01. Pengganti

544 28 3
                                    

Isak tangis melingkupi dua keluarga atas kehilangan mempelai pengantin wanita. Entah kemana dia pergi, padahal hari ini adalah puncak kebahagiaan untuk dirinya sendiri.

Pernikahan ini pun keinginan dirinya juga, tidak ada campur tangan keluarga. Kedua mempelai itu saling mencintai dan melengkapi segala hal yang ada dalam diri mereka.

Kehadiran sanak-saudara sangat menunggu hari-hari kebahagiaan dua calon mempelai. Mereka saling beradu pipi, berjabat tangan juga bertukar sapa.

Para tamu undangan sudah menunggu acara yang sebentar lagi akan dimulai. Mereka berbincang sambil menikmati hidangan yang telah disediakan.

Sedangkan dua keluarga yang bersangkutan saling menggenggam jemari, mencari sumber yang dapat dipercaya melalui sambungan telepon demi mencari keberadaan mempelai perempuan.

Sebagai ibu dari keluarga mempelai, dia tampak lemas dengan kelakuan putrinya yang meninggalkan pernikahannya begitu saja. Entah apa yang terjadi pada putrinya.

"Kemana Maura?" tanya Rika selaku saudara terdekat. Dia tampak gelisah saat mendapati kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa, nyatanya kosong tidak ada kehadiran sang calon pengantin di sana.

Mereka saling berbisik atas kehilangan Maura. Tidak akan membiarkan berita itu sampai ke semua para tamu undangan. Jika semuanya terjadi, maka akan turun martabat derajat keluarga.

"Kita harus segera mencari, Maura." Beberapa pria paruh baya segera mencari keberadaan Maura. Mereka pergi dengan menggunakan kendaraan beroda empat, menyalip kendaraan lain karena mengejar waktu.

Acara sebentar lagi dimulai, para tamu undangan sudah sangat menunggu. Sedangkan wanita paruh baya yang lain melihat situasi di acara. Mereka berusaha untuk bersikap biasa di depan semua orang, terutama pada calon mempelai pengantin lelaki yang sudah menunggu.

Seorang lelaki berjas putih, rambut klimis yang ditutupi oleh peci putih. Lengkungan senyum di wajahnya tidak pernah pudar, dia tampak gembira karena hari ini Maura akan segera berganti status menjadi istrinya.

Maura, seorang gadis anggun yang dicintainya selama beberapa tahun ke belakang. Tidak diragukan lagi jika lelaki itu sangat menunggu kehadiran sang kekasih. Dia ingin segera melihat wajah cantik calon istrinya yang pastinya hari ini dipoles dengan make-up membuatnya semakin terpikat.

Kembalinya pria paruh baya yang sedari tadi sempat mencari Maura, kini telah kembali dengan tangan kosong. Wajah mereka kusut seperti tidak ada gairah, pencariannya sia-sia.

Sudah mencari sampai ke ujung pelosok pun sang calon mempelai wanita tidak ditemukan. Hal itu membuat mereka kebingungan.

Apalagi saat wali keluarga dari Khalil menghampiri keluarga wanita. Memberitahu agar segera mempersiapkan Maura karena acara akan segera dimulai.

Betapa malunya mereka saat mengatakan jika sang calon pengantin meninggalkan acara, tapi tidak dikatakan.

"Bagaimana, Maura sudah siap?" tanya seorang wanita paruh baya, diyakini dia adalah ibunya Khalil.

Umi selaku ibu kandung dari Maura menggenggam kuat jemarinya sambil terisak, tapi dia mencoba untuk menguatkan dirinya. Di sampingnya seorang gadis lugu yang mengelus lembut pundaknya mencoba untuk menenangkan.

"Kenapa?" tanya wanita itu cemas. Dia bertanya-tanya atas tangisan dari calon besannya.

Umi menggeleng, mencoba untuk tersenyum. Akan tetapi, air matanya tidak bisa disembunyikan. Terus saja mengalir berjatuhan bersama isak tangis yang tiada henti.

"Maura, anak saya ...," ucap Umi lirih, dia menggantung ucapannya.

"Iya? Kenapa? Mana dia? Apa boleh saya melihatnya?" tanyanya, di menoleh ke arah kamar pengantin yang tertutup. Rasanya ingin cepat melihat calon menantunya, tapi urung dilakukannya.

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang