Prologue

128 15 0
                                    

Namaku Tee Jaruji, aku seorang mahasiswa dari jurusan Kedokteran. Aku adalah salah satu orang yang mendapatkan kesempatan menjadi bagian dari pertukaran pelajar di Paris, hanya aku yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi mahasiswa di kota cinta itu, kota yang terkenal akan keromantisannya dan juga bagunan indahnya yang menjulang ke langit yakni Menara Eiffel.

Tentu aku super duper sibuk, karena kenapa? Ya, aku terlahir dari keluarga sederhana jadi aku harus mencari nafkah untuk diriku sendiri selagi aku masih menjalani masa pertukaran pelajarku. Aku bekerja sebagai Barista Part Time di salah satu cafe Starbuck di pusat kota, dan aku memiliki teman baru yang cukup asyik sehingga tak membuat hidupku terasa membosankan.

Dan malam itu jam kerjaku telah usai, aku membuat segelas kopi hangat untuk diriku sendiri karena malam itu pertama kalinya musim dingin turun untuk pertama kalinya.

[Berbicara Bahasa Prancis]

"Hai, Tee. Kau belum kembali ke kondiminium mu?" Tanya salah temanku yang sebagai barista juga dan dia seorang gadis bernama Grace.

"Oh, iya. Aku sedang buat kopi sebentar." Jawabku.

Grace adalah gadis yang paling lucu disini, paling cantik karena dia satu-satunya pegawa yang memiliki bola mata berwarna abu-abu dan bulu matanya begitu lentik. Dia terlihat sangat menawan dengan rambut yang disanggul ke belakang.

"Hei, apa kau ada acara besok malam?" Tanya Grace.

"Sepertinya tidak. Mengapa?" Balasku.

"Aku ingin mengajakmu menonton. Now Way Home sudah tayang di bioskop."

"Ayo. Aku juga ingin menonton itu besok. Setelah ambil gaji ya?"

"Oke. Kita ketemu besok jam 7 malam."

"Baik." Jawabku.

Beberapa saat kemudian aku keluar dari cafe tempatku bekerja, butiran salju turun mengalun dengan lembut tertiup angin malam yang terasa sepoi-sepoi. Aku pun mulai berjalan ke arah lampu lalu lintas sekitar cafeku, setelah itu aku menekan tombol hijau untuk mengubah warna lampu lalu lintas tersebut agar aku bisa menyebrang.

Hampir saja aku menekan tombol tersebut dalam-dalam, seseorang dari sebrang memanggilku.

"Tee!!!"

Seseorang itu adalah Joong, sahabat dekatku yang selalu menemaniku kemana-mana ketika aku merasa bosan. Dia datang untuk menjemputku dan mengajakku berjalan bersama untuk pulang. Aku tersenyum senang sambil melamb toaikan tanganku kepadanya, ia juga semringah sembari menyebrangi jalan namun sayangnya sebuah mobil yang melaju cepat menghantam tubuhnya dalam se-per-sekian detik dan membuatku diam tercengang.

Dengan tatapan kosongku aku menoleh ke arah dimana tubuh Joong terbawa oleh mobil itu dan tergeletak di tengah jalan, entah apa yang terjadi pada kakiku ini ... kaki ini menuntunku berjalan menghampirinya namun tanganku tak bisa turun setelah lambaian tanganku itu terjadi.

Begitu sudah didepannya, kakiku mendadak menjadi lemas dan terduduk disana.

"Joong."

Aku memanggil namanya dengan suara yang teramat lirih karena aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Seketika aku langsung berteriak histeris dan benar-benar ketakutan

"JOONG!!!!!!!!"

Beberapa saat kemudian setelah menelurusuri jalanan dengan ambulance kami sampai disebuah rumah sakit dan langsung Joong mendapatkan pertolongan dari para perawat disana.

Dan kebetulan aku juga magang di rumah sakit tersebut dan langsung saja aku melakukan pertolongan pertama pada Joong sembari menunggu profesor datang untuk menanganinya. Tak lama kemudian profesor datang dan langsung menanyaiku.

"Apa yang terjadi?" Tanya profesor sekaligus mentorku di rumah sakit tersebut.

"Dia mengalami kecelakaan, tertabrak oleh mobil di dekat cafe tempatku bekerja.",

Aku langsung mengambil kedua tangannya dan memohon untuk menyelamatkannya.

"Ini cukup parah, kemungkinan aku tidak berhasil menyelamatkannya."

Akupun langsung bersujud di kakinya karena aku sudah putus asa pada saat itu.

"Aku mohon. Selamatkan dia. Aku akan menuruti apa yang kau katakan padaku waktu itu, tapi ... biarkan dia hidup sekali ini saja." Ucapku memohon sembari terseduh-seduh.

"Kau akan bersungguh-sungguh?" Tanyanya dan aku hanya bisa menganggukan kepala sembari berderaian air mata.

Bagiku ini adalah pilihan terakhir yang aku punya untuk menyelamatkannya, entahlah semoga pilihanku ini tepat untuknya.

***

It's Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang