Prolog

150 18 3
                                    

"Woi, kita bolos aja kuy? Ngapain juga pelajaran ini males ngantukin banget." ajak siswa laki-laki berkulit kuning langsat itu dengan sedikit berbisik kepada teman-teman satu gengnya.

Ya, fisika. Pelajaran yang menyenangkan bagi sebagian murid, tapi menjadi sangat membosankan bagi sebagian yang lain. Tepatnya, mereka adalah salah satu kelompok di kelasnya yang amat benci pelajaran wajib yang satu ini. Baginya, 'Ah apaansi sok keras, materinya dipake di kehidupan sehari-hari juga kaga, ngapain harus belajar fisika?'

"Iya ah gas, mana ini pelajaran terakhir nanggung banget ga si?" sahut teman sebangku siswa laki-laki itu.

"Mending minum si kata gue."

"Mending tidur lah gila, mendung gini."

"Mending mangsit si udah paling cocok."

Laki-laki itu kemudian menggeram, tangannya spontan menarik tas ransel hitam miliknya, "Yaudah ayo cabut aje jangan bacot mulu."

"Ya sabar bos, nunggu si bapak ini ke toilet dulu lah." jawab temannya yang lain, ia menunjuk bapak guru yang sedang menerangkan menghadap papan tulis.

"Sabar bro, sabar." teman sebangkunya menepuk-nepuk bahu siswa yang terbilang tampan itu.

"Ya anak-anak, sebentar ya seperti biasa bapak izin ke toilet dulu. Dicoba ya latihan soalnya nomer 5-7." instruksi pria paruh baya itu.

"Baik pakkk." sahut semua murid di kelas dengan sumringah, terkecuali sekelompok murid di pojok belakang dekat rak buku. Dengan tas yang sudah siap dibawanya, mereka bergegas langsung keluar kelas dengan kompak tanpa izin terlebih dahulu.

"Eh, mereka kok keluar?" celetuk siswi berkacamata yang duduknya selang dua baris dari gerombolan tersebut.

"Biasalah, mereka pasti mau bolos. Lo kaya gatau mereka aja."

Kini semua pandangan murid yang tengah asyik dengan bolpoin dan lembar kerjanya teralihkan ke arah gerombolan itu pergi.

"Tenang aja, ntar gue lapor ke wali kelas lagi." tutur si ketua kelas dengan santainya. Ia tampak terlihat sudah capek dengan tingkah anak-anak nakal itu sehingga enggan untuk menegur.

Gerombolan itu terus berjalan menuju kantin belakang yang terbilang cukup sepi karena ini bukanlah jam istirahat.

Siswa tampan itu menaikkan sebelah alisnya kepada teman-temannya setelah mereka sampai di depan pagar belakang sekolah. Seakan-akan sebagai sinyal agar melewati pagar untuk bolos. Tak butuh waktu lama, tampaknya sinyal itu ditangkap cepat oleh teman-temannya. Mereka pun secara bergantian perlahan keluar dari lingkungan sekolah seperti pencuri yang takut ketahuan.

"Gasss kita pesta di rumah si sultan!!"

"Berangkaaatt!!"


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Ini baru prolog, perjalanan kita masih panjang yaa hehehe. Sampai jumpa di chapter 1 <3

Jangan lupa vote, comment, dan share ke temen-temen kalian yaa!

-Reswara Sahitya Mahatma-

How It Ends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang