Bab 4

229 24 0
                                    

Baru saja Jimin pergi meninggalkan rumahnya. Ini memang rencana laki-laki itu. Jimin tiba-tiba datang ke tempat kerja Taery dan mengajaknya pulang bersama. Akan tetapi, akhirnya Jimin menggiring Taery ke sebuah cafe.
Ingin meminum kopi alibinya.
Baru saja mereka duduk, tiba-tiba seseorang datang. Menginterupsi. Taery jelas tahu laki-laki yang kini berjalan kearahnya tak lain adalah Yoongi.
Dia terlihat sangat tampan. Apalagi dengan setelan kemeja hitam yang digulung sampai lengan. Seksi.

"Ada apa Jim?" tanyanya.
"Ah, kau sudah datang, Hyung? Kalau begitu aku pergi ada urusan sebentar. Tolong antarkan dia pulang. Jaga Taery!" Jimin tiba-tiba beranjak dan pergi meninggalkan mereka begitu saja.
Melihat wajah bingung laki-laki yang bernama Yoongi ini, sudah bisa dipastikan kalau dia juga tidak tahu soal pertemuan ini. Semua sudah direncanakan oleh Jimin. Sialan!

Sedikit canggung, akhirnya Yoongi memilih duduk.
Taery memperkenalkan diri. Ia juga
sedikit canggung, tapi setidaknya laki-laki yang bernama Yoongi ini tidak berpikir tengah duduk dengan wanita asing. Anggap saja sebagai balasan karena Yoongi mau duduk
bersamanya, tidak meninggalkan Taery.

"Aku tidak tahu apa rencana Jimin. Mengapa dia menyuruhku mengantarmu? Apa dia bilang sesuatu atau semacamnya?." tanyanya setelah memperkenalkan diri.
Laki-laki ini memang tampak tidak ingin basa-basi. Baguslah, urusan akan cepat selesai kalau begini.
Taery ingin pulang. Jadi,Taery mengangguk. Dia tentu tahu bahwa ini semua adalah rencana Jimin.

"Dia bilang kau adalah tipeku. Jadi,dia memintaku untuk lebih mengenalmu. Dan ya.. siapa tahu kita cocok."
Taery blak-blakan mengatakannya.
Yoongi yang memiliki mata sipit serupa dengan Jimin, tampak terkejut.
Entah terkejut karena isi jawaban Taery atau terkejut karena wanita cantik di depannya itu ternyata lebih blak-blakan darinya.

"Wow. Kau sangat terus terang." sahut Yoongi.
Taery mengangguk saja. Kadang kalau sudah lelah memang lebih nyaman mengutarakan sesuatu secara gamblang. Karena memang ingin agar urusan ini lekas selesai.

"Kau juga sangat terus terang. Itu tandanya kau ingin lekas mengakhiri suasana canggung ini. Jadi aku pun harus terus terang untuk menghargaimu." Yoongi terdiam.
Dia menatap Taery dengan tatapan tidak percaya. Lalu dia tersenyum tipis.

Saat itu, pelayan datang membawakan kopi yang sudah dipesan. Laki-laki tampan itu mengambil menggeser segelas es Americano ke hadapannya.

"Karena kopi sudah datang, aku bisa sedikit menghabiskan waktu untuk mengobrol denganmu. Seperti kata Jimin, mungkin kita cocok." Taery tersenyum.
Bukan karena senang, tapi lega sebab laki-laki itu merespon dengan baik.
Sempat khawatir bahwa Yoongi akan menyelesaikan percakapan ini dan berakhir meninggalkan Taery dengan dua gelas es Americano—meskipun Jimin meminta Yoongi mengantarnya, Taery tidak mau merepotkan Yoongi. Jadi Taery pasti menolak dan Yoongi
akan pergi.

"Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Aku tidak pandai mengutarakan soal diriku."
Taery kembali mengatakan hal yang blak-blakan.
Masih memberikan Yoongi peringatan agar laki-laki itu tidak menaruh ekspektasi tinggi padanya. Dia juga tidak mau memaksa Yoongi
untuk tetap ngobrol jika memang tidak mau.
Laki-laki itu justru terkekeh. Tidak tampak mengejek Taery. Manis sekali pokoknya.

"Kau baru saja mengutarakan dirimu yang tidak pandai mengutarakan diri," sahutnya. Benar juga.

"Kau tenang saja, aku tidak akan memaksamu untuk menceritakan soal dirimu. Bahkan jika kau ingin kita diam dan hanya menghabiskan es Americano, aku bisa melakukannya." imbuhnya.
Taery tampak takjub. "Wow. Ternyata kau bisa bicara panjang lebar sekali. Aku pikir kau akan irit kata-kata."

Sekarang Yoongi tertawa. Giginya yang rapih terlihat lebih jelas. Gummy smilenya tidak kalah menggemaskan dari Jimin. Tinggi mereka juga sama. Mungkin hanya beda satu centimeter. Jimin lebih tinggi.

"Astaga! Sadarlah Taery! Berhenti memikirkan Jimin!" batin Taery.

"Aku memang suka terus terang, tapi bukan berarti aku tidak bisa bicara panjang lebar. Kadang memang hanya bicara seperlunya, tapi mengobrol panjang juga tidak membuatku
kesulitan," jawabnya.
"Well ..." Taery sengaja menggantungkan kalimatnya.

Menopang dagu dengan telapak
tangan kirinya seraya menatap Yoongi. "Aku mudah bosan dan tidak suka terlalu diperhatikan."

Yoongi melakukan hal yang sama. Ia juga menopang dagunya dan menatap Taery tepat di manik mata itu.

"Kebetulan, aku sangat ahli mengabaikan seseorang." Diam sejenak.
Taery merasakan ada percikan aneh. Sesuatu yang lama sekali tidak Taery
rasakan selama ini. Haruskah Taery memulai hubungan yang baru dengan Yoongi?

Lantas keduanya tertawa. Tidak tahu apa yang lucu tapi momen itu membuat mereka tertawa.
Tapi tiba-tiba suara tawa lain, tawa Jimin berdegung di telinganya. Senyuman dan visualisasi sikap jahil Jimin terputar di kepala Taery.
Selalu seperti ini. Mencari pria lain tampak sia-sia karena sejauh apapun Taery mencoba lari, hatinya selalu kembali pada Jimin.

Kedua orang itu tidak tahu kalau di luar cafe, Jimin berkaca-kaca melihat mereka yang tampak akrab.

"Sudah lama kau tidak tersenyum seperti itu Taery. Apa aku harus
benar-benar melepasmu?."

DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang