6

3.9K 287 0
                                    

"SHEILLA AWAS!" pekik Regan saat mengetahui ada bola basket yang menuju kepala adiknya.

BRAK

GUBRAK

Sheilla menutupi mukanya dan memejamkan matanya, namun anehnya dia tidak merasakan tubuhnya tidak terbentur bola sama sekali.

Perlahan matanya membuka, yang dilihatnya adalah dada bindang kakaknya yang berusia 21 tahun itu.

Ya, bukan Sheilla yang terkena bola itu. Regan yang melindungi tubuh Sheilla, akibatnya bola itu memantul tepat di punggung Regan.

"K-kak" cicit Sheilla. Sudah di pastikan Regan akan sangat marah jika berada di situasi yang seperti ini. Tangannya mengepal kuat, terlihat jelas juga otot dan urat lehernya yang menegang.

"Kamu ada yang sakit dek? Ada yang luka ngga?" panik Regan masih dalam posisi yang sama.

Sheilla menunduk dan menggelengkan kepalanya, sekuat tenaga ia menahan tangisnya karna ia pikir sehabis ini Regan pasti akan memberinya hukuman.

"SIAPA YANG UDAH LEMPAR BOLA INI KESINI?" teriak Regan dengan lantang, membuat banyak orang yang sedang bersenang-senang menghentikan akitivitasnya dan menatap sumber suara.

"S-saya kak, m-maaf saya ngga sengaja" ucap seorang lelaki dengan ketakutan mengakui perbuatannya.

"KAMU TAU TINDAKAN KAMU ITU SANGAT MEMBAHAYAKAN ORANG LAIN? HAMPIR SAJA TADI KAMU MELUKAI ADIK SAYA!" bentak Regan lalu memukul salah satu permainan di sebelahnya 'BUGH'

Sikap Regan yang sedikit tempramen jika menyangkut keselamatan adik kesayangannya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Sadar akan hal itu, Sheilla bersusah payah berusaha meraih tangan Kak Regan dan menggenggamnya dengan kuat berharap bisa meredakan emosi kakaknya.

"K-kak, Sheilla gapapa, jangan marah, dia ngga sengaja, lagian dia juga udah minta maaf" ucap Sheila lembut

"Tapi Shei, dia udah nyelakain kamu, kamu dalam bahaya tadi" jawab Regan melembut saat berbicara dengan Sheilla.

"Kak, kan Sheilla ada Kak Regan yang lindungin, jadi Sheilla ngga perlu takut lagi" kata Sheilla meyakinkan Regan.

"Liat, aku baik-baik aja kan? Maafin dia ya kak, kasian dia kan ngga sengaja" lanjut Sheilla penuh harap

Regan luruh, untuk pertama kalinya ia merasa ada sedikit kepercayaan. Regan kembali menatap pelaku itu dengan tajam. Terpancar rasa takut yang begitu kuat dari pelaku itu.

"Pergi dari hadapan saya sekarang!, saya sudah memaafkanmu, ingat saya membebaskanmu karna adik saya sendiri yang menyuruhnya" ucap Regan kepada pelaku itu.

"T-terimakasih kak" ucap pelaku itu lalu dengan cepat pergi dari tempat tersebut.

Regan menundukkan badannya dan mensejajarkan tingginya dengan Sheilla yang duduk di kursi roda.
Regan mengusap wajahnya kasar, melihat Sheilla yang sekuat tenaga menahan tangis dengan senyumannya.

"Kalau mau nangis ngga usah di tahan" kata Regan masih menatap Sheilla

"Enggak! Siapa yang mau nangis" ucap Sheilla tapi sialnya air mata Sheilla tidak bisa di ajak kerja sama.

"Nah itu nangis" ejek Regan lalu mengusap air mata di pipi Sheilla.

"Kakak ngga akan larang Sheilla lagi kan?" tanya Sheilla di sela tangisnya.

"Tergantung, maafin kakak ya karna udah buat kamu takut" ucap Regan mendorong kursi roda milik Sheilla ke luar tempat itu.

"Aku maafin kakak kalau Kak Regan mau beliin aku es krim" celetuk Sheilla lalu menyengir kuda

"Hah?" Regan membulatkan matanya

"Dih ganteng-ganteng tapi budeg" ucap Sheilla mengerucutkan bibirnya

"Siapa yang ngajarin ngomong kasar Sheilla?" tanya Regan melototkan matanya.

Bukannya menjawab, Sheilla malah mengerucutkan bibirnya, dan merengek seperti anak kecil.

"Nanti kalau Sheilla flu gimana? Kalo Sheilla sakit?" Regan berusaha memberikan pengertian pada Sheilla.

Sheilla sama sekali tidak menggubris perkataan Regan. Bibirnya melengkung kebawah, rasanya sangat kesal sekali. Akhir-akhir ini Sheilla merasa sangat sensitif, mudah menangis juga marah.

"Eh, jangan nangis dong, iya deh kakak beliin" final Regan lalu mendorong kursi roda Sheilla ke kedai es krim di mall tersebut.

Sheilla sekaligus membeli 4 cup ice cream rasa favoritnya, coklat, vanila, matcha, dan blueberry.

Regan menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah laku adiknya yang begitu menggemaskan sekaligus membuatnya khawatir. Takut adiknya sakit karna terlalu banyak memakan es krim, meski Regan pastinya membelikan es krim dengan kualitas terbaik.

"Sumpah kak, ini es krim nya enak banget" pekik Sheilla sambil meperagakan gaya jika seorang perempuan memakan makanan yang enak.

"Pulang yuk dek" ajak Regan mendorong kursi roda Sheilla.

~~~~

Sheilla berlari memasuki rumah dengan bersemangat, langkahnya sangat ringan dan duduk di ruang keluarga.

Regan mengikuti Sheilla dan duduk di sampingnya, membiarkan Sheilla bersender di bahunya sambil menonton TV.

"Shshh" rintih Sheilla

"Kenapa dek? Apanya yang sakit?" panik Regan mencari letak luka di gadis itu.

"I-ini k-kak pe-rut a-ku" jawab Sheilla jujur dengan wajah yang memucat

Regan dengan segera menggendong Sheilla. Saat baru saja mengangkat tubuh gadis itu, Regan bertambah panik saat melihat cap darah di bekas tempat duduk Sheilla.

"D-darah? BI INAH!" panik Regan lalu memanggil Bi Inah

Bi Inah datang dengan cepat lalu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, dan Regan menceritakan semuanya.

"Den, itu teh namanya menstruasi, wajar itu den" ucap Bi Inah

"Jadi bukan gara-gara es krim bi?" tanya Regan polos

"Bukan den, perut sakit waktu menstruasi itu hal yang wajar den" jelas Bi Inah

"Kak, Sheilla gapapa, turunin Sheilla aja" kata Sheilla membuka suara.

"Ngga! Kakak bawa kamu ke kamar, nanti bibi bantu bersihin" perintah Regan dengan nada yang tidak ingin di bantah.

Sheilla tidak memberontak, memang benar tamu bulanan kali ini membuat moodnya tidak teratur dan sangat terasa sakit di perutnya. Padahal saat di tubuhnya yang asli, Sheilla tidak merasakan sakit perut yang sangat sakit seperti ini.

"Kakak keluar dulu, kamu istirahat saja" kata Regan menutup pintu kamar Sheilla.

Melihat kondisi sudah aman, dan semua sudah di bersihkan. Sheilla merebahkan dirinya di atas kasur.

"Apa setelah ini Kak Regan akan lebih posessive lagi? Aaaa aku ngga sanggup" kata Sheilla berbicara sendiri.

Sheilla mulai memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang menyerang perutnya dengan meremas perutnya pelan untuk menahan.

....

Jangan lupa vote!

TRANSMIGRASI!  OVER PROTECTIVE?! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang