Prolog
This is madness.
Olympia terus bergumam tiga kata itu. No, she’s not being dramatic. Ini adalah sebuah kegilaan.
Gadis berambut merah itu berdiri di hadapan cermin besar, gaun putih panjang membalut tubuh mungilnya dengan pas. Kain tembus pandang menjuntai dari kepalanya sampai menyapu lantai.
Oh, absolute madness. Olympia bergumam pelan ketika ia mulai mencerna semua ini.
Gadis itu mendekat ke jendela yang menghadap ke taman belakang rumah keluarganya. Orang - orang sudah mulai memenuhi kursi tamu di bawah sana.
Oh, ya, dia akan menikah hari ini.
Dengan pria yang hampir asing bagi Olympia.
“Hey, you’re ready?”
“What? To make myself a pig for slaughter? Absolutely.” Sarkas Olympia. Ia mendapati Jackson, sepupunya, berdiri di ambang pintu.
Jackson terkekeh, “it doesn’t happen all the time, Ol,” Jackson meraih tangan Olympia dan menempatkannya di lengannya.
Mereka berdua melangkah beriringan menuju pintu taman, dimana sang Ayah, Roman, sudah menunggunya. Jackson menyerahkan Olympia kepada Roman, “all set for you, my Lord,” ucap Jackson seraya menunduk hormat kepada Roman.
Roman menggelengkan kepala melihat perilaku Jackson.
“You look dashing, my dear.” Puji Roman ketika Jackson melangkah pergi.
“Of course, I’m always pretty. Even when I’m about to get slaughtered.”Suara dentingan piano mulai terdengar, tamu - tamu segera berdiri. Mereka berdua mulai berjalan menuju altar.
Roman berdecak, namun tetap menunjukkan wajah tanpa ekspresi di hadapan para tamu yang berdiri menyambut kedatangan pengantin wanita.
“Ini yang terbaik untukmu.”
“Huh. Really? Do you really think you know what’s best for me?” Balas Olympia diantara senyumnya.
“Shush now, you’re getting married.”
Roman menyerahkan putri semata wayangnya kepada pengantin pria, Samuel.
Samuel mengangguk kepada Roman, kemudian tersenyum tipis kepada Olympia. Tidak, bukan. Bukan senyuman. Mengangkat ujung bibirnya terasa lebih tepat.
Olympia berusaha untuk terlihat bahagia. Don’t look fake. Terngiang - ngiang ucapan Roman kepadanya dua hari yang lalu.
Heh, Samuel bahkan tidak berusaha untuk memainkan perannya. Wajahnya kaku, lelaki itu terlihat sangat tidak ingin berada di sana.
Semuanya berjalan sangat cepat, satu waktu Olympia adalah Nona Altobelli, sekejap ia menjadi Lady Baskerville, Duchess of Westminster.
Olympia telah menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Second Chance
RomanceEmpat tahun yang lalu, Olympia Altobelli menikah dengan Samuel Baskerville. Pernikahan yang bahagia? Tentu tidak. Pernikahan yang diatur demi kepentingan keluarga jarang ada yang bahagia. Dua tahun kemudian, Olympia dan Samuel bercerai. Samuel mend...