Keheningan mengosongkan hati.
Marah masih berkuasa. Tapi dingin menjalari tubuhnya.
Memandangi sang guru, sekelumit rasa bersalah timbul sesaat. Kim Yoo Jung memilih berpaling. Kepalanya tertunduk, sedikit menyesal.
"Saya atau kamu yang keluar?" Ucap Uhm Jung Hwa dingin.
Tentu saja tidak mungkin kelas dilanjutkan dengan situasi seperti itu. Sehingga kalimat Uhm Jung Hwa tidak salah. Harus ada yang mengalah. Harus ada yang keluar.
Seisi kelas tahu. Semestinya Yoo Jung lah yang inisiatif untuk keluar. Namun gadis itu tidak terima. Seperti katanya, dia punya hak yang sama dengan murid lain.
"Jadi, begini cara terbaik untuk menyelesaikannya, Bu? Ibu marah, saya juga demikian. Lalu salah satu dari kita harus keluar? Yang saya harapkan ibu mendengarkan penjelasan saya saja. setelahnya terserah ibu. tapi apa sesusah itu Bu?"
Seisi kelas masih diam. Setiap mata terpusat pada Yoo Jung.
Ketegangan tak terelak. Banyak wajah yang menatap bengis. Ada yang kalut kebingungan dengan suasan. Bahkan Tae Young si tak mau tau, yang tadi sempat ngantuk berhasil bangun dan langsung konsentrasi menyimak keadaan.
Suara Yoo Jung yang memelas tak berhasil menggetarkan hati Uhm Jung Hwa. Guru killer itu tetap pada keputusannya - diam.
Apabila seseorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.
Kalimat itu pernah dibacanya di sebuah buku. Dan saat ini, kalimat itu bak gendang yang ditabuh tepat di telinganya. Keras dan mempengaruhi.
Kalimat itu seperti besaran gaya yang menggerakkan kaki Yoo Jung terangkat. Kebaskan debunya.
Tak menunggu lagi, Kim Yoo Jung hengkang.
"Kalau orang lain tidak bisa, setidaknya aku harus menghormati diriku sendiri" Batin Yoo Jung.
Sesaat. Hanya sesaat, Yoo Jung menyempatkan diri menoleh ke arah sang sahabat - Jae Hyun.
Entahlah. Dia butuh dukungan. Dan ia berharap Jae Hyun bisa memberikannya.
Ada keraguan di gerakan mata Jae Hyun. Dengan gerakan teramat halus, ia mengalihkan wajah dari Yoo Jung.
Gadis itu tersenyum pahit.
Dalam hitungan detik, ia merasa Jae Hyun seperti menjadi orang asing.
Kebaskan debunya.
Kalimat itu semakin terdengar jelas. Semakin mendesak.
Yoo Jung berhenti sesaat di ambang pintu. Tangannya meraih gagang, mengumpulkan kekuatan, dan membanting daun pintu dengan keras.
Pintu tidak rusak. Tapi suara bantingan kerasnya berhasil memecah keheningan. Semua anak di kelas kaget luar biasa. Ada yang mengelus dada. Ada yang mencak-mencak. Ada pula yang mendumel panjang lebar.
Semua menyudutkan gadis itu.
"Dasar pembuat onar.."
"Sumpah ya, gak sopan sekali dia itu.."
"Astaga, dia preman apa..."
"Tak seharipun duniaku tenang sejak mengenal dia.."
KAMU SEDANG MEMBACA
School Life
General FictionRasa percaya diri yang tinggi, runtuh. Keceriaan direnggut. Sekolah yang semestinya adalah taman belajar dan bermain, kini menjelma menjadi neraka yang sangat dihindari. Liom High School mentransformasi Yoo Jung si gadis desa menjadi murid pembuat o...