1

5 0 0
                                    

"Chalista tolong antarin ini ke meja nomor lima ya." Ujar salah satu pelayan cafe kepada chalista .

"Iya kak, sini ista antar."chalista berjalan menuju meja nomor lima sesuai perkataan delina  salah satu teman chalista sebagai pelayan di cafe tersebut.

Chalista adalah gadis yang berusia 16 Tahuan , setiap hari nya dia akan bekerja separuh waktu di cafe ini untuk membutuhi kehidupan nya sehari hari . Dia tinggal bersama orang tua angkat nya tetapi 2 tahun yang lalu ibu angkat nya telah meninggal dan meninggalkan dia dan ayah angkat yang sangat membenci nya.

Chalista harus memiliki uang agar jika ayah nya meminta uang paling setidak nya dia memiliki sedikit agar kekerasan fisik yang dia terima tidak begitu keras.

"Kak chalista pulang dulu ya." Delina menatap keluar melihat kearah awan yang cukup mendung .

"Mau sekalian gw antar chal ?." Chalista menggeleng sambil tersenyum.

"Chalista bisa kok kak, di depan nanti chalista bisa naik angkot." Delina hanya pasrah mengaguk selau seperti itu jika ada yang mengajak chalista pulang bersama dia akan menjawab dengan 'nanti ngerepotin' atau 'di depan ada angkot kok kak' seperti itu lah kata yang keluar dari bibir chalista jika di tawari pulang bersama.

Chalista berjalan di pinggir aspal menuju tempat dimana biasa nya angkot berlewatan , dia bukan nya tidak mau ikut jika ada yang menawarkan tumpangan tetapi dia takut jika ayah nya melihat dia akan di peralatan dan dia tidak suka itu . Lagian juga dia lebih suka berjalan sore walaupun tidak terlalu jauh menuju halte . Bagi nya berjalan sore sambil menatap ke arah matahari yang hampir tenggelam itu sangat indah membuat suasana hati nya sangat nyaman.

"Chalista pulang."dia mendorong pintu kayu agar bisa masuk kedalam rumah nya . Didalam rumah Bagas_ayah angkat chalista menatap tajam ke arah chalista .

"Mana uang kamu."minta nya dengan tajam mental chalista yang sudah gemetar menatap Bagas yang berdiri di depan nya , bahkan chalista belum membuka sepatu nya .

"Chalista belum punya uang yah."chalista menunduk tidak berani menatap Bagas yang sebentar lagi akan mengamuk.

"JANGAN BOHONG , KALO KAMU KERJA TAPI GAK MENGHASILKAN DUIT LEBIH BAIK MATI AJA SANA." Chalista mundur beberapa langkah mendengar suara bentakan yang masih terngiang ngiang di kepala nya , badan nya bergetar dia meremas tali tas ransel nya dengan kuat menyalurkan rasa takut nya.

"Kamu dengar TIDAK." rambut chalista dia Jambak membuat wajah chalista terlihat di mata Bagas .

"A_ampun yah, chalista mohon hiks."air mata yang sejak tadi turun kini semakin deras seiring tarikan di rambut nya semakin kuat.

"Apa ? Kamu bilang ampun , untuk apa kerja kalau kamu gak bawa uang ke rumah, sini tas kamu."cahlista menggeleng lemah saat tas nya sudah di tarik oleh Bagas lalu mengeluarkan isi dalam tas nya baju sekolah nya yang dan buku pulpen sudah berserakan kemana mana.

"Cuman segini kamu dapet, HAH ! cuman segini?."ujar Bagas mengibaskan 2 uang biru ke wajah chalista yang sudah duduk lemas.

"Yah, itu untuk bayar listrik."

"SAYA TIDAK PEDULI, kalau kamu masih mau tinggal di sini KAMU YANG HARUS MEMBAYAR SEMUA NYA." Masih dengan sesegukan chalista memungut semua barang yang berserak di lantai .

Bagas berjalan mendekat ke arah chalista lalu menarik lagi rambut nya dengan kuat.

"Kamu ingat satu hal, jika sampai kamu pulang gak bawa uang lagi , kamu saya jual."

Plak

"kamu DENGAR." Chalista memegangi pipi kiri nya yang baru saja di tampar oleh Bagas . "Iy_ iya yah chalista de_ dengar hiks."ujar nya tebata bata .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang