau mau ke mana?" tanyanya. "Kau tidak jadi makan?""Aku tidak sudi semeja makan dengan laki-laki yang mencoba membuangku," sahut Taery tajam.
"Siapa yang membuangmu?!" Jimin tidak terima. Dia merasa dituduh melakukan hal yang
keji. Dia tidak membuang Taery. Justru wanita itu yang membuangnya."Taery!" Jimin memanggilnya.
Sayangnya Taery sudah tidak peduli dan terus berjalan menuju kamarnya.
Air matanya sudah tumpah. Tidak mau Jimin melihatnya menangis atau Taery hanya akan
terlihat lebih menyedihkan. Toh memang benar, Jimin telah membuang Taery dan Taery telah membuang Jimin.•Dapur rumah Jimin dan Taery
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
Fanfiction[ LEBIH BAIK FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] WARNING 21+⚠️⚠️ story dan bahasa Vulgar _________________________________________ Kadang alasan seperti bosan menjadi satu frasa yang digunakan untuk mengakhiri sebuah hubungan. Sama seperti yang dialami Taery...