Part 36

1.1K 53 6
                                    

Haiii double update nih, ayo dong bantu vote dan komennya. Yaaaa aylapyuu~~~

*cekllekk..

"dokter bagaimana keadaan teman saya dok?", dokter itu tersenyum tipis.

"kami sudah memberikan obat pereda rasa nyeri untuk tulang punggungnya, kami sudah memberikannya obat tidur agar bisa beristirahat dengan baik". Saga menghela nafas lega, dokter itu permisi dan meninggalkannya.

Saga menatap jendela yang sedikit ditengah pintu ruang ugd, ia menatap alinka sendu.

                             ****

"kak pinjam kunci motor lo dong," zalvin menaikkan sebelah alisnya.

"motor gue dibengkel, tadi dea minta anter gue buat ke mall". Zalvin terkekeh sinis,

"Masih bisa seneng seneng dia setelah ngebuat seseorang masuk rumah sakit?", mata revan membola.

"maksud lo apa kak?", zalvin tak sengaja menangkap dea dengan tatapannya yang sedang menuruni anak tangga.

"Lo tanya aja sama tuh cewek", revan mengerutkan keningnya bingung.

"de apa yang kamu perbuat sama anak orang sampe masuk rumah sakit?", tubuh dea menegang tepat saat anak tangga terakhirnya.

"a anu i itu-",

"Kenapa lo gagap gitu?", ucap zalvin. Ia meletakkan ponselnya diatas meja, lalu menatap dea dengan ekspresi datar.

"Dea jawab siapa orang yang udah kamu buat masuk rumah sakit?", sentak revan. Dea menunduk dalam, tangannya bergetar. Ia merutuki emosinya yang tak terkontrol tadi bersama alinka.

"Gak bisa jawab lo?", revan menatap zalvin.

"kak sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa lo malah nyuruh dea yang jawabnya kalau lo lihat?",

"Dea bully alinka dikamar mandi cewek, sampe alinka pingsan dan punggungnya cedera, dia harus dirawat". Mata revan kini sukses membola, ia menatap dea tak percaya.

"Dea apa itu benar? Kenapa kamu bully alinka?", tanya revan. Hatinya merasa terusik kala alinka yang  disebut oleh zalvin, entah kenapa ia sedikit merasa cemas mungkin pikirnya?

"T tapi a alinka duluan yang dorong aku sampe jatuh kak, terus aku bilang kenapa dia dorong aku, kata alinka di dia gak suka ngelihat ka kalian ddeket sama aku hikss..", dea melancarkan aktingnya dengan pura pura menangis.

Hati revan merasa tercubit ketika melihat deanya menangis, ia meraup dea pada pelukkannya. Zalvin yang melihat itu memalingkan mukanya.

"Lo dengar kak? Dia bela diri, dari si alinka. Berarti dea nggak salah, dia pasti nggak sengaja ngelakuin itu sama cewek itu kak". Tanpa keduanya sadari, dalam dekapan revan dea tersenyum menyeringai.

"Hikss.. Hikss.. Ak aku nggak sengaja dorong alinka sampai dia pingsan kak hikss a abisnya ddia bilang ka kalau aku ini caper sama kalian, alinka bilang kalau aku ini penghancur hubungan kalian, dan dia hina aku kak karena aku anak dari panti hikss hikss...", revan mengeratkan pelukkannya pada dea.

"Ternyata selain jadi pembunuh sedari kecil, cewek itu pinter maen dramanya juga ya. Kamu tenang aja de, kakak bakal balas apa yang kamu rasakan sama alinka". Dibalik sana dea tersenyum menang, tidak sia sia air mata buayanya ini. Ucapnya dalam hati.

"apa bener kejadiannya kayak gitu?", dea melepas pelukkannya dari revan.

"Ak aku hikss.. Aku gak bohong kak zalvin, aku nggak pernah bohong hikss...kak zalvin percayakan sama aku?", zalvin menatap dea tanpa ekspresi. Ia ragu mana mungkin alinka melakukan hal itu, rasanya tidak mungkin karena gadis itu terlihat pendiam dan penurut.

Namun bisa jadikan alinka menggunakan topeng itu untuk menutupi jati dirinya yang sebenarnya?, tapi hati kecilnya berkata tidak mungkin alinka melakukan itu.

Ah sudahlah ia terlalu capek untuk berperang dalam fikirannya sendiri, membuang buang tenaga dan waktu saja. Ia pergi meninggalkan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun.

                              ****
Sudah tiga hari alinka dirawat dirumah sakit, dan keluarganya sama sekali tidak menjenguknya barang sejam atau sekalipun.

Dan hanya saga dan juga teman temannya lah yang menjenguk, dan menemaninya. Alinka sangat bosan, benar benar bosan, ia merindukan kakaknya deon tapi kakak sulungnya itu sedang pergi keluar negeri dan tidak tahu mengenai masalahnya.

*Ceklekk....

Alinka menatap kearah pintu, disana saga bersama adik kecilnya. Tiba tiba senyum diwajah alinka terbit.

"KAK ALINKA!!", bocah berusia lima tahun itu langsung berlari menuju brankar alinka.

"Ck gak usah teriak, ini dirumah sakit bukan hutan". Ucao saga membuat adiknya itu mendelik, alinka yang melihat itu terkekeh.

"Gina sayang apa kabar hm?", bocah berusia lima tahun itu tersenyum menampilkan deretan gigi susunya.

"Gina baik kak, kak alin sakit apa?". Jawabnya,

"Umm.. Kak alin sakit demam doang kok",

"Ck kak alinka makanya harus jaga kesehatan, kan sakit sekarang". Sekali lagi alinka terkekeh melihat raut gadis kecil itu yang ssangat lucu.

"Iyaa sayang, kak alinka bakal jaga kesehatan kok. Kamu juga jangan jajan sembarangan ya, biar nggak sakit". Gadis kecil itu mengangguk tersenyum,

"sini naik keatas", alinka menyodorkan tangannya untuk menggendong gina keatas brankarnya.

"Ck dia berat al, lo pasti gak bakal kuat". Ucap saga yang tiba tiba mengangkut tubuh gadis kecil itu keatas brankar alinka.

"enak aja, gina ngga belat ya. Olang gina kulus gini, dikila belat kak saga tuh yang belat, gina mah kulus!". Ucap gadia kecil itu cemberut, alinka mencubit pelan pipi gembul anak itu dengan gemas.

Saga memutar bola mata malas, ia diam tak menyahut lalu mendudukkan bokongnya diatas kursi.

"Hehe.... Lucu banget sih kamu," gina tersenyum lebar pada alinka.

"Kak alinka juga lucu tau, kak alin cantik banget kayak boneka berbienya gina".

"oh ya?", gina mengangguk antusias.

Mereka berbincang bincang sampai tertawa, itu semua tak luput dari pandangan saga ia memerhatikan senyum alinka yang sangat indah, percis sekali mirip dengan lilanya.

Eh apa yang dia pikirkan, saga menggelengkan kepalanya.

"kamu kenapa geleng geleng gitu?", tanya alinka.

"nggak ada," gina mengedikkan bahunya acuh. Lalu mereka kembali pada acara perbincangannya.

'ngomong ngomong, lila seperti apa ya sekarang? Pasti dia sudah besar, dan makin cantik' ucap saga dalam hati, ia memejamkan matanya ketika sekilas bayangan senyum gadis kecil berusia lima tahun itu hinggap dibenaknya.

Tanpa sadar ia tersenyum, dan tertawa pelan. "Kak saga kenapa ketawa ketawa sendiri?", saga terbangun dari acara menghayalnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Alinka menatapnya heran sekaligus geli?

"Am.. Itu ngga papa", jawabnya gugup.

"makanya jangan sendilian telus disana, sini gabung nanti kak saga kesambet jin penunggu lumah sakit ini lagi",

"hushh jangan ngomong gitu gina sayang", gina tersenyum lebar pada alinka.

"peace kak alin, gina cuma becanda hehe". Alinka menggelengkan kepalanya.

"bocah jangan sotau deh," gina mendelik kesal pada kakaknya itu.

                            _______

Partnya pendek ya hehe maaf,

Satu kata buat dea?

Zalvin

Revan

Gina

Alinka

Saga....

ALINKA (END) {REVISI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang