“Kau yakin dengan opinimu?” Wezen bertanya seraya mengaduk cappucino milkshake-nya.
Ai mengangguk lagi. Namun, ia tidak menjelaskan alasan mengapa dirinya sangat yakin dengan opini tersebut.
Wezen menatap Ai untuk beberapa saat, ia berharap bahwa Ai akan melanjutkan ucapannya.
“Em.” Ai mengetuk meja yang berada di antara bangku kayu tempat mereka duduk dengan irama tertentu.
“Ada apa, Ai?” Wezen bertanya.
“Bukan apa-apa. Aku hanya bersorak kegirangan dalam hati karena ramen ini penuh dengan cita rasa khas Jepang. Bumbunya, teksturnya, dan hal lainnya,” jawab Ai.
Wezen tersenyum simpul. Setelah beberapa saat membiarkan Ai tenggelam dalam kenikmatan ramen yang ia pesan, pemuda berkebangsaan Jerman itu bertanya, “Jika aku boleh tahu, mengapa kau begitu yakin dengan opinimu?”
Ai menghentikan kunyahannya. Ia mendadak bergeming. Pandangannya menatap netra Wezen yang berbinar saat terkena sorot lampu café. Sekarang, ia musti memilih untuk mengatakan alasan jujurnya atau membuat alasan karangan untuk pertanyaan Wezen. Ai tidak bisa mengelak pertanyaan yang dilontarkan seseorang yang lebih tua darinya. Keluarganya tidak mengajarkan hal seperti itu karena dianggap tabu—budaya Asia cenderung begitu.
“Itu karena ....” Ai menghentikan ujarannya. Ia menghela napas sejenak, lalu mengerlingkan matanya. “Itu karena Ella menyatakan bahwa dirinya ingin ikut. Kau ingat tidak saat Ella mengatakan kalimat pernyataan bahwa ia ingin ikut?”
Wezen mengangguk. “Ya, aku ingat.” Ia mengiris steak daging sebelum melanjutkan kalimatnya, “Tapi, ia juga menghentikan kalimatnya, bukan? Itu berarti keputusannya belum bulat. Belum pasti.”
Ai bergeming cukup lama. Ia berpikir keras bagaimana cara meyakinkan pemuda Jerman tersebut terkait opininya. Namun, saraf otaknya tidak memproses instruksi seperti yang ia inginkan. Pada akhirnya, ia tetap mengatakan fakta yang awalnya hendak ia tutupi dari teman-teman karibnya.
“Ella mengatakan bahwa ia akan ikut ekspedisi itu saat mengantarku pulang.”
»»——❀——««
“Satu vote setara dengan bibit semangat untuk kami." ♡´・ᴗ・'♡
Ada kritik, saran, atau sesuatu yang ingin disampaikan? Please drop it in the comment. ✧(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Triangle
Science Fiction• Bloody Triangle • (a collaboration stories) Written by RiVeRa Terletak di perbatasan Miami, Kepulauan Bermuda, dan Puerto Rico, Bermuda Triangle atau yang biasa dikenal dengan nama Segitiga Bermuda masih menjadi salah satu misteri dunia. Apa yang...