36. Perbatasan Trost dan Yarckel (1)

76 13 1
                                    

o0o

Beberapa menit sebelumnya ....

Floch sudah duduk anteng di motornya, jari-jarinya bergerak memainkan benda pipih yang ada di tangannya, matanya jelalatan celingak-celinguk seolah mencari seseorang di tengah banyaknya siswa-siswi SMA Legion yang membubarkan diri di gerbang sekolah. Namun nyatanya, ia hanya santai tidak mencari siapapun, sedari tadi ia menunggu belasan pesan dari Elissa yang tidak kunjung datang. Posisinya saat ini agak berjauhan dengan sekolahnya, berteduh di bawah pohon menghindari siswi-siswi yang meminta dibonceng olehnya. Ataupun menghindari teman-temannya yang tidak pernah absen mengajaknya untuk latihan lagi menjelang semakin dekatnya dengan hari pertandingan.

"Gak dibalas juga," batinnya resah.
Floch mendesah lelah, ia khawatir dengan Elissa.

Tadi pagi, Xavi menghubunginya, memberinya kabar bahwa ia akan turun tangan sendiri untuk membawa Elissa hingga inilah yang menyebabkannya sangat mengkhawatirkan gadis itu, bukan apa-apa, ia hanya tidak ingin dirinya dan seluruh anggota Black Lion terseret dalam kejahatan dan berurusan dengan hukum. Terkecuali Xavi.

Baru saja ia ingin menyimpan ponselnya tapi benda itu tiba-tiba berdering. Floch berdecak, entah ada perihal apa hingga Xavi lagi-lagi menghubunginya. Dengan malas, ia menggeser tombol hijau ke atas, menempelkan benda itu ke telinganya dan menjawab panggilan cowok bermarga Innocencio itu.

"Halo, Xav. Ada apa?" tanyanya to the point.

"Kau di mana? Apa kau bisa datang ke rumahku sekarang?"

Floch memutar bola matanya malas. "Ah, maaf. Hari ini aku sibuk. Memangnya ada apa?"

"Elissa ada di tempatku sekarang, dia masih tidur, ahh ... wajahnya cantik sekali, aku tak sabar bersenang-senang dengannya. Kau tak perlu berurusan dengannya lagi, karena aku sendiri yang turun tangan membawanya ke tempatku, ya perkara mudah membawanya tanpa kekerasan,"

Deg. Jantung Floch hampir lompat keluar dari tepatnya. Ia tercekat, bibirnya bergetar dan genggamannya pada ponselnya semakin erat. "Kau ada di mana sekarang?" tanyanya senormal mungkin, tidak ingin dicurigai oleh Xavi yang nada bicaranya bisa bergetar.

"Aku masih di Trost. Baiklah, aku tutup telponnya ya. Aku tak sabar menunggunya segera sadar,"

Tuuuttt ... tuuuttt ... tuuuttt

Sambungan diputuskan sepihak oleh Xavi. Floch masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Entah bagaimana Xavi bisa membawa Elissa begitu cepat, lebih cepat dari dugaannya. Floch mengotak-atik ponselnya, gerakannya sangat cepat. Keringat sebesar biji jagung menetes dari dahinya, ia dilanda kepanikan saat ini. Selesai dengan urusannya, ia menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya. Menyalakan motornya dan langsung tancap gas meninggalkan SMA Legion.

Tujuannya satu, segera menemui langsung Eren dan meminta pertolongan padanya.

Sedangkan jauh dari posisi Floch sebelumnya, sebuah mobil hitam terparkir dan dari sanalah Xavi menghubungi wakilnya itu. Dan melihat aksi Floch yang tadinya langsung bertindak cepat menumbuhkan amarahnya yang semakin menjadi. Xavi mengeraskan rahangnya menahan amarahnya yang sudah sampai ke ubun-ubun.

"Bahkan orang yang paling kupercayai pun bisa mengkhianatiku begini," geramnya pelan. Tangannya terkepal kuat.

"Kita pulang, bawa Elissa dan langsung pergi ke Yarckel," perintahnya ke orang yang mengendarai mobil itu.

***

Hanya membutuhkan waktu selama 10 menit untuk menempuh perjalanan dari SMA Legion menuju SMA Shingeki, dan saat ini Floch tengah dihadapkan dengan tatapan mengintimidasi dari dua orang yang bersangkutan atas seseorang yang menjadi tokoh utama dalam topik pembicaraannya. Kedua orang itu sama-sama menatapnya dengan ekspresi tidak percaya dan ada sebuah ekspresi wajah yang tidak bisa ia pahami sama sekali.

Back to The Past ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang