Hujan tak kunjung reda sejak pukul dua belas tadi. Beberapa santriwati terlihat mengobrol santai, beberapa yang lain tertidur di kamar mereka.
“Mbak Sa, kuliah itu rasanya gimana?” tanya Almira sembari menyejajari akhwat bergamis abu-abu itu duduk di serambi.
“Ya biasa aja, kayak sekolah. Bedanya kita nggak pake seragam.”
Almira menatap Sahla dengan seksama. “Aku pengen kuliah Mbak, aku pengen jadi guru.”
“Jadi guru? Ngimpi! Ujian aja remidi terus, mau jadi guru.”
Salah satu teman Almira menyahut, sejurus kemudian kaki ahwat itu menyepak tubuh temannya yang tengah duduk tak jauh darinya.
“Ngece terus!”
Sahla mengamati pertengkaran khas teman sebaya itu. Senyum terkembang di sudut bibirnya, sesekali dia ikut menimpali ledekan teman Almira, membuat gadis itu berganti menyerangnya.
“Mbak Sa sekarang ikut-ikutan ngejek aku, ih!” gemas Almira.
“Almira! Dipanggil Bang Iyus, ditanyain soal kotak surat.”
“Oh, oke. Mbak Sa, ayo. Aku lupa loh ngasih surat yang kemarin itu. Sekarang suratnya banyak banget ya. Tiap hari loh ada aja surat pertanyaan. Padahal dulu nggak pernah ada, misal ada yang tanya ngaco. Kadang tuh kalau buka kotak, isinya bungkus permen, bungkus jajanan.”
Sahla terkekeh mendengar cerita Almira yang diamini oleh Aini dan Aufa. Keempatnya berjalan menyusuri koridor-koridor dan sesekali melompat-lompat menghindari genangan air.
“Awas lo kepleset. Aku pernah kepleset di situ, pas ada Ustadz Hafidz sama Ustadz Syam dulu. Wis Wis, koyo arep mati rasane. Isin pol. Malu.”
Tawa terdengar kembali, obrolan khas anak muda kembali terdengar.
“Wah, wah, pada mau kemana ini?”
“Eh Kang Ubay, mau ke KalMay, setor.”
“Oh kirain mau kabur lagi keluar komplek buat beli lip tint,” goda Ubay.
“Duh, Jangan ngingetin lagi dong Kang. Kapok deh kami kapok. Itu tuh kegoda sama iklan toko kosmetik yang lagi soft opeing di deket UMS tuh.”
Ubay menggelengkan kepalanya, pria berjenggot tipis itu terkekeh, tak habis pikir dengan kelakuan para santriwati terhits itu.
“Eh ada member baru? Kok aku nggak tahu?”
Triple A menoleh pada Sahla yang memang berdiri paling belakang.
“Ini Mbak Sahla,” jawab Aini.
“Kirain masih grup AAA juga. Masih cocok sih jadi santriwati. Asal nggak disuruh ngeluarin KTP aja.”
Sahla menatap jengah pada Ubay yang mulai berbicara random.
“Sayangnya Mbak Sa namanya S bukan A.”
“Namaku A juga kok, Adzkiara Sahla Malaika.”
Almira dan dua temannya membelalak girang. “Wah, Fix kita jadiin member baru deh. A4 ya.”
“Kayak ukuran kertas dong, A4, mau bikin karya ilmiah pake ukuran A4?” ejek Ubay sembari berjalan mendahului ke empat ahwat itu.
“Ayahnya namanya siapa Mbak Sa?”
“Ayahku? Ahmad Syarif.”
“Kang, apalin Kang. Adzkiara Sahla Malaika binti Ahmad Syarif. Apalin ya Kang, buat ijab besok!” teriak Almira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH GUIDE ME (TAMAT)
Romantik"Ya Allahu Ya Rabb, tuntun aku ke Jalan-Mu. Jalan lurus yang Engkau ridhoi."