10) An ending

1.5K 114 18
                                    


Arka memang sudah ke rumah orang tua Sabrina di Malang. Bareng Fadil dia ke sana. Bukan sebab Arka cemen.

Awalnya, Arka cuma tanya, ke mana kalau mau menemui bapak Sabrina. Soalnya kan sudah pindah rumah. Arka sudah bertukar kontak Fadil pas ketemu dulu, tapi baru kirim pesan ya akhir-akhir ini. Cerita garis besar bagaimana hubungannya sama Sabrina, dan niatnya untuk masih pengen menemui keluarga Sabrina. Fadil jadi ikut pulang sekalian.

Fadil pulang ke rumah mereka dan bapak Fadil ikutan kunjung. Jadi di sana Arka bertemu dengan keluarga inti Sabrina, mengutarakan maksudnya untuk bisa melamar Sabrina.

"Lalu, gimana dengan masalah kamu yang dijodohkan itu, Mas Arka?"

Arka nggak berbohong. Ia memang jujur mengakui apa yang sedang membuat mereka berjarak.

"Itu sudah saya bicarakan dengan Berlian, dengan orang tua Berlian, dan juga dengan orang tua saya sendiri, Pak Bu. Saya nggak mungkin mengutarakan niat ini kalau memang saya hanya akan berakhir menikah dengan Berlian."

Waktu bisa saja terasa berlalu begitu saja. Namun, Arka merasa waktu seperti lama sekali. Sebab hari demi hari ia lalui dengan hal-hal yang melelahkan. Menyelesaikan urusan ini dengan mamanya, menunggu jawaban Om Hendra, melewati, hari demi hari di mana Sabrina menghindarinya.

"Ibumu merestui?"

Arka bisa melihat raut khawatir itu dari wajah ibu Sabrina. Meskipun belum pernah, Arka bisa menerka asal muasal kekhawatiran itu. Bagaimana rasanya kalau anaknya sampai tidak diterima oleh keluarga pasangan.

"Saya sudah bilang sama mama saya. Mama saya waktu itu belum bertemu dengan Sabrina dengan sungguh-sungguh. Saya yakin, kalau mama saya kenal dengan Sabrina ia akan suka padanya. Sabrina anak yang baik, Bu Pak. Ia pandai, rajin pintar memasak, nggak ada alasan mama saya untuk benci ke Sabrina. Kemarin itu hanya karena mama saya kaget atas keputusan saya, bukan karena ia tak suka dengan Sabrina."

Jawaban Arka membuat kedua orang tua itu diam. Masih tampak ragu di mata mereka.

"Ibu, Bapak, saya sebenarnya nggak buru-buru. Masih ada waktu memang sampai saya berusaha meluluhkan hati mama saya dan memperkenalkan ke orang tua saya. Tetapi jangan khawatir, kalau Sabrina menikah dengan saya, saya berjanji kepada bapak dan ibu kalau saya akan berusaha nggak membuat dia bersedih, baik oleh perlakuan saya atau pun keluarga saya."

Bapak dan ibu Sabrina saling berpandangan. Lalu menatap Arka lagi setelah jeda.

"Saya sama yang di sini semua terima kasih sama Nak Arka mau berusaha banyak untuk Sabrina. Kami merestui hubungan kalian. Tetapi soal, jawaban pastinya apakah Sabrina mau menikah dengan Nak Arka, itu saya serahkan sepenuhnya sama anak kami." Bapak Sabrina memberi jawaban. Membuat Arka ingat bahwa Sabrina masih mejauh darinya. Bahkan sering menghilang meski mereka satu kantor. Harapannya naik turun soal ini.

"Tapi Mas Arka, kalau memang Sabrina pada akhirnya bukan berakhir sama kamu, Mas Arka jangan sungkan ya sama kami. Kalau main ke Malang boleh kok berkunjung untuk silaturahmi. Kami masih menyambut baik Mas Arka dan keluarga."

"Terima kasih banyak, Bu, Pak, Dil."

Arka memang masih punya satu tanggungan. Yakni bagaimana meyakinkan Sabrina kalau mereka masih bisa bersama. Yang sebenarnya masih bingung juga di pikiran Arka harus berbuat apa. Perempuan itu menghindarinya terus terusan."

"Santai, Mas. Eh, Mas tahu nggak waktu kecil Mbak Sabrina suka sama apa?"

"Apa, Dil?"



Surat, bunga mawar kering, dan bianglala.


BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang