Episode 07, the anger (2)

34 3 0
                                    

Keesokan harinya...

Angela memberanikan diri untuk menelepon kakak sepupunya itu. Ia siap menerima konsekuensi dari kejujurannya tersebut.

"Halo?"
"H-halo? Kak Lorenzo, i-ini aku... Angela."
"Oh Angela. Ada apa?"
"Uhm, begini kak. Aku minta maaf sebelumnya...."
"Minta maaf kenapa Angela? Ada apa?"
"Uhm... L-Lia..."
"Ung? Lia? Lia kenapa?"
"Lia... L-Lia... h-hilang kak."
"APA?! LIA HILANG?! KAMU INI BAGAIMANA SIH? KENAPA LIA BISA HILANG?!"
"Maaf kak. Aku benar-benar teledor. Aku tidak menemani Lia sewaktu dia mau membeli minum. Aku janji akan berusaha untuk mencari Lia kemanapun kak. Maafkan aku."
"Kamu ini benar-benar ceroboh! Pokoknya cari Lia sampi ketemu. Kalau sampai ada apa-apa dengan Lia, aku tidak akan memaafkanmu."

Lorenzo mematikan teleponnya. Ia benar-benar stress dan shock. Pekerjaannya mengalami kendala di lapangan, kalah tender dengan perusahaan lain dan sekarang ia mengetahui jika adiknya menghilang di Italia. Lorenzo takut jika Lia diculik oleh seorang mafia disana.

"Ada apa dengan Lia nak?" tanya Choi Seunghyun.
"Lia hilang pi. Aku benar- benar tidak habis pikir bagaimana bisa mereka lalai menjaga Lia?!" jawab Lorenzo dengan marah.
"Apa?! Papi coba bicarakan dengan paman Elias ya. Siapa tau paman Elias bisa membantu mencari Lia. Paman Elias punya banyak teman disana. Semoga Lia bisa ketemu." ujar Choi Seunghyun.

Seunghyun menelepon Sang adik dan membicarakan kasus hilangnya Lia. Elias juga menceritakan jika anaknya sudah melaporkan padanya mengenai hilangnya Lia. Elias berjanji pada Seunghyun untuk segera menemukan Lia. Ia berharap Lia dapat ditemukan dan kembali ke Korea dengan selamat.

Di sisi lain....

Joel kembali menuju ruangan Lia dengan membawa makanan untuk Lia. Joel memasuki ruangan Lia perlahan.

"Selamat pagi Lia." ucap Joel pelan.

Lia tidak merespon. Ia masih trauma dengan kejadian semalam.

"Lia?"

Joel menghampiri Lia perlahan. Betapa terkejutnya Joel melihat Lia yang penuh dengan lebam diwajah dan tangannya.

"Lia? Ini kenapa?"
"Jangan mendekat!"
"Lia, ini aku Joel."
"Jangan mendekat!!! Aku tau kamu mau memukulku kan?"

Joel terkejut mendengar pernyataan Lia. Ia yakin semalam Rino memukul Lia hingga Lia ketakutan seperti ini.

"Lia, hei.. look... it's me. Joel." ucap Joel sambil membalikkan tubuh Lia pelan.

Lia melihat Joel dengan tatapan datar. Joel melemparkan senyuman hangat nan tulus pada Lia.

"Lia, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu bisa terluka seperti ini?" tanya Joel pelan.
"S-semalam... Dia... dia datang kemari..." jawab Lia sambil mencoba menahan tangis dan ketakutannya.
"Dia? Dia siapa?"
"R-Rino."
"Sudah ku duga!" ucap Joel dalam hati.

Lia menangis sambil menahan sakitnya. Joel yang tidak tega berusaha untuk menenangkan Lia.

"Uhm, aku mengerti perasaanmu. Maaf aku tidak ada saat kejadian itu." ujar Joel pelan sambil mengelus pundak Lia.
"Jangan pergi ya. Aku... aku takut.." ujar Lia sambil memegang erat tangan Joel.
"Iya Lia. Aku temani. Tapi, kamu makan dulu. Ok? Nanti aku bawakan P3K, beberapa pakaian dan juga handuk dari Sakura, asistennya Rino. Jadi biar kamu bisa segar." ucap Joel sambil tersenyum hangat.

Lia mengangguk pelan sambil menahan tangisnya. Tanpa sadar, Lia memeluk Joel dengan erat. Joel pun terkejut mendapatkan pelukan dari seorang gadis baik seperti Lia. Selama ini, ia tidak pernah memiliki seorang teman yang baik seperti Lia. Perempuan yang pernah memeluknya hanya almarhumah sang ibu dan sepupunya Lee Hyunjoo atau yang akrab disapa Cherryn. Dengan kaku, Joel pun memeluk Lia sambil mencoba menenangkannya.

"Aku akan menemanimu. Jangan takut ya."
"Terima kasih.. hiks... Joel.."
Joel tersenyum hangat sambil melepaskan pelukannya perlahan.

"Nah sekarang, kamu makan dulu. Ok?"

Lia pun mengangguk dan mulai memakan makanan itu dengan perlahan. Tak lama, Sakura pun datang dengan membawakan kantongan berisi beberapa pakaian, handuk, perlengkapan mandi dan juga P3K.

"Permisi, ini ada titipan dari Rino untuk gadis itu." ujar Sakura datar.

Joel beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kantongan tersebut.

"Terima kasih Sakura." ucap Joel.
"Sama-sama. Oh ya kata Rino, kamu boleh mengajaknya ke taman belakang untuk melepas penat. Ingat! Hanya ke taman belakang. Ya sudah, aku pamit ya. Rino dan paman Dragon sedang di ruang meeting." ujar Sakura sambil meninggalkan ruangan Lia.

"J-Joel.." ucap Lia terbata-bata.
"Ya? Ada apa Lia?" tanya Joel hangat.
"Apa kau punya obat antisakit? Pipi dan gigiku sakit." jawab Lia.
"Sepertinya aku punya di kotak obatku. Tapi kotaknya ada di kamarku. Kamu tunggu sebentar tidak apa-apa? Aku akan segera kembali." ujar Joel.
"Jangan lama-lama ya. Aku takut."

Joel mengangguk mantap dan keluar dari ruangan Lia. Joel dengan cepat kembali ke kamarnya dan mengambil kotak obatnya.

"Ah ini kotaknya." ucap Joel sambil mengambil kotak obat tersebut lalu kembali menuju ruangan Lia.

Lia yang masih makan sambil menahan sakitnya pun sedikit gelisah karena takut jika Rino atau salah satu anak buahnya yang datang ke ruangannya. 5 menit kemudian, Lia pun merasa lega Joel telah kembali dengan kotak obatnya.

"Maaf ya lama. Aku mencari kotak obatnya dulu tadi." ucap Joel.

Lia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Sementara itu, Joel menyiapkan obat antisakit agar Lia dapat meminumnya setelah makan.

"Lia, ini obatnya."
"Terima kasih."

Lia mengambil obat tersebut dan meminumnya. Melihat kondisi Lia, Joel amat miris dan merasa ia tidak bertanggung jawab menjalankan tugasnya. Joel benci dengan kekerasan terutama kekerasan pada kaum perempuan.

"Joel..."
"Ya? Ada apa Lia?"
"Uhm... Apa kamu bisa menemaniku disini? Aku takut."

Tidak tega meninggalkan Lia, Joel pun mengangguk. Joel membereskan alat makan Lia.

"Lia, tunggu lagi tidak apa-apa? Aku kembalikan alat makanmu dulu ke dapur dan mencucinya. Aku usahakan cepat kembali kesini untuk menemanimu." ujar Joel.
"I-iya. Tidak apa-apa Joel. Jangan lama-lama ya." ucap Lia ketakutan.
"Iya, aku tidak akan lama koq."

Joel pun membawa alat makan Lia dan keluar dari ruangan itu. Joel segera mencuci perlengkapan makan Lia dan meletakkannya pada rak piring. Setelah itu, Joel mengambil minyak kayu putih dari kamarnya lalu berjalan menuju ruangan Lia.

"Maaf lagi-lagi membuatmu lama menunggu." ucap Joel.
"T-tidak apa-apa Joel. Aku baru saja selesai minum obat. Aku yakin kau pasti mencuci alat makanku dulu. Hehehe. Oh ya, apa kamu sudah makan? Kalau belum, kamu makan dulu saja." ujar Lia.
"Aku sudah makan koq. Hehehe tenang saja." ucap Joel sambil tersenyum hangat.
"Oh ya, Joel. Kalau aku boleh tau, kenapa kamu mau bekerja disini?" tanya Lia polos.
"Uhm... aku.... Aku tidak punya pilihan lain selain bekerja disini. Aku butuh uang untuk biaya berobat ibuku. Lalu... ternyata Tuhan berkehendak lain." jawab Joel sambil tersenyum miris.

Lia tersentuh mendengar cerita Joel. Mereka pun bertukar cerita hingga Lia pun tertidur tepat di bahu Joel. Joel meletakkan kepala Lia perlahan agar Lia tidak terbangun. Ketika hendak meninggalkan Lia, tangannya tertahan oleh genggaman Lia hingga akhirnya berakhir dengan Joel menemaninya di ruangan itu.

Di ruangan Rino...

"Rino, keponakanku yang pintar... Kamu tau kan sepupumu Kwon Hyunbin itu tidak bisa apa-apa. Dia hanya puas menjadi pemilik kedai biasa dan memutuskan tinggal di Korea dengan istri paman. Hyunbin berbeda dengan Eunbin. Eunbin menjadi mengambil fakultas kedokteran, sebentar lagi akan KOAS dan menjadi dokter sungguhan. Jadi paman tidak punya siapa-siapa lagi untuk bekerja denganmu." ujar Dragon Kwon, paman Rino.
"Aku tau paman. Tidak apa-apa. Lagi pula, aku hanya ingin mengambil alih perusahaan TOP company agar paman Choi bisa merasakan penderitaan ayah." ujar Rino datar.

Apa rencana Rino selanjutnya? Akan kah polisi dapat menemukam keberadaan Lia?

-to be continue-

Peace of tortureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang