Berlian

180 28 39
                                    


–Happy Reading–

Jeno membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Ia mendecak karena Lia tidak menguncinya. Bagaimana jika ada orang lain yang masuk? Dasar gadis ceroboh.

Jeno melangkah masuk dengan menggeret kopernya. Indera penciumannya menangkap bau harum ikan goreng. Ia menoleh ke arah dapur dan melihat Lia tengah memunggunginya. Terlihat Lia mengibaskan tangannya ketika minyak panas menyiprat ke tangan mulusnya.

Lagi-lagi pemandangan melihat Lia ketika ia pulang ke rumah berhasil membuatnya tersenyum. Ia mendekat dan melihat beberapa tumis sayur sudah tertata rapih di atas meja. Ia berhenti tepat di belakang Lia lalu melongok melihat ikan yang sedang berenang di minyak yang panas.

" Baunya enak " celetuk Jeno membuat Lia tersentak dan dengan cepat menoleh ke belakang. Senyumnya mengembang seketika melihat Jeno ada didepannya.

" Jenooo " ucap Lia senang.

" Kok udah pulang? Katanya dua Minggu "

" Tugasku selesai dengan cepat " setelah mengatakan itu Jeno berbalik lalu duduk di kursi meja makan.

Lia mengangguk mengerti. Ia mematikan kompor lalu mengangkat ikan yang sudah matang dan meniriskannya. Ia duduk di depan Jeno lalu menceritakan dengan heboh hal apa saja yang terjadi setelah Jeno pergi.

" Kamu tau ngga Jen, habis kamu pergi berangkat ada dua laki-laki terus ngintipin rumah kamu. Udah aku hitung 3 kali mereka ngelakuin itu buat aku takut " Lia merinding jika mengingatnya.

" Mereka sudah diamankan " ucap Jeno santai. Ia sebenarnya masih marah kepada dua laki-laki itu. Jika ia bertemu dengan mereka pasti mereka sudah babak belur.

Membicarakan kedua laki-laki asing itu membuat Jeno teringat sesuatu. Ia berdiri lalu menuju kamarnya dan kembali lagi dengan membawa benda berbentuk bulat.

" Berdiri " pinta Jeno. Lia berdiri dengan menatap Jeno bingung.

Jeno langsung menyemprotkan cairan berbau harum ke seluruh tubuh Lia. Alasan ia melakukan itu untuk menyamarkan aroma asli Lia agar tidak mengundang para laki-laki mesum.

" Uhuk uhuk udah Jen " Lia terbatuk karena menghirup parfum secara berlebihan. Ia mencium aroma tubuhnya sendiri lalu mengernyit tidak suka, " bau cowok "

" Biar tidak ada yang mengincarmu " ucap Jeno.

" Ngincer aku? Emang siapa yang ngincer aku? " Tanya Lia bingung.

Jeno memutar bola matanya malas lalu kembali ke kamarnya.

" Ditanya malah pergi. Eh Jen, udah sarapan belum? "

" Sudah "

Lia mengerucutkan bibir. Padahal ia ingin Jeno mencicipi masakannya. Yasudah lah, ia akan menilai sendiri. Ia mengambil nasi dan lauk pauknya. Ia memekik senang saat memakan ikan goreng. Asal kalian tau, Lia sangat takut menggoreng ikan tapi karena tadi keinginan untuk makan ikan goreng sangat besar maka trabas saja lah.

Selesai sarapan ia mencuci piring dan alat-alat yang tadi ia gunakan untuk memasak. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 08.27 kemudian melenggang ke kamar Jeno. Ia ingin tau apa yang sedang Jeno lakukan. Ia hanya berdiri dan mengintip dari balik pintu tapi sepertinya Jeno sangat peka terhadap sekitar, walaupun ia sedang tidak menghadap pintu tapi ia tau Lia sedang memperhatikannya dari balik pintu.

" Kalau ingin masuk, masuk saja " ucap Jeno seraya mengeluarkan isi kopernya.

