Sudah 2 hari Sheilla terbaring lemas di tempat tidurnya, semakin hari Sheilla merasa tubuhnya semakin lemah karena penjagaan papah yang sangat ketat dan sering kali memberikan obat bius jika Sheilla memberontak.
Sheilla sepertinya menyerah, berulang kali ia mencoba kabur, namun selalu gagal karena bodyguard suruhan orang tuanya berjaga 24 jam di kamar Sheilla. Bahkan bau obat-obatan di kamar Sheilla sudah sangat mirip dengan rumah sakit. Sheilla benci hal itu.
Segala aktivitas Sheilla sangat terbatas, bahkan papanya tidak mengizinkan Sheilla menggerakkan tangan. Tangan Sheilla di pasangkan brace untuk menahan pergerakan sebagai tambahan hukuman karena Sheilla memberontak tidak mau makan semalam.
Untuk tangan
Sheilla menangis, sebegitukah kegilaan keluarga dari pemilik tubuh ini? Sheilla lemah, dirinya merasa sangat lelah dengan semua sandiwara ini.
Bi Inah memasuki kamar Sheilla sambil membawa semangkuk bubur, hati Bi Inah merasa iba saat melihat kondisi nona mudanya. Sheilla harus menanggung pelampiasan trauma dari keluarganya sendiri dengan hukuman yang anti mainstream.
Setelah selesai menyuapkan bubur kepada Sheilla, Bi Inah terkejut melihat Sheilla yang tiba-tiba saja kejang. Seketika Bi Inah berteriak membuat orang tua Sheilla serta Regan datang menghampiri.
Mereka terkejut saat melihat kondisi Sheilla yang buruk. Sialnya dokter pribadi Sheilla sedang cuti, dengan segera Regan menghubungi dokter lain untuk segera memeriksa kondisi Sheilla.
Tak lama kemudian, dokter yang Regan panggil datang, menyuruh semua orang keluar lalu memeriksa kondisi Sheilla yang sangat mengkhawatirkan.
Mamah menangis di depan pintu kamar Sheilla, begitu pula papah yabg merasa sangat bersalah atas apa yanh terjadi pada Sheilla.
"Lihat pah, mah. Apa yang terjadi pada Sheilla? Dia celaka karna ulah kalian yang terlalu over protective, cara kalian salah, bukan orang lain atau bahaya dari eksternal yang menyakiti Sheilla, tapi bahaya tersebut datang dari cara kalian menghukum Sheilla" ucap Regan mengacak kasar rambutnya lalu terduduk di lantai dan menangis.
"Kalian puas? Regan udah berulang kali ingetin papah sama mamah, jangan lampiaskan trauma kalian ke Sheilla, apa yang terjadi pada Shelly itu pembelajaran untuk kita, tapi kenapa kalian sendiri malah menyakiti Sheilla dengan cara seperti itu?" lanjut Regan dengan bahu yang bergetar, ia sangat menyayangi adiknya, ia takut Sheilla juga akan meninggalkannya.
"Kalau Sheilla kenapa-kenapa itu semua salah Papah dan Mamah" final Regan
"Maaf Sheilla" ucap mamah mengusap air matanya.
Papah terdiam, tangannya gemetar, namun ego yang tinggi membuat hatinya masih membeku.
Beberapa saat kemudian dokter keluar dari kamar Sheilla, Regan dan orang tuanya segera mendekat ke dokter dan menanyakan kondisi Sheilla.
"Kondisi Sheilla sudah stabil, namun...." ucap dokter terjeda
"Namun apa dok? adik saya kenapa?" tanya Regan
"Sheilla mengalami kelumpuhan dikarenakan terlalu banyak mengkonsumsi obat pelumpuh otot yang terlalu banyak, kelumpuhan bisa pulih dengan sendirinya dalam waktu yang tidak bisa di tentukan saat efek obat tersebut hilang, namun tak sedikit yang harus menjalani terapi agar bisa kembali normal" ucap dokter
DUAR hati papah Sheilla sangat hancur mendengarnya, egonya luruh tergantikan oleh penyesalan yang mendalam.
Mamah memeluk papah erat, menangis sejadi-jadinya di bahu suaminya.
"Hiks.. Papah, ini salah kita, aku menyesal pah" kata Mamah Sheilla di sela tangisnya.
Regan tidak bisa berkata-kata, ia langsung memasuki kamar Sheilla dan mengunci pintu. Hal pertama yang Regan lihat adalah Sheilla yang sedang tertidur, bedanya sekarang ia tertidur tanpa bantuan alat medis.
"Sheilla" panggil Regan mengelus pelan pucuk kepala Sheilla
"Eh" kejut Sheilla lalu tersenyum
"Kakak kenapa nangis? Akting kakak bagus" puji Sheilla lalu sedikit tertawa.
"Kamu ngga lumpuh?" tanya Regan bingung saat melihat Sheilla dapat menggerakkan badannya secara sembunyi-sembunyi.
"Engga kak, jadi sesuai rencana kita, aku pura-pura kejang, terus kakak panggil dokter itu" jelas Sheilla
"Terus kenapa dokter bisa bilang lumpuh?" tanya Regan memastikan.
"Jadi aku ceritain semuanya ke dia, terus dia mau bantuin aku, berhubung badan aku lemes gara-gara obat bius itu jadi sekalian aja kita rencanain itu, soalnya kalau cuma akting kejang papah ngga akan sadar" jelas Sheilla tersenyum jahil
"Kamu jahat banget dek, kakak takut banget tadi" ucap Regan
"Terus kamu mau lanjutin sandiwara ini sampai kapan?" tanya Regan
"Sampai mereka sadar kak, cepat atau lambat pasti mereka mengakui kesalahan mereka" jawab Sheilla
"Kakak bantu aku ya, Bi Inah juga tolong di kasih tau, terus tolong tutup cctvnya untuk sementara ya kak" lanjut Sheilla lalu tersenyum manis.
"Iya" Jawab Regan sembari mengecup kening Sheilla dan keluar dari kamar Sheilla.
Sheilla tersenyum, ia berharap rencana sandiwaranya kali ini akan berhasil dan membantunya menyelesaikan misi agar bisa kembali ke tubuh aslinya.
"Yuhuu episode 1 dimulai" batin Sheilla
Sheilla kembali mencoba menidurkan dirinya, sudah lama Sheilla tidak merasakan tidur yang sebebas ini. Sheilla harap keputusannya kali ini tidak salah. Semoga saja begitu.
Hai Readers! Jangan lupa vote ya! Terimakasih.
Oiya ada yang mau di sampein buat:
Sheilla?
Tasya?
Regan?
Papah Sheilla?
Mamah Sheilla?
Bi Inah?
Suster Aila?
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI! OVER PROTECTIVE?! (END)
Ficção AdolescenteWALAUPUN UDAH END, HARUS TETAP VOTE DAN RAMAIKAN KOMEN YA! ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Namanya Sheilla Alisya. ia tak pernah membayangkan kejadian itu membuatnya harus menjalankan misi agar bisa berpindah ke kehidupannya yang asli. "LO!? KENAPA LO...