chapter 1
Acara Ulang Tahun kampus
Hari ini cuaca Seoul sangat tak bersahabat bagiku. Air yang turun dari langit bagaikan bidadari yang sedang menangis meraung, membuat udara dingin mewarnai wajah kota yang kucintai ini. Aku kini tengah berdiri didepan jendela apartemen di mana riak-riak air hujan yang mengalir di jendela membuatnya berembun. Itu artinya, begitu dingin cuaca di luar sana, hingga mampu membuat kaca jendela apartemen menjadi buram dan berembun. Aku pun menghela nafas panjang, uap air yang berasal dari pernafasanku itu pun menempel pada kaca jendela, menambah kacanya makin memburam akibat embun uap air dari nafas yang keluar dari mulutku bercampur dengan uap dingin diluar."Oh Tuhan, kapan hujan akan berhenti?"
Segera Kualihkan mataku dari jendela kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 10:00 AM. Dengan penuh kepastian aku tahu, perkuliahan jam pertama sudah berakhir dari tiga puluh menit lalu. Hatiku yang gundah semakin bertambah gelisah sekarang. Apakah seorang Kim Jae Joong harus absent lagi hanya hujan biasa seperti ini? Ini sangat menjengkelkan. Kehilangan satu pembelajaran yang di terangkan oleh dosen di satu perkuliahan, merupakan satu kerugian besar.
Dengan langkah gontai aku pun beranjak dari tempatku berdiri menuju sofa ruang tamu, menghempaskan tubuh ini diatas sofa lembut tersebut sambil menunggu hujan berhenti tak salah juga bukan? Rupa-rupanya tubrukan kecil tubuhku dengan sofa membuat dua buah bantal kecil yang terletak dikiri dan kanan terjatuh kelantai. Udara dari AC apartemen bercampur dengan udara dari luar membuat temperatur udara ruangan apartemen tempat aku tinggal ini lebih dingin dua kali lipat.
"Dingin sekali!"
Seketika itu juga tubuhku bergetar, bulu roma di sekitar tengkuk dan lenganku berdiri. Haish…Padahal temperature AC sudah kupasang sangat rendah yaitu 24 derajat celcius, kenapa dingin masih saja tak hilang di ruangan yang tidak besar ini?
Cepat kusambar remote control AC yang terletak begitu saja pada meja ruang tamuku dan segera saja ku pencet tombol off secepat mungkin namun, udara dingin masih saja merajai ruangan ini. Aku sedikit kesal lalu berdiri dari posisiku yang tengah dalam posisi sangat enak, beranjak dari sofa menuju stalker pemanas ruangan yang terletak disebelah tungku api. Lagi-lagi aku harus menyalakannya! Padahal dengan sangat jelas pemanas listrik ini biasanya bekerja pada musim salju datang, namun aku menggunakannya hanya karena hujan biasa yang notabene nya tak ada dingin yang membuat tubuh membeku! Sepertinya pasrah untuk menyalakan stalker listrik pemanas ini lagi untuk kesekian kali adalah jalan satu-satunya. Tanganku memencet On stalker pemanas ruangan tersebut, seketika ruangan apartemen yang tadinya dingin untuk kapastitas tubuhku yang jauh dari keadaan orang-orang lainnya ini menjadi lebih hangat, setidaknya itulah yang kurasakan.
Aneh kenapa hanya dingin seperti ini aku harus memasang pemanas listrik yang seharusnya bekerja pada musim dingin tiba? Jawabannya adalah karena tubuhku ini dari kecil memang tidak bersahabat dengan cuaca dingin. Cuaca dingin meski hanya hujan, tubuh ini akan dengan cepat merespon cepat udara dingin yang tentu dengan pasti membuat ku bergetar menggigil kedinginan, tulang sendi terasa ngilu bagai tertusuk ribuan jarum, bibir membiru, kulit disekitar persendian pada bagian lutut memerah dan membengkak. Bila sudah seperti itu, yang bisa aku lakukan hanya meringkuk dalam selimut tebal yang hangat. Sungguh merepotkan bukan?
Aku berjalan menuju kamar dan mengambil bedcover yang ada diatas tempat tidur ukuran king size, kuputuskan meringkuk bermalasan di sofa panjangku saja mengingat pakaian yang kukenakan sekarang adalah yang biasanya kupakai untuk kekampus. Bila aku harus memilih tidur di kasur empuk berpegas itu, bisa-bisa aku akan melupakan untuk berangkat kekampus lantaran merasa nyaman dan hangat disana. Sesampai di sofa panjang ku dengan segera aku merebahkan tubuh ini lagi. Kuselonjorkan kedua kaki, bedcover ku rentangkan menutupi dari mata kaki yang tadi terasa dingin hingga pangkal leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man First Love
FanfictionFF YunJae lama belum pernah tamat. Berharap bisa menamatkan dua kutub berbeda. Yang satu pria alim..yang satu lagi pria dengan kenakalan luar biasa. apakah dua kutub ini bisa bersatu? ending akan saya serahkan ke pembaca. maunya angst atau happy end...