.

17 0 0
                                    

      Ternyata benar ya apa yang orang bilang, mustahil jika ada sepasang manusia dan memutuskan untuk bersahabat. Dan disinilah aku, Awan seorang perempuan bodoh ini bisa-bisanya terjun tergelincir di jurang jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri, Langit seorang laki laki yang sudah sangat lama berkeliaran di hidupku.
      Seperti namanya Awan dan Langit kami hidup saling melengkapi. Kami pagi dan malam. Kami bulan dan matahari. Kami pena dan kertas. Kami nasi dan ayam krispi yang ada di restoran cepat saji. Aku juga tidak tau darimana dan kapan perasaan ini muncul.
      Entah berapa banyak perempuan yang Langit ceritakan padaku, aku selalu hadir di setiap jatuh cinta yang ia rasakan dan ia juga selalu ada di setiap perjalanan pencarian laki-laki yang aku ceritakan, yang ia tidak tahu adalah pencarian itu hanya sebuah pelarian perasaanku untuknya. Aku ingat waktu itu kami duduk di taman bercerita awal ia kenal dengan Bintang, gebetan barunya.
      "Awaaan... kamu tau kan ada anak baru dikelasku" kata Langit. "Sepertinya aku suka sama dia, namanya Bintang. Cantikkan?" lanjut Langit sambil menyodorkan ponselnya yang menampilkan akun media sosial dan foto si Bintang-Bintang itu.
     "Ya Ya Ya terserah kamu, minggu lalu saja dengan dialog yang sama kamu juga bilang suka sama anak kelas sebelah, siapa sih? Namanya saja aku tidak ingat, terlalu banyak. Padahal kamu baru putus dengan pacar terakhir kamu 2 bulan yang lalu...." Jawabanku kesal.
      "Mungkin jika kamu kumpulkan semua perempuan yang pernah kamu suka, kamu bisa buat kesebelasan sepak bola dengan beberapa pemain cadangan atau bahkan kamu bisa membentuk sebuah girlgroup seperti yang hits belakangan ini yang ada angka 48nya itu loh" Lanjut aku sambil tertawa mengejek.
      "Jahat sekali ucapanmu. Tapi yang kali ini serius deh janji." Kata Langit
      "Kamu berbicara tepat seperti itu juga minggu lalu.. " Balasku dengan sinis.
      "Yasudah aku berhenti berbicara" Kata Langit sambil menutup mulut sambil mesam-mesem berjalan menjauh menuju kelas.
      Aku yang masih sendirian di taman, memikirkan seandainya saja dia tahu bahwa aku memiliki perasaan kepadanya. Nyaliku tidak sebesar itu, aku terlalu takut jika perasaan ini hanya akan membuat kami menjauh dan menghadapi realita bahwa kami memang hanya sahabat tidak lebih. Singkatnya aku takut penolakan.

. . . .

     Ramai. Seperti malam minggu pada umumnya, kebanyakan orang akan menghabiskan waktunya bersama orang terkasih. Pandanganku refleks melihat-lihat, didepan sana ada sebuah keluarga sedang menunggu giliran mereka masuk kedalam restoran, tepat diseberangnya ada pasangan anak muda yang mengantre membeli tiket nonton sambil tangan mereka bertautan. Sungguh pemandangan yang menyesakkan. Dan aku yang sedang menunggu seseorang sejak setengah jam yang lalu.
      Hari ini atau tepat 3 bulan setelah kejadian di taman. Aku mengajak Langit untuk menonton film kesukaan kami di bioskop. Akhirnya setelah 1 jam aku menunggu, orang yang ditunggu datang juga.
      Pada malam ini juga aku memutuskan akan menyatakan perasaanku kepada Langit, yang pastinya akan membuat perubahan besar dalam kisah persahabatan kami, tapi aku tidak tahu perubahan itu akan berjalan baik atau sebaliknya.
Kami masuk ke dalam teater pertunjukan dan film dimulai. Aku tidak menyimak apa-apa, kepalaku terlalu penuh dengan membuat skenario kecil dan menerka – nerka apa yang akan terjadi kepada Langit jika aku memberitahunya, bahwa aku memiliki perasaan suka pada dirinya.          
      Gambar yang berada di depanku saat ini hanya seperti potongan-potongan adegan tanpa arti, karena pikiranku sibuk berjalan sendiri . Langit juga terlihat tidak begitu memperhatikan film sibuk dengan ponselnya, entahlah apa yang sedang ia lihat.
      Tidak tau kenapa tetapi, sejak Langit datang seperti ada sesuatu yang mengganjal dan akhirnya aku bertanya "kamu kenapa sih Langit?"tanyaku.
     "Kenapa bagaimana? Aku baik-baik saja kok" Jawab Langit singkat.
     "Daritadi kamu liatin ponsel kamu terus senyum-senyum begitu, aku takut kamu kesurupan, tapi memang banyak orang bilang bioskop ini angker hiii aku jadi ngeri" Kataku membalas.
      "HEI... ucapannya tolong dijaga, yakali aku kesurupan, nanti deh aku ceritakan diluar ya" Jawab Langit.
      "Langiitt..."panggilku.
      "Hmm?" Jawab Langit. Aku terhenti sejenak "Ada apa Awan?" Lanjut Langit.
      "Ada yang inginku sampaikan juga nanti" Balasku. Langit menjawab dengan sebuah anggukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Awan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang