₹Reader POV₹
"Hello [y/n]"
"Wuop!"
Brak!
Ah, bikin kaget saja!
"I'm sorry"
"It's okay Vision"
Robot ini suka sekali bikin jumpscare ya?
Kaget aku!
"Why you up so late?"
"I can't sleep, it's a...", bagaimana mengatakannya?
"Karena psikismu?"
"Ya, itu dan mimpi buruk lain"
"Tapi manusia butuh istirahat dan tidur yang cukup untuk kesehatan tubuhnya"
"Kenapa kau masih bangun?"
"I don't need sleep"
Ah, pertanyaan bodoh yang pernah kutanyakan pada robot.
Aku kembali berkutat dengan kerjaanku di labku.
"Vision, aku sangat ingin sekali menelitimu tapi Wanda dannyang lain pasti marah"
"I know"
"Well then, tell me everything you know"
Batu di dahinya itu bukan berasal dari bumi aku tahunkarena aku pernah ke luar angkasa.
Dan Ultron ingin menyatu dengannya waktu itu.
Aku tidak bisa bayangkan dunia yang dikuasai robot.
"Kau terobsesi pada teknologi nona muda"
"Yah itulah aku"
Orang-orang memanggilku maniak dan aneh.
Tapi tidak apa bagiku, setidaknya aku seperti seseorang yang terkenal akan pabrik senjatanya dulu.
Tapi tobat sekarang dia.
Wow, amazing.
"Steve dan Sam cerita semua yang terjadi padamu, aku turut sedih mendengarnya"
Robot bisa merasakan perasaan?
Ok, aku sedikit merinding sekaligus takjub sekarang.
AI SEMPURNA!
Aku ingin berteriak begitu tapi nanti yang lain bakal datang.
"Thank you", i'm okay now.
"Apa yang akan kau lakukan jika bertemu dia lagi?"
"Dia?", kelompok Hydra maksudnya?
"James Buchanan Barnes atau Winter Soldier, Steve bilang bertanya seperti itu saat bercerita"
"I don't know..."
Apa yang diceritakan Steve dan Sam?
Sampai sejauh mana mereka cerita?
Apa yang akan aku lakukan jika aku bertemu Bucky lagi?
Aku tidak tahu harus apa.
"Kau merasa...bingung?"
Wow, aku dipindai.
"Why?"
"Sulit rasanya...aku tidak tahu harus apa, marah? Dendam? Sedih? Senang? Menangis? Aku tidak bisa membayangkannya"
"Katakan saja, aku mendengarkan", Vision duduk di kursi empuk.
Aku mengambil kursi lain untuk duduk.
Tapi aku duduk dengan sandarannya di hadapanku.
"Pertama kali aku bisa bebas itu berkat dia, aku sendiri juga yang membebaskannya dari cuci otak, lumayan sulit melakukannya", aku menyalakan mesin minumanku. "Wanna drink?"
"No, thank you"
Silly me.
Robot ditawari minum.
"Thanks puppy", aku mengelus robit pengantar minumku. "Tapi pada akhirnya ketahuan di percobaan pertama mengembalikan ingatannya, aku...disiksa di depan matanya"
"I--"
"Don't be sorry, please", aku tidak suka dikasihani. "Aku berusaha membuatnya bebas tapi itu sulit...ekspresi memohonnya masih teringat jelas di kepalaku"
That stupid soldier.
"Mereka lupa mengsetting ulang alat cuci otak mereka", aku meminum tehku biar tenang. "Ingatan aslinya ada namun tercampur dengan ingatan yang mereka buat, dia jadi kacau, di situ kami..."
Kata kami kuramg tepat. "Aku bebas dari sana, aku lari secepat mungkin sampai ke kapal nelayan yang sudah menjauh dari bibir pantai, aku berenang dan jadi penumpang gelap di sana"
Di luar dugaan Vision menyimak baik-baik.
"Aku tertangkap lagi olehnya dan selanjutnya seperti cerita yang kau dengar"
Aku berbohong.
Steve dan Sam pasti hanya cerita sebagian garis besarnya.
"Dia membuatku membenci dunia ini padahal dia sendiri yang memberiku cahaya harapan...i hate him but i can't"
Aku benci perasaanku ini.
Aku ingin membencinya tapi aku tidak bisa.
Mengingat segala kenangan indah itu meski pahit.
"Kalau ditanya seperti itu...aku tidak tahu harus apa", menyebalkan sekali rasanya. "Apa kau punya solusinya Vision?"
"Well, how about...talk each other? Face to face? Heart to heart?"
"Saranmu seperti yang lain"
"Really?"
"Ya, aku mau coba tapi kurasa sulit...aku saja tidak tahu dia di mana sekarang, dia hanya memberiku omong kosong saat di Sokovia"
Dia tidak pernah datang.
Sama sekali tidak.
Bodohnya aku menunggunya.
Yang datang malah robot jahanam.
Tapi berkat robot itu aku ada di sini sekarang.
"Usianya sama dengan Steve mungkin saja dia bingung dengan teknologi bernama Gps"
"Maybe yes maybe no"
Karena aku saja aku tidak tahu di mana waktu itu.
How rude.
"Bagaimana mengajar di sekolah?"
"Menarik, sangat menarik, mereka malah jadi temanku karena mereka curhat banyak hal"
"Well, good to you"
Sebaiknya aku lupakan saja dia?