02

4 0 0
                                    

Nathan POV

02

Setelah melihat Runa keluar dari ruangannya, Nathan langsung merilekskan tubuhnya di sofa yang sempat Runa tiduri kemarin malam. Wangi wanita itu menempel pada sofanya.

"eyyo, Nathan muka lo sumpek amat"

Entah dari mana datangnya, Damar karyawan kepercayaannya sekaligus sahabatnya datang dengan dua kaleng cola dingin dan langsung duduk tepat disampingnya.

"biasa"

"bunda lo?"

"kemarin malem sempet telfon, minta cucu. Gila aja, gue lagi deket sama cewe aja nggak, ini malah minta bayi"

"mangkanya, buruan cari. Umur udah mau kepala tiga status dari jaman kuliah masih gitu gitu aja"

"dari pada lo sama Ciel, ganti pasangan udah kaya ganti baju"

"boss, hidup mah sekali. Lakuin aja selama ada peluang"

Nathan hanya meneguk colanya tanpa menjawab pernyataan Damar. "bikin tambah mumet lo, sana kerja"

"siap boss Nathan, jomblo"

Damar berjalan pergi, namun sebelum keluar pintu Nathan menendang bokong Damar cukup keras hingga sang empu meringis kesakitan. "sakit, sinting lo" dan setelahnya Damar benar benar hilang dari penglihatan Nathan.

Nathan melanjutkan kegiatannya membaca beberapa berkas berkas penting untuk nantinya dibicara kan saat meeting sore nanti, sekitar lima berkas sudah Nathan baca dan pahami. Punggungnya cukup sakit karena berlama lama duduk dikursi kerja.

"lunch sama apa ya enaknya"

Nathan men-scroll aplikasi makanan pesan antar. Jujur sebenarnya siang ini ia tak ingin makan, namun perutnya meronta ingin di isi karen tadi pagi hanya memakan bubur ayam.

Ah iya, soal bubur ayam. Nathan malah mengingat Runa, salah satu karyawannya yang ternyata cukup manis? Bagaimana bisa dirinya baru menyadari ada karyawannya yang semanis Runa, apa dirinya ajak menikah saja?

Lihatlah pikiran bodoh Nathan ini.

Dan soal pakain yang diberinya pada Runa tadi pagi, sebenarnya itu pakaian dan heels yang seharusnya Nathan berikan pada wanita yang malam ini menjadi teman makan malamnya. Ya, itu suruhan bundanya sih.

Akhirnya Nathan memilih tidak memesan makanan siap antar, dan memilih membuat segelas coffea panas di pantry dengan roti selay.

Saat berjalan ke pantry, Nathan melihat Runa yang masih berkutat dengan komputer dan beberapa berkasnya.

"runa, kamu nggak lunch?"

Yang disapa berlonjak kaget, "siang pak. Nggak pak, saya takut nggak pulang, kebetulan besok kan weekand jadi mau saya kelarin aja"

"loh, kamu udah lupa yang saya bilang tadi pagi? Jangan sampai lupakan kesehatan kamu. Mau saya buatkan teh sama roti selay? Kebetulan saya juga mau buat kopi hitam sama roti selai juga"

"nggak usah pak, saya belum lapar juga hehe"

Namun Nathan malah pergi mejauh dari meja kerja Runa dan berjalan ke pantry. Dibuatnya segelas teh dan kopi, lalu dua porsi roti selai dengan topping mesess dei dalamnya.

"ini, luangin waktu buat diri kamu saat kerja. Jangan terlalu di forsir saya nggak suka"

Runa menerima teh dan roti selai dengan senyumnya dan sedikit tak mengerti dengan ucapan boss nya tersebut, "terimakasih banyak pak"

Dan setelahnya Nathan kembali keruangannya dengan senyum yang mengembang hingga menenggelamkan matanya.

Sorenya, bunda kembali menelfon saat Nathan selesai meeting.

"hallo bunda, ada apa?"
"hallo sayang, kamu belum kasih baju sama heels yang bunda suruh? Kok saat bunda tanya Issabel dia belum terima?"

"hehe iya nih bun, tadi pagi ada kejadian"

"apa? Kamu nih, bunda jadi nggak enak sama issabel tau. Emang bajunya kamu kemanain?"

"ada bun, tapi udah dipakai. Sama temen kantorku"

"loh, kamu ada pacar? Kenapa nggak bilang bunda? Kalau gitukan bunda nggak usah repot sana sini jodohin kamu loh Nat. Kenalin ya sama bunda, malam ini"

"harus banget malam ini bun?" "iya lah!! See you soon sayang, jangan lupa bawa mantu bunda hihi"

Dan setelahnya sambungan terputus, dengan Nathan yang menatap kosong dinding kantor dan berfikir bagaimana mengajak Runa bertemu bundanya.

Sekitar jam setengah sembilan Nathan sudah berniat untuk pulang, namu dirinya melihat Runa yang masih setia dnegan komputer dan beberapa berkasnya. "mau nggak mau gue ajak, kali aja setelah ini bunda berhenti jodohin gue"

Nathan menghampiri runa dengan keadaan yang cukup kacau, rampu yang sudah diikat pontail senrta kacamata yang setia bertengger dihidungnya.

"malam runa"

"malam pak nathan, mau pulang pak?"

"iya, kamu sendiri? Mau nginep lagi?"
"nggak pak, ini bentar lagi beres tapi masih ada beberapa yang typo aja sih"

"kalau gitu mau ada yang saya bicarakan, boleh?"

Runa menyetujuinya walau wajahnya terlihat sangat bingung. Mereka berdua berbicara di meja pantry.

"jadi, saya mau ngobrolin soal baju yang kamu pakai"
"hah, maksud bapak? Mau nagih duitnya ya pak...nanti ya pak saya lagi nggak bawa cash, suer"

"nggak Runa. Baju yang kamu pakai tuh harusnya buat wanita yang bakalan dinner sama saya malam ini"
"HAH??! Serius pak..haduh saya nggak enak ini, gimana"

Ucap Runa gelisah

"tenang dulu..saya jelasin dulu ya. Jadi bunda saya tuh suka jodohin saya gitu, nah harusnya malam ini saya dinner saya wanita pilihan bunda saya tapi baju yang harusnya dikasih kan dipakai kamu, terus saya bilang ke bunda kalau bajunya saya kasih ke teman kantor"
"terus pak?"

"bunda saya malah ngira kamu itu pacar saya, terus minta ketemuan malam ini. Gimana? Saya juga bingung, jadi kamu mau dinner bareng saya dan bunda malam ini....tapi sekalian berpura pura jadi kekasih saya"

Runa terdiam tak merespon, "ini saya nggak bisa nolak pak?.."

"nggak, nanti kalau kamu nolak takutnya bunda saya curiga. Buat apa ngasih pakian ke wanita apa lagi teman kantor secara tiba tiba kan? Malam ini saja, cuman saya sama bunda kok"

Terlihat Runa menghela nafas pasrah, "yaudah pak nggakpapa, tapi malam ini saja. Soalnya saya nggak mau terlibat terlalu jauh"

"iya saya janji, jadi kamu siap siap aja dulu. Nanti saya tunggu di mobil"

Dan setelahnya Nathan pergi meningglkan Runa yang terlihat langsung membereeskan bawaannya yang berada pada di meja kantor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not the main character - Johnny SuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang