Hujan dan Manusia

14 0 0
                                    

12 Desember 2019.

" Minggu depan aku menikah zi." Ucap gadis di depanku dengan lantangnya. Tak ada yang bisa ku lakukan selain diam lalu membiarkannya pergi diiringi suara hujan juga langkahnya yang terdengar begitu lirih di telinga ku.

Desember 2009. Di sebuah kursi taman. 

"Ra, ada sesuatu yang harus aku katakan." "paling juga kamu ingin mengatakan bahwa hasil fotomu terlalu indah untuk dilihat kan, hu manusia sombong, pasti hujan tidak menyukaimu." Aku bisu, aku rapuh, menyanggah ucapannya saja nyaliku menciut. Ku urungkan niat ku untuk mengutarakan perasaanku kepada azira sang gadis hujan, yang telah aku pendam sejak aku duduk di sekolah dasar.

"zi, ayo pulang sebentar lagi hujan." Ucap Azira

" kau suka hujan tapi takut basah."

Januari 2011,Disebuah toko buku.

"Ra, ini buku untukmu,aku menyelipkan sesuatu di dalamnya, ku harap kau membacanya." Ucapku sambil memberikan buku itu.

"makasih zi,nanti ku baca."

"Ayo pulang!" Ucapku kepada azira

"nanti saja,diluar masih hujan,aku tidak mau sakit akibat hujan." Lalu kami saling diam,sembari memandangi tetes hujan di jendela. Itu akhir pertemuanku dengannya, Jika kalian ingin tau sejak sekolah dasar hingga kita beranjak dewasa setiap waktunya selalu gadis itu yang terlalu sering bersamaku, terik matahari maupun hujan telah kita lewati bersama, sampai aku tidak bisa membedakan mana luka mana bahagia, ya kalian benar aku mencintainya sejak aku masih duduk di sekolah dasar.

Aku adalah seorang fotografer di usiaku yang ke 27, sedangkan azira adalah pengasuh di sebuah panti asuhan, dia menyukai anak kecil juga menyukai hujan tapi anehnya ketika hujan turun ia tidak pernah mau menyentuhnya dan hanya menikmati wangi tanah setelah hujan, entahlah mungkin itu caranya. Hujan adalah bagian dari kisah, kisah dimana ada aku juga azira di dalamnya percaya atau tidak aku memang teramat mencintai azira, gadis yang selalu mengisi ruang , gadis yang selalu mengisi relung, di dalam hujan aku telah melalui beribu kisah yang jika aku menuliskannya akan menghabiskan ribuan halaman, Setiap kali aku menemani azira bekerja, disitu aku selalu jatuh cinta di setiap harinya melihatnya tertawa, melihatnya berbicara seolah perhatian dunia ku di ambil olehnya, tak lupa akupun selalu mengabadikan azira diam-diam di setiap pertemuan yang terjadi lalu ku simpan fotonya di kamarku yang sudah berjumlah ribuan mungkin, Sungguh, aku tidak bosan.

12 Desember 2019.

Aku gontai, entah-berantah, tak tau arah,minggu depan azira menikah. Tiba-tiba semua gelap, aku tak mengerti.

Ketika ku buka mata, semua orang sedang menangisiku, ada apa sebenarnya ? tiba-tiba azira datang dari ambang pintu, lalu memeluk erat tubuh ku yang terbaring dengan air mata deras yang tega mengalir di pipinya.

" Apa yang terjadi tante,?" ucap azira dengan tangisnya.

" Azizi tertabrak mobil nak," Jawab ibuku. Aku tertunduk lesu di sudut tembok rumah, masih tidak percaya bahwa aku ada di dimensi berbeda, meninggalkan ibu juga Azira, perlahan aku menghampiri azira dan juga ibu, ingin ku sentuh namun tak sampai, akupun tersenyum sendu.

Selamat tinggal Azira, aku tidak pernah menyeseal mengenalmu juga mencintaimu.

Azira,2019

Ini adalah minggu kedua setelah azizi meninggal, aku sangat merasa sendiri di antara orang banyak, tanpa azizi aku tidak tau bagaimana harus kembali bahagia. Aku merindukanmu azizi, aku pun bergegas menuju rumahnya, sesampainya disana aku menemui ibundanya dan ia segera memelukku lalu aku bertanya.

" Tante, boleh aku melihat kamar azizi,?" Tanya ku pada ibundanya. " iya nak, tapi kau harus berjanji untuk melanjutkan hidup mu dan terbiasa tanpa azizi ada pernikahan yang harus kau jalani nak, jangan hanya karna azizi kau merusak pernikahanmu, tak baik berlarut-larut dalam kesedihan " Ucap tante sambil mengelus kepalaku Kami pun saling tatap lalu tersenyum, aku tau itu, aku harus melanjutkan hidup ku.

Saat ku buka pintu kamarnya, betapa terkejutnya aku mendapati foto yang bergambarkan diriku tertempel di setiap inci kamar azizi, tiba-tiba aku teringat buku yang pernah azizi beri kepadaku pada 2011 silam, ia bilang ada sesuatu di dalamnya, selepas itu aku bergegas pulang, tapi di luar hujan, ah aku tidak peduli aku ingin mencari buku itu.

Sesampainya di rumah aku mencari-cari buku pemberian azizi, aku sangat lupa untuk membacanya, jemari kalut ku bergerak gelisah mencari buku itu, Tak lama aku menemukannya di rak teratas, tanganku gemetar dan perlahan membuka nya, kutemukan secarik kertas juga terdapat fotoku dan dirinya ketika menunggu hujan di halte.

" Azira kau adalah manusia, lalu aku adalah hujan, aku datang ke bumi untuk menyejukkan tapi manusia malah berlari untuk berlindung dari hujan,aku juga adalah hujan yang telah jatuh berkali-kali tapi masih saja datang untuk menyejukkan manusia. Azira aku sangat mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu, mau menua berdua bersamaku ,?"

Aku gontai,tidak ada hal yang ku lakukan selain menangis sejadi-jadinya, aku benci dengan dunia, mengapa semua ini terlambat.? Hujan deras menderu dunia siang ini, mewakilkan kisah, mewakilkan sesal, hanya tembok kamar ku yang menjadi saksi nama dan rindu yang wanita bodoh ini tangisi.

Azizi yang harus kau tau, aku juga mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu, kukira kau tak mencintaiku sebab kau tak pernah mengatakannya hingga aku dilamar orang lain, ini tidak adil.

Hujan dan ManusiaWhere stories live. Discover now