Pov Runa.
01
Pagi itu kalau dirinya tak salah ingat, ia tak pulang ke apartemennya. Menginap dengan berkas menumpuk dan dua gelas kopi hitam yang menemaninya malam itu, serta musik yang terus berputar hingga tengah malam tiba. Lalu, mengapa sekarang dirinya ada pada sofa cokelat muda dengan selimut yang menutupi tubuhnya setengah badan serta jas hitam legam yang wanginya sangat maskulin. oh, dan tak lupa pengharum ruangan dengan wangi citrus dan kopi yang membuat tubuh dan fikirannya sangat rileks.
Tunggu, mengapa ia seperti menikmati semuanya? Bukankah seharusnya dirinya panik dan segera meninggalkan ruangan ini. Tapi ruangan ini sungguh familiar bagi dirinya, apakah ini ruangan atasannya? Pak Nathan...
"oh, kau sudah bangun runa. Ingin sarapan bersama dengan saya? Kebetulan tadi di depan gedung ada bubur ayam gerobak dan sepertinya saya kelebihan satu porsi saat membeli"
Runa terdiam, wajahnya ia palingkan pada sumber suara. "Pak Nathan???!" Runa berteriak sembari mengangkat selimutnya ke atas, menutupi seluruh tubuhnya dan mengecek apakah dirinya masih berpakaian sangat lengkap, dan ya..semua masih lengkap.
"santai aja runa, saya nggak ngapa ngapain kamu. Jadi mau buburnya atau tidak? Atau saya kasih OB saja nanti"
"ah..iya pak boleh, maaf soal tadi saya berteriak"
Nathan menganggukkan kepalanya lalu memberi sebungkus porsi bubur ayam tanpa sambal dan kacang lalu dengan dua tusuk sate usus.
"makasih pak"
Keduanya makan bersama dengan tenang, namun Runa masih kepikiran. Bagaimana bisa ia ketiduran diruangan bossnya.
"pak, saya boleh bertanya?"
"ya, silahkan""kemarin malam, saya menerobos masuk ruangan bapak ya?"
Nathan tersedak buburnya, runa langsung panik dan kelimpungan mengambil segelas air putih diruangan tersebut dan memberikannya pada Nathan.
"haduh, maaf pak" sambil menepuk nepuk punggung Nathan pelan, berharap batuknya mereda.
"ekhm..nggakpapa. Soal semalam kamu nggak menerobos ruangan saya kok, saya yang angkat kamu ke sini, kebetulan saya juga lagi lembur terus ngeliat kamu yang penampilannya kaya zombie. Komputer masih nyala, sampah kopi dan beberapa cemilan, pokoknya kacau banget"
Runa meringis mendengar penuturan Nathan tersebut, sungguh sangat memalukan.
"tapi itu semua sudah saya suruh OB bersihkan dan rapihkan. Lagian kamu kalau memang nggak bisa lembur ya pulang aja, kaya nggak ada waktu besok. Jaga kesehatan kamu, ingat keluarga juga, kalau kamu kenapa kenapa mah saya nggak rugi malah saya bisa langsung cari karyawan baru kan?"
"hehe iya pak, mohon maaf. Kalau begitu terimkasih atas sarapannya, lain kali saya yang akan teraktir bapak"
"loh mau kemana?"
"pulang pak, mau mandi sama ganti baju""kamu sudah lihat jam berapa ini?"
Runa mengecek arlojinya dan melonjak kaget saat melihatnya. "saya bakalan kesiangan kalau pulang dulu hehehe"
"yasudah, mandi di kamar kantor saya aja yang dibelakang itu, ada kamar mandinya, nanti pakaiannya saya bawakan"
"nggakusah pak, saya ngerepotin mulu dari tadi""aruna, buruan. Saya nggak terima penolakan"
Dan dengan segera aruna berjalan ke pintu honi ber-cat cokelat muda, lalu mencari kamar mandi yang Nathan sebutkan. Matanya berlonjak kaget melihat ruangan yang cukup besar dan dirinya yakini hanya atasannya tersebut yang menempati. Ruangan tersebut tak terlalu banyak barang, hanya ada kasur ukuran double bed, sofa dan meja kaca lalu beberapa figura dan lemari pakaian. Dan kamar mandinya tepat disebelah lemari pakaian. Runa segeran membersihkan tubuhnya dan menunggu nathan datang membawa pakaian yang dijanjikan.
Tak berselang lama, pintu kamar mandi diketuk. "runa, bajunya saya gantung dipintu lemari. Kalau nggak kurang cocok nanti bilang aja sama saya, biar saya cari penggantinya"
Runa sedikit berteriak dari dalam dan mengucapkan terimakasih, tak lama Nathan berjalan keluar kamar dan Runa langsung mengambil pakaiannya.
Dilihat pakaian yang Nathan bawakan, kemeja putih dengan setelan rok beraksen ruffle diatas lutut. "seleranya keren.." puji Runa.
Dipakainya pakaian tersebut, dan Runa memilih rambutnya dengan di cepol rapih ke atas lalu dirinya segera keluar dari kamar mandi dan melihat ada kotak diatas tempat tidur.
"HEELS???"
Iya dikardus tersebut terdapat healls dengan warna cokelat muda yang sangat selaras dengan setelannya kali ini.
Dengan segera runa menenteng heels tersebut keluar kamar dengan dirinya yang berjalan tanpa alas kaki, berniat protes kenapa banyak barang dibelikan untuk dirinya.
"pa-k...."
Belum sempat Runa menyelesaikan perkataannya, dirinya malah mendapatkan tatapan kebinguan beberapa karyawan yang sedang diruangan pak Nathan.
"bodoh..bodoh" rutuk runa dalam hati
Langkah mundur runa ambil secara perlahan, "mohon maaf, silahkan lanjutkan" dan setelahnya runa membalikkan tubuhnya dan kembali menutup pintu kamar tersebut.
"haduh, Aruna Augustina. Lo ceroboh banget aslian, gimana kalau mereka mikir aneh aneh tentang gue sama Pak Nathan"
Dan benar saja tak berselang lama Nathan datang berlengang pinggang, "ada apa Aruna?"
"anu pak, ini heels buat saya?"
"iya lah, memang diruangan ini ada lagi wanita selain kamu?"
"iya pak, saya doang... tapi saya kembalikan aja ya pak. Mahal banget ini mah, baju sama rok aja saya nggak tau kapan bisa saya gantinya"
"Aruna, saya nggak pernah bilang buat kamu nantinya suruh ganti semua barang barang yang sekarang melekat ditubuh kamu ini. Gratis, saya janji nggak tagih apa apa"
"tapi pak.."
"saya nggak terima penolakan, dan cepetan kamu kembali ke meja kamu. Ini sudah jam kerja"
Runa segera memakai heels nya, membungkukkan tubuhnya dan berterimakasih dengan semua yang ia terima pagi hari ini kepada Nathan lalu keluar ruangan dan segera ke meja kerjanya dengan beberapa mata yang melihatnya. Runa yakin dirinya sekarang pasti sedang diperbicarakan banyak orang di kantor.
"Runa, habis ngapain lo..hayo"
Sapa Bian, dengan senyum jahilnya. "bian lo jangan ngerusak mood gue, seriusan mending lo diem atau nanti pas malem minggu, Kia gue culik nemenin nontong drakor di apartemen gue"
"dih, jangan dong!!! Gue sama kia udah reservasi resto"
"makanya diem!"
Bian langsung melanjutkan pekerjaannya.
"arghh, sial!" umpat Runa kecil
Runa juga langsung melanjutkan pekerjaannya yang tertunda malam tadi, berkas berkas masih menumpuk dimejanya. Hingga jam makan siang Runa juga belum selesai, bahkan Bian mengajaknya makan siang Runa menolaknya. Pokoknya malam ini ia harus pulang dan nonton netflix seharian. Hello, besok hari libur dan siapa yang masih ingin berkutat di layar komputer. Hell no.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not the main character - Johnny Suh
FanfictionPrologue: "Aruna bukanlah seorang pemeran utama dalam hidupnya sendiri, lantas bagaimana Johnny suh; atasan dikantornya, mengajaknya menikah dalam waktu sebulan kedepan. Terlalu mengejutkan, sungguh. Pria tampan dan memiliki badan atletis tersebut m...