Lia nyengir lalu masuk dan duduk lesehan di samping Jeno. Ia melihat banyak sekali barang yang di keluarkan dari koper. Ia mendecak, padahal Jeno pergi hanya satu hari tapi barang yang ia bawa sangat banyak.

Lia mengambil gantungan kunci berbentuk kelinci warna putih dari koper Jeno. Ia mengelus gantungan kunci itu dengan lembut. Bentuk kelincinya sangat lucu.

" Kalo kau menginginkan itu, ambil saja. Untukmu " ucap Jeno. Niatnya membeli gantungan kunci itu memang untuk Lia tapi ia gengsi untuk memberikannya. Untung Lia melihat lalu mengambilnya.

" Serius? " Tanya Lia dengan mata berbinar. Jeno mengangguk, ia mengambil pakaian yang belum sempat ia pakai lalu memasukkannya ke dalam lemari.

" Makasih Jeno "

Lia bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Ia memainkan gantungan kunci sampai ia tidak sadar jika Jeno ikut duduk di sampingnya. Lia menoleh saat Jeno menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna merah maroon kepadanya. Alis Lia terangkat tanda ia bertanya apa isi kotak itu tapi Jeno malah meminta Lia sendiri yang membukanya.

Lia meletakkan gantungan kunci di sebelahnya lalu mengambil kotak yang disodorkan Jeno. Mulut Lia terbuka lebar setelah mengetahui isi kotak itu.

" Berlian? " Tanya Lia tidak percaya.

Jeno tersenyum kecil lalu mengangguk.

Benda bening berkilau itu terpasang cantik di dalam kotak. Ukurannya lumayan besar seperti bola pingpong. Baru kali ini Lia melihat berlian secara langsung, ternyata sangatlah cantik.

" Itu untukmu " ucap Jeno.

Lia langsung menutup kotak itu lalu menyodorkannya kepada Jeno, " ini mahal Jen. Kamu simpan aja "

Jeno menggeleng, " aku punya banyak "

Sombong.

" Kamu dapet dari mana? " tanya Lia. Memangnya seberapa kaya nya Jeno sampai-sampai memiliki banyak berlian seperti ini.

" King Liu yang memberikannya kepadaku. Aku selalu di beri itu setelah menyelesaikan tugas yang diberikannya " jelas Jeno.

Lia hanya mampu berkata 'wow'. Orang yang bernama King Liu itu pasti sangatlah kaya dan royal kepada anak buahnya.

" Kau ambil saja, itu hadiah dariku " lanjut Jeno. Lia ingin menangis diberi barang mewah seperti ini. Refleks ia memeluk Jeno erat, " makasih Jen "

Jeno tersentak kecil. Seketika dadanya berdebar kencang.

Sadar akan perbuatannya, Lia melepaskan pelukannya dengan canggung. Ia malu tiba-tiba memeluk Jeno.

" M-maaf "

Suasana berubah menjadi sangat canggung. Mereka berdua hanya duduk bersebelahan tanpa mengatakan apapun. Lia meringis lalu memukul pelan jidatnya sedangkan Jeno, ia sedang berusaha menghentikan debaran di dadanya. Ia baru merasakan ini selama ia hidup.

" E-em, aku keluar dulu. Sekali lagi makasih berliannya " ucap Lia dan langsung pergi tanpa menunggu respon Jeno.

Tak lama setelah itu Jeno merebahkan dirinya di atas ranjang seraya memegang dadanya yang sudah kembali berdetak normal sampai akhirnya ia terlelap.

" Lo goblok banget woyyy! " Ucap Lia pada dirinya sendiri. Pasti sekarang Jeno berfikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Lancang sekali ia memeluk Jeno seperti tadi. Lia jadi tidak berani menampakkan wajahnya didepan Jeno. Bagaimana ini?!

Lia mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Ia akan berdiam diri disana sampai rasa malunya hilang walaupun sepertinya tidak mungkin.

***

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komennya😊

FIRST LOVE | Jeno×Lia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang