Bab lima

29 4 0
                                    

SUV abu-abu yang dikendarai ayah meluncur memasuki sebuah gerbang tinggi bercat emas. Mobil kemudian berjalan memutari sebuah kolam air mancur besar yang juga dicat keemasan dan menyala oleh lampu. Begitu sampai di halaman depan rumah, Rillo disambut bangunan tinggi dan besar berbentuk huruf U bergaya neoklasik. Pilar-pilar yang menyanggahnya besar dan kokoh. Ornamen ornamen khas Eropa menghiasi setiap sudut dinding. Secara keseluruhan rumah ini banyak dihiasi warna emas seperti gerbang dan air mancurnya.

Ketika Rillo berdiri di halamannya ia tidak tampak takjub ataupun terkejut. Rumahnya yang dulu juga megah namun harus Rillo akui rumah yang ada di depannya ini jauh lebih mewah. Halamannya benar-benar luas dan besar, bahkan jarak antara gerbang dan bangunan utamanya lumayan jauh. Kalau Rillo mau joging ia tidak perlu repot-repot keluar, berlari memutari air mancur yang ada di depan sana sepertinya sudah cukup untuk membakar kalorinya.

Rumah ini juga terletak jauh dari pusat kota. Daerah dataran tinggi yang masih banyak bukit dan rumputnya. Saat di perjalanan tadi Rillo hanya menemukan dua atau tiga rumah yang dibangun sama megahnya dengan rumah yang ada di hadapannya saat ini. Jarak antar satu rumah dengan rumah yang lain berjauhan. Lokasi yang sangat cocok untuk seseorang yang ingin hidup tenang dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan.

"Ayo masuk," ayah sudah selesai menurunkan semua koper dan mengajak Rillo masuk ke dalam rumah.

Rillo segera membantu ayah menggeret kopernya sendiri. Victor tidak ikut terbang bersama mereka, laki-laki itu hanya mengantar sampai ke bandara. Jadi sekarang tinggal ayah dan Rillo.

Bagian dalam rumah sama mewah dengan bagian luarnya. Ada dua tangga di sebelah kanan kiri. Lampu di ruang tamu rata-rata adalah lampu tempel di dinding. Di salah satu tangga di bagian kiri, di sanalah Rillo melihat wanita yang akan menjadi ibu tirinya.

Wanita itu memakai floral v-neck dress bunga-bunga berwarna kuning dan cardigan rajut yang terlampir di pundaknya. Semakin dekat jarak mereka semakin Rillo terpaku melihatnya. Tanpa ia sadari segala bayangan yang ia pikirkan di perjalanan tadi mulai beruntuhan. Wanita itu jauh, jauh sekali dari apa yang Rillo bayangkan. Tidak ada riasan make up tebal, tidak ada wajah runcing dan mata tajam, tidak ada kilatan wajah licik layaknya ibu tiri di dalam pikiran Rillo.

Yang ada seorang wanita anggun berwajah manis, tatapannya penuh kasih sayang, senyumnya lembut dan menyenangkan. Ibu kandung Rillo dan wanita ini sama-sama cantik namun memiliki jenis kecantikan yang berbeda. Wanita ini terlihat lebih ramah dan bersahabat. Seketika Rillo langsung paham mengapa ayahnya lebih memilih wanita ini daripada ibu kandungnya.

"Hai Rillo, selamat datang di rumah baru kamu. Kenalin aku Luci, kamu bisa manggil aku dengan sebutan.. Mami!" Luci memperkenalkan dirinya dengan suara yang terdengar ceria dan riang membuat Rillo sesaat merasa terpaku.

Bukannya Rillo membenci ibu namun pada kenyataannya ibu memang terlalu keras menekan ayah dan Rillo untuk jadi seperti apa yang ia mau. Ibu terlalu menuntut banyak hal hingga ayah dan Rillo kelelahan menurutinya. Hingga lama kelamaan rumah tidak lagi terasa seperti rumah.

Sedangkan wanita bernama Luci ini, dalam sekali perkenalan saja Rillo langsung bisa merasakannya, barangkali yang juga dirasakan ayah. Tatapan Luci serta cara bicaranya dan senyumnya yang hangat membuat Rillo yang baru pertama kali bertemu dengannya, merasa seperti pulang ke rumah.

*

Luciana dengan cepat membuat Rillo merasa nyaman tinggal bersamanya. Meski begitu Rillo tidak lantas langsung membuka diri. Anak itu mengalami proses beradaptasi yang cukup lama dan Luci selalu mengerti waktu-waktu di mana Rillo tidak ingin diganggu atau diajak bicara, Luci akan membiarkannya sendirian.

Ayah tidak bisa menginap terlalu lama bahkan ia hanya menemani Rillo selama dua hari. Namun selama dua hari, Rillo melihat sosok diri ayah yang lain, yang tidak pernah ia tunjukkan sewaktu masih bersama ibu. Ayah tampak lebih bahagia, tawanya lebih lepas dan ceria. Rillo ikut bahagia melihatnya. Sebenarnya apa saja yang membuat ayah bahagia, Rillo mau mendukungnya.

505Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang