Epilog

2K 177 7
                                    


Ya enggak dong. Masa iya nikah juga harus sembunyi-sembunyi. Kan perayaan resmi. Kalau kawin beda lagi. Eh.

Arka sama Sabrina juga awalnya bingung gimana mau ngaku. Mau siapa dulu yang ngomong. Pernah mereka merencanakan sehabis rapat mereka bicara ada kolega kantor mereka itu. Tetapi sampai mau bubar Arka sama Sabrina cuma lirik-lirikan bingung.

Mereka akhirnya memilih mengundurkan pengumuman itu sampai persiapan pernikahan mereka berjalan dulu. Setidaknya juga sampai setelah Sabrina resign.

Iya, Sabrina jadi resign setelah menimbang berbulan-bulan. Bukan karena malu akan diceng-cengin di kantor sebab ia pacar Arka, atau disinisin sama mereka yang selama ini naksir Arka. Bukan itu, meskipun itu juga alasan kecil. Alasan besarnya ya apa yang ia rasakan saja selama ini. Ia ingin istirahat dulu sambil mengolah skill-nya yang lain. Pak Weda sempat membujuk-bujuknya untuk bertahan karena sudah senang dengan Sabrina sejak interview user. Tetapi Sabrina sudah mencarikan calon yang mampu mengisi posisinya jadi tidak ada kewajiban ia untuk ia tetap di sana. Ia mendapat haknya untuk resign.

Sambil seiring waktu, dalam persiapan pernikahan, ia berbicara dengan calon mama mertuanya. Mama Arka sudah minta maaf pada Sabrina karena dulu ketika ia datang, beliau tak menemuinya dengan sopan. Sabrina memahami.

"Saya juga minta maaf karena bukan seperti menantu yang Anda impikan."

Mama Arka menggeleng. 

"Saya mungkin belum menyukai kamu seperti saya menyukai Berlian, Sabrina. Tetapi, kalau kamu yang bisa membuat anak saya tersenyum seperti itu, seharusnya saya tak mempermasalahkan hubungan kalian, kan?"

Sabrina dan mama Arka berusaha untuk akrab. Setiap weekend, Arka mengajak Sabrina ke rumah dan masak-masak di sana. Untuk saling mengenal dan menerima kehadiran satu sama lain di kehidupan mereka. Sebab pernikahan adalah soal berbagi dunia. Yang mulanya asing menjadi milik kita. Begitulah segalanya berjalan.

Soal cara Arka dan Sabrina berbagi berita kepada teman-teman kantornya ya akhirnya pelan-pelan. Udah kaya jadi SPG door to door ketika membagikan undangan.

Dinda kaget sampai nggak percaya waktu Sabrina ngajak hang out dan memberinya undangan.

"Arka, Sab? Arka yang itu? Arka Riadanarta Permana?"

"Iya, Din."

"Kok bisa? Lo kasih pelet ya?"

"Enak aja."

Entah lah. Sabrina juga tersenyum. Kok bisa ya ia berakhir dengan Arka? Seperti cerita yang ia baca. Too good to be true. Tapi ini rasanya lebih pada... it's good that it's true.

Sedangkan Arka malah dapat kata-kata umpatan.

"Wan, Za. Lo berdua punya jas cakep kan?" tanya Arka ke Wawan dan Reza sehabis makan di kantin.

"Punya lah, lo pikir."

"Buat apaan emangnya?" Reza penasaran kenapa Arka tiba-tiba tanya soal baju bagus.

"Pake ya."

Pinta Arka sembari menyodorkan kertas berwarna abu-abu doff kepada mereka.

"Apa nih? Undangan pernikahan." Awan membaca judul yang tertulis besar. "Lo nikah? Tiba-tiba gitu? Ama siapa nyet?" Kagetnya Awan belum kelar karena belum membaca nama yang tertera di sana. "Arka dan Sabrina. Sabrina? Sabrina siapa? Sabrina Arnelia Putri. Sabrina yang itu? Woy! Yang bener lo. Wah gila."

"Lu pacaran sama Sabrina?"

"Iya, udah dua tahun lebih."

"Anjiiiiiiiiiiing. Bisa-bisanya ya."

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang