Sudah keluar dari balai desa, ternyata masih ada penunggu selain kami.
"Sudah puas berduaan? Tebakan aku benar juga. Dasar nakal!" Suryani tampak kesal.
"Lah... kok kamu bisa tahu kami masih di sini?" tanyaku tak percaya.
"Pertama, Nanny cari-cari kamu yang tidak kelihatan. Aku pikir masih ada di balai desa. Lalu aku sudah cari di dalam sana, ternyata ada barang hilang yaitu lentera kuno peninggalan anaknya Tuan Burhan. Jadi aku kira kamu ambil lentera keluar entah kemana lagi. Akhirnya aku tunggu disini sampai kamu balik," Suryani menyipitkan mata ke arah Charlie, "bersama Heri. Nah, kalian habis dari mana?"
Fiuh... untung saja dia tidak tahu yang sebenarnya.
Tahu-tahu Charlie bersuara. "Tadi kami cuma ada di dalam ba—"
Aku langsung tepuk bagian dada lelaki itu spontan. "Eh, iya. Tadi aku bawa lentera keluar soalnya mau kasih ke Charlie. Ternyata dia sudah punya alat penerangan lain jadi aku kembalikan. Hehehe.."
Agaknya ekspresi Suryani tidak meyakinkan.
"Ada apa? Masih kurang jelas?" sambungku.
"Aku berubah pikiran," tukas Suryani. "Kalian ternyata memang berada di dalam balai desa. Jadi... kalian mencuri sesuatu disana?"
"Aku tidak mencuri, mbak!" sangkal aku. "Hanya meminjam lentera itu, tidak ada barang lain."
Charlie ikut mengangguk. "Aku hanya menemani dia mencari sesuatu."
"Cari apa? Bukan untuk dicuri?"
"Suwer, kami tidak mencuri kok! Aku hanya ingin tahu keadaan di belakang gedung ini. Sudah jelas?"
Harap-harap itu cukup untuk menghentikan omelan Suryani.
"Memang ada apa di belakang sana? Di situ hanya ada semak-semak," tanya Suryani kemudian.
"Iya. Aku pikir ada jalan pintas ke atap, atau semacam jalur rahasia di belakang sana. Jangan-jangan ada harta karun juga?" Pelan-pelan aku bocorkan sedikit.
Akhirnya sikap perempuan ini membuatku sangat lega. "Ya ampun. Kalian curiga ada tempat rahasia disini. Siapa yang cerita begitu?"
"Tidak ada yang cerita. Tau-tau aku kepikiran begitu saja." Padahal aku berbohong kalau pak Parto yang cerita soal itu.
"Em, soal tempat rahasia aku justru kepikiran dengan bangunan ini. Tingginya setara rumah berlantai dua," ucap Charlie membantu aku. "Apa memang tidak ada ruang atap atau loteng di atas sana? Aku bisa melihat lingkaran kaca di bagian atas. Itu pasti jendela. Jarang sekali bahan kaca dipakai pada bangunan apapun saat ini."
Suryani mendesah. "Jangan tanya ke aku. Tuan Burhan yang tahu bangunan ini."
"Kapan balai desa ini dibangun?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Past
Aventura[TAMAT - Kembali direvisi pada Juli 2024] Genre : Petualangan (Adventure), Fantasi, Perjalanan Waktu (Time Travel) ~ Dimana aku sekarang? Dan tempat apa ini? Sarah sudah kehilangan kedua orang tua hingga pamannya sendiri tanpa jejak. Bahkan satu-sat...