Bab 6

240 23 1
                                    

Amarah Taery sudah meledak. Dia bahkan sampai melempar vas bunga. Untung saja tidak mengenai. Padahal dia berharap pecahan kaca menusuk nadi leher Jimin dan perempuan itu.

"SIALAN! BANGSAT! YOU FUCKING DICK HEAD! MATI SAJA KALIAN!"

Jimin sampai terpaku. Untuk pertama kalinya dia melihat Taery semarah itu. Memang sengaja melakukannya.
Membawa wanita lain untuk menghibur dirinya juga untuk menyakiti Taery.

Tapi ia tidak menyangka respon Taery akan seperti ini. Bukankah sudah menjadi kesepakatan mereka boleh membawa pasangan masing-masing ke rumah?

"Taery-"
"BRENGSEK! JANGAN PENAH MEMANGGILKU DENGAN MULUTMU YANG MENJIJIKKAN!"
Jimin diam, sambil menatap wanita yang sedikit ketakutan di samping nya itu.
"Kau, pergilah. Pesanlah taksi dan pulang!"
"T-tapi-"
"PERGI!" Jimin menaikkan intonasinya.
Berhasil perempuan itu langsung beranjak dan pergi dari rumah itu.

Jimin menghela nafas dan mengambil kaosnya yang ditelantarkan di lantai. Ia beranjak dari duduknya, berjalan hati-hati, menghindari pecahan vas bunga menghampiri Taery yang masih berdiri tak jauh darinya.

"Taery-"

PLAK!!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Jimin.
"JANGAN PERNAH MENYEBUT NAMAKU DENGAN MULUTMU ASSHOLE!" bentak Taery lagi.

Tidak sudi melihat wajah Jimin lebih lama. Emosinya tidak pantas dia luangkan semuanya.
Dia harus memiliki cara lain untuk membalas Jimin.
Benar,Taery akan balas dendam. Bukankah itu permainan yang sedang mereka mainkan?
Menjadi orang paling jahat untuk saling menyakiti.

Jimin telah menorehkan luka yang dalam padanya maka Jimin harus mendapatkan luka yang sama. Lebih dalam kalau perlu. Taery tidak peduli kalau ia harus runtuh untuk membuat Jimin remuk.
Toh dia sudah retak, sudah pecah karena Jimin.

Menyedihkan karena hatinya masih sempat berharap untuk memperbaiki hubungan dengan Jimin. Ternyata harapan memang fatamorgana. Indah dibayangkan. Seolah memberikan uluran tangan untuk menyelamatkan
hidup Taery. Nyatanya tidak!.

Realita di depannya begitu menjijikkan. Sayangnya Taery juga sama menjijikkannya. Sudah kotor dengan lumpur merah yang
dilemparkan oleh Jimin. Jadi untuk apa bergantung pada angan? Tidak berguna. Hanya membuat Taery lemah.

Di kamar Taery menahan untuk tidak terisak. Sengaja agar dadanya sesak. Agar dia merasakan sakit lebih nyata sehingga memiliki alasan lebih besar untuk balik menyakiti Jimin.
Lantas ia mengambil ponselnya. Mencari satu kontak yang ia simpan tadi, Yoongi.
Dia membutuhkan Yoongi sebagai alat balas dendamnya. Taery memang jahat. Salahkan Jimin.
Laki-laki itu yang membentuk Taery jadi seperti ini. Toh Jimin yang memperkenalkan Taery dengan Yoongi.

"Halo?" Tidak butuh lama Yoongi mengangkat panggilan Taery.
"Aku membutuhkanmu." Suara Taery lirih. Sedikit kesulitan bicara karena sesenggukan.
"Taery? Terjadi sesuatu?" Volume Yoongi sedikit naik. Tampaknya laki-laki itu khawatir.
"Selamatkan aku!"

***

"Kau masih tidak mau bicara?" tanya Yoongi. Laki-laki itu tampak khawatir.
Semalam Taery tiba-tiba menghubunginya dan meminta tolong. Akan tetapi, wanita di
depannya ini menolak Yoongi datang ke rumahnya. Katanya dia ingin bertemu lagi esok
hari-sekarang. Mereka sudah bertemu.

Yoongi membawanya ke roof top gedung di mana dia bekerja. Disana tempat pribadinya. Tidak ada orang yang bisa ke sana kecuali dirinya. Membawa Taery ke sana bukan dengan maksud buruk. Barang kali Taery membutuhkan tempat untuk
sendiri.

"Apa kita tidak bisa langsung berkencan saja?" ujar Taery tiba-tiba. "Aku tidak bisa menunggu lebih lama." Yoongi sampai terdiam. Lagi-lagi Taery membuatnya terkejut. Tapi Yoongi juga tidak bisa
menolak. Taery sangat menarik. Tidak bisa melepaskannya begitu saja.

DESIRE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang