Zhang Ji sedikit terperanjat, menatap horror seorang lelaki yang tengah terdiam di pojok ruangan sembari menatap keluar jendela.
Zhang Ji menarik nafas singkat dan mengelus dadanya pelan. Untung saja dia tidak punya riwayat sakit jantung atau sebagainya kalau tidak bisa habis dia.
''Maaf, tapi sekolah akan tutup sebentar lagi,'' ucap Zhang Ji. Berjalan menghampiri lelaki yang terlihat menggunakan seragam yang sama dengar nya.
''Kalau kau tak keberatan aku-''
''Langitnya mendung,'' ucap lelaki itu lembut.
Zhang Ji yang keheranan dan ikut menoleh ke luar jendela. ''Itu senja,'' timpahya. Tak sependapat.
Karena benar saja, tak ada awan mendung disana yang ada warna kelabu yang selalu muncul saat menjelang senja.
''Jadi itu senja?'' Akhirnya lelaki tak dikenal itu menoleh.
Yang mana sontak membuat Zhang Ji terdiam. Tidak bukan karena terkejut dengan fakta dimana lelaki itu tidak tahu yang namanya senja.
Zhang Ji kembali terdiam, cukup takjub saat bersetatap dengan dua obsidian berwarna terang itu.
"Kemana perginya matahari saat senja," ucap sosok tak di kenal itu.
"Hmm?" Zhang Ji tersadar. Dia lantas menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ya terbenam," jawabnya. Entalah, Zhang Ji hanya bingung harus menjawab pertanyaan yang sebelas dua belas seperti pertanyaan anak sd itu.
Namun melihat ekspresi bertanya dari lelaki itu, jelas sekali dia tak tahu dan baru mendengar itu.
"Terbenam itu seperti apa?" ucapnya polos. "Apa itu sama dengan menghilang?"
"Itu beda hmmm bagaimana cara menjelaskannya ya?" Zhang Ji menggaruk kepalanya. "Oh sebentar."
Lalu menuju sisi lain ruangan dan ngeluarkan miniatur dari sistem tata surya yang di ambilnya dari lemari.
Lelaki itu memerhatikan dalam diam.
"Aku tidak terlalu pintar soal pelajaran," ucap Zhang Ji mulai menjelaskan. "Tapi aku harap ini sedikit membantu."
Dengan seksama lelaki itu mendengarkan penjelasan panjang nan berantakan itu. Hingga tanpa mereka sadari langit di luar sudah benar-benar gelap.
"Bagaimana sudah paham?" kata Zhang Ji menutup penjelasan panjangnya.
"Hmm aku paham," jawab lelaki itu mengangguk cepat juga tersenyum bersahabat yang mana menunjukan kedua gigi kelincinnya.
"S-sebaiknya kita pulang sebelum gerbang depan benar-benar dikunci." Zhang Ji yang entah mengapa menjadi terbata.
Lelaki tak dikenal itu mengguk.
Singkatnya mereka kini berjalan beriring di jalan khusus untuk pejalan kaki.
"Rumahmu ke arah mana?" tanya Zhang Ji.
"Sana," jawabnya menunjuk ke belokan depan.
Keduanya kembali terdiam. Zhang Ji memutar otaknya mencari topik apa lagi yang harus dibahasnya. Namun tetap saja semua menjadi sia-sia saat lelaki itu memberikan jawaban singkat.
"Tunggu," kata Zhang Ji begitu keduanya sampai di persimpangan. "Aku Zhang Ji. Orang tuah ku hanya menambah Ji setelah Zhang, marga ku."
"Aku Zuo Hang," ucap sosok itu lembut. "Orang tuah ku juga hanya menambahkan Hang." Keduanya lalu terkekeh.
"Senang berkenalan dengan mu," sambung Zhang Ji usai terkekeh.
"Hmm aku juga." Zuo Hang tersenyum. "Dan sampai nanti."
Zuo Hang berlalu, mengambil arah berlawanan dari Zhang Ji. Namun sebelum benar-benar hilang dari pndanan lelaki bermarga Zhang itu, Zuo Hang berbalik.
"Ceritakan aku lebih banyak," ucapnya.
Zhang Ji tersenyum dan melambai. "Tak masalah aku bisa mengajari mu kalau kau mau–"
"Tidak bukan itu," potong Zuo Hang. Zhang Ji menatap tanya.
Jeda beberapa saat hingga akhirnya Zuo Hang melanjutkan ucapannya. "A-aku hanya ingin tahu lebih banyak tentang mu." Berbalik dan berlalu menjauh.
Zhang Ji masih di sana. Memperhatikan bahu sempit itu hingga menghilang di balik pagar salah satu rumah.
"Hmm mengemaskan." Dirasakan nya sesuatu menghangat.
Terlalu singkat.
Rasanya pertemuan mereka baru terjadi beberapa saat yang lalu, sesaat lagi keduanya berjalan bersama, dan ya sesingkat itu —sesingkat nama kedunya— Zhang Ji setujuh, untuk mengenal Zuo Hang lebih jauh.
Fin.