3

20.4K 1.6K 164
                                    

Setelah kejadian "coba-coba" di kamar kos Jaemin waktu itu, tiap kali Haechan ingin ciuman dan Mark sibuk, lelaki manis itu akan meminta bantuan sahabatnya. Jaemin dengan senang hati akan membantu, mengingat ia yang menawarkan terakhir kali. Tentu saja kegiatan mereka ini tidak diketahui oleh Jeno, pacar Jaemin.

Seperti saat ini, Jam sudah menunjukkan pukul 22.00, Jaemin dan Haechan masih sibuk memagut satu sama lain, bertukar saliva. Kali ini mereka melakukannya di kamar kos Haechan, sepulang Jaemin bermalam minggu dengan pacarnya, Jeno. Ia langsung tancap gas ke kosan Haechan untuk "membantu" sahabatnya itu menuntaskan rasa kangennya terhadap sang pacar, Mark.

Akhir-akhir ini Mark begitu sibuk. Dapat dihitung intensitas bertukar kabar pun bertemu antara Mark dan Haechan. Terkadang mendengar curhatan sahabatnya itu membuat Jaemin geram karena merasa sahabatnya disia-siakan. Namun Haechan masih keukeuh mempertahankan hubungannya dengan Mark. Maka dari itu, disinilah ia sekarang, menghibur Haechan menggantikan peran Mark.

Satu pesan masuk ke ponsel Jaemin ketika ia sedang berada di perjalanan pulangnya dengan Jeno usai makan di restoran favorit mereka.

Jaemin, gue kangen Mark.

Begitu isi pesan Haechan. Tanpa perlu panjang lebar, Jaemin tahu apa yang harus ia lakukan. Pergi ke kamar kos Haechan, meskipun hari sedang gerimis dan bertamu walaupun jam sudah menunjukkan hampir tengah malam.

Haechan membuka pintunya dan terkejut melihat Jaemin terlihat setengah basah. Ia lantas menarik tangan sahabatnya itu dan bergegas mencari baju ganti. Tanpa banyak bicara, Haechan membuatkan cokelat panas untuk Jaemin.

"Makasih." Ucap Jaemin menerima cokelat panasnya.

"Lo nggak bilang kalau hujan." Tegur Haechan. "Harusnya nggak usah dipaksain kesini. Gue nggak mau lo sakit." Gerutunya.

Sudut bibir Jaemin tertarik. Tangannya terulur mencubit gemas pipi gembul Haechan. "Dasar bawel." Komentarnya.

Haechan berdecak. "Ntar gue dimarah Jeno kalau dia tau lo jadi sakit gara-gara nyamper gue."

Jaemin letakkan cokelat panasnya di meja, menggeser duduknya mendekati Haechan kemudian menangkup wajah si manis, "kalau gitu, jangan sampai Jeno tau." Bisiknya lantas mencium bibir sahabatnya itu.

Haechan menutup matanya, membalas ciuman lembut Jaemin. Tak ada atmosfer canggung lagi diantara mereka mengingat keduanya sudah lumayan sering melakukannya.

"Lo kangen Kak Mark, kan?" Tanya Jaemin di sela-sela ciumannya.

Haechan masih dengan mata terpejam mengangguk.

"Mau nggak gue gantiin Kak Mark?"

"Hnnm?"

"Lo bilang ciuman gue beda kan sama, Kak Mark?"

Haechan kembali mengangguk.

"Gue cium lo kayak Kak Mark cium lo hari ini." Bisik Jaemin sensual di telinga Haechan.

Membuat sahabatnya itu membuka matanya terkejut dan melihat sebuah seringai tercetak jelas di wajah Jaemin. Haechan menelan ludahnya. Aura Jaemin terasa berbeda hari ini.

Jaemin kembali menarik tengkuk Haechan dan mulai melumat bibirnya. Kali ini dengan menggebu-gebu. Sarat akan nafsu. Haechan sampai kewalahan mengikuti ritmenya.

Bunyi dua bibir yang saling mengecap memenuhi kamar 4x4 kosan Haechan. Lenguhan Haechan terdengar untuk yang pertama kalinya ketika Jaemin dengan sengaja menggigit bibir bawah sahabatnya itu untuk meminta akses mengeksplor rongga mulut Haechan. Jaemin melesakkan lidahnya masuk dan menautkan lidahnya.

Dapat ia rasakan respon tubuh Haechan yang terkejut dengan aksinya malam ini. Ini adalah kali pertama mereka melakukan french kiss. Sebelumnya hanya ciuman-ciuman lembut mengingat keduanya sama-sama submisiv. Namun hari ini berbeda. Gerak tubuh Jaemin seperti layaknya ia adalah dominannya.

Jaemin menarik pinggang ramping Haechan dan merapatkan tubuh mereka. Memperdalam ciuman keduanya. Lenguhan manis beberapa kali keluar dari bibir sang sahabat ketika tangan Jaemin dengan aktif menyentuh tubuh bagian atas sahabatnya.

Tanpa memutus ciuman mereka, jemari Jaemin masuk ke dalam kaos Haechan. Mengusap lembut perutnya. Membuat tubuh Haechan meremang. Sentuhan Jaemin naik ke tubuh bagian atas Haechan. Lenguhan Haechan kembali terdengar ketika Jaemin menyentuh dadanya yang sudah menegang. Meremasnya pelan.

Haechan memutus ciuman mereka. Benang saliva terlihat diantara kedua belah bibir yang sudah mulai membengkak itu. Wajah Haechan memerah. Entah karena kekurangan pasokan oksigen atau karena sentuhan berani sahabatnya. Sepertinya keduanya. Karena sedetik kemudian Haechan menurunkan tangan Jaemin sambil menunduk malu.

"Kenapa, hm?" Tanyanya.

Haechan menggeleng. Ia merasa ini salah. Sepertinya mereka berdua sudah terlalu jauh. Dan lagi, sentuhan Jaemin benar-benar persis seperti yang dilakukan Mark padanya. Membuat Haechan hampir terlena.

"Katanya kangen Kak Mark?" Tanya Jaemin lembut dengan mata berkilat.

Nampaknya sahabatnya itu sudah tertutupi kabut nafsu. Haechan bergidik ngeri karenanya.

"Jaem, lo kayak orang lain." Cicit Haechan lantas mundur dan memberi jarak.

Namun Jaemin malah beringsut mendekat. Memojokkan Haechan yang punggungnya sudah menyentuh sandaran ranjang.

"Kan gue lagi pura-pura jadi kak Mark." Ucap Jaemin menatap Haechan dalam. Tatapannya mengunci mata Haechan dan membuat sahabatnya itu gugup.

"G-gue rasa h-hari ini cukup deh, Jaem." Ucap Haechan menahan tubuh Jaemin yang kian mendekat.

Wajah Jaemin terlihat kecewa. Pandangannya turun ke belah bibir menggoda Haechan. Jaemin menelan ludahnya. Bagaimana caranya ia mengatakan pada Haechan kalau ia ingin lagi? Sementara sahabatnya itu sudah merasa cukup.

 Bagaimana caranya ia mengatakan pada Haechan kalau ia ingin lagi? Sementara sahabatnya itu sudah merasa cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin menggelengkan kepalanya. Menghilangkan pikiran nakalnya untuk meraup kembali bibir plump Haechan. Kalau Haechan bilang cukup ia harus berhenti. Tidak peduli gejolak nafsu di dalam dirinya meronta seperti apa. Karena pada dasarnya semua yang dilakukan Jaemin kepada Haechan atas dasar "membantu". Ia tak boleh berharap lebih bukan?

Jaemin mengulas senyum tipis dan mengusak kepala Haechan. "Masih kangen kak Mark?" Tanyanya.

Haechan menggeleng pelan.

Senyum Jaemin merekah. "Berhasil dong gue?" Tanya Jaemin. "Kalau sekarang, jagoan siapa?" Tanyanya lagi-lagi mengharapkan validasi dari Haechan.

Haechan tertegun sebentar, kemudian dengan malu menunjuk Jaemin. Membuat senyum Jaemin semakin cerah. Ia pun lantas memeluk Haechan dengan erat. Senang atas pencapaiannnya dan pengakuan dari Haechan.

"Gue pulang deh, ya?" Ucap Jaemin masih dengan wajah sumringah.

Haechan mengangguk. Ia pun menyodorkan jas hujan sekali pakai kepada Jaemin yang diterima dengan senang hati oleh sahabatnya itu. Nampaknya penuturan Haechan benar-benar membuat Jaemin senang.

"Hati-hati, Jaemin." Ucap Haechan mengantar Jaemin ke depan pintu kosanya.

Jaemin mengangguk kemudian menarik tubuh Haechan sekali lagi untuk berpelukan. Tak lupa ia cium kening Haechan lama. Sementara sahabatnya itu hanya bergeming di tempatnya. Menerima semua perlakuan Jaemin.

Coba-Coba | Nahyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang