P E R F E C T
1.
"Sekotak Ramen, Langit, dan Kesukaanmu"
Aku sedang duduk menyantap sekotak ramen di depan konbini sembari menatap lurus kearah langit ditemani suara jangkrik musim panas yang terdengar jelas. Kualihkan pandanganku sejenak kala merasakan seseorang duduk disebelahku, dia menyunggingkan senyum kearahku sembari meletakkan sekotak ramen di atas meja konbini ini.Suasana sekitar sepi karena malam sudah mulai menyapa. Matahari bahkan sedang dalam perjalanan kembali ke peradabannya untuk membiarkan bulan yang menggantikannya untuk sementara waktu. Aku menyuap sekali lagi ramen ini ke dalam mulutku dan mengunyahnya dengan tenang.
"Kau tenang sekali." Aku melirik kesebelahku, menemukan sosok jangkung berkulit putih ini menatapku. Ku kedikkan bahu sembari menelan ramen yang sudah ku kunyah. "Memangnya kau mau aku seperti apa? Panik dan meracau tidak jelas?" cibirku dengan sinis.
Sosok itu terkekeh. "Aku biasa melihat perempuan seperti itu." balasnya santai. Dia mulai menyantap ramen miliknya yang sudah matang. aku mendengkus dan mencoba kembali menikmati ramenku. Kenyataan bahwa kami terdampar di kota kecil salah satu prefektur di Jepang ini mungkin membuatnya berpikir aku akan bereaksi berlebihan. Sayangnya, hal seperti ini sudah sering terjadi dan aku terlalu lelah untuk mengeluarkan energiku. Lagipula kami sudah berusaha untuk menghubungi beberapa orang. Montir untuk membetulkan mobilnya dan sang manajer untuk mengabari bahwa kami tidak bisa sampai Tokyo tepat waktu.
Kalau sudah seperti itu, untuk apa aku mengeluarkan kepanikkanku? Ramenku sudah habis dan aku beranjak ke salah satu kotak sampah di dekat konbini ini, lalu kembali duduk di sebelahnya, meminum teh hijau yang kupesan tadi kepada bibi penjaga konbini. Baterai ponselku habis dan aku tidak punya pilihan lain selain diam sembari menunggu. Ekor mataku sempat melirik kearah sosok lelaki yang kukenal sebagai seorang idol Johnnys Entertainment yang sedang naik daun bernama Michieda Shunsuke ini. Dia nampak menikmati makanannya. Aku langsung mengalihkan pandangan kala dia balas melirikku karena merasa diperhatikan.
"Oh iya, katanya, kau suka beberapa talent Johnnys. Ayo cerita siapa saja." ucapnya membuatku sempat melotot kearahnya. "Tidak mau." balasku malas, melipat tanganku di depan dada dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi.
"Tidak akan kubocorkan pada siapapun, kok!" ujar Michieda, masih mencoba memaksaku bercerita. "Memangnya kau mau kita menunggu dalam keheningan seperti ini? Aku sih tidak mau!" Protesnya.
Aku mendengkus. "Aku sih tidak masalah." balasku santai. Michieda berdecak, dia meletakkan kembali kotak ramennya dan menatapku tajam. "Ayo cerita!" Aku memalingkan wajah kearah lain, menghembuskan napas. "Oke, oke! Aku cerita!" Akhirnya aku memilih menyerah karena lelaki ini cukup menyebalkan.
"Aku suka Arashi, KAT-TUN, dan...," Aku menahan ucapanku untuk sesaat, merasa ragu apakah aku perlu menyebutkan talent terakhir yang kusukai atau tidak. "dan...?" Suaranya membuyarkan lamunanku. Aku berdecak. "Naniwa Danshi."
"Heeee! Terus, dari ketiga grup itu masing-masing kamu punya member yang disukai, 'kan? Siapa aja?"
Orang ini benar-benar tidak berhenti bicara. Kupejamkan mataku sejenak dan mencoba mengatur detakan jantungku. "Di Arashi aku suka Kazunari Ninomiya-san dan Jun Matsumoto-san, lalu KAT-TUN aku suka Tatsuya Ueda-san," Aku tidak mau menyebutkan member yang kusukai dari Naniwa Danshi. Tidak pada salah satu membernya.
Kulihat Michieda nampak mengerutkan kening dan aku sedikit terkejut kala dia langsung mengarahkan tatapannya kearahku. "Kamu belum nyebutin member yang disukai dari Naniwa Danshi loh!" HARUSKAH?!
Aku menggeleng, memalingkan wajahku kearah lain. Tapi, setelah dipikir.... Kenapa aku tidak mau? Dia hanya menanyai member yang paling kusukai, yang paling kudukung di grup itu. Tidak ada yang salah seharusnya. Tapi kenapa intuisi ku berkata kalau aku tidak seharusnya mengatakannya?
"Siapa kalo di Naniwa Danshi?" Michieda mengulangi pertanyaannya, masih bersikeras, dia terlihat sangat penasaran dengan jawabanku. Ya Tuhan... Apa-apaan ini...
"Aku suka Michieda Shunsuke dan Daigo Nishihata."
"Heee.... Syukurlah kamu menyukaiku~... Jaa, Mau jadi pacarku?"
"HAH?!" Bicara apa orang ini?!
Suara klakson dikejauhan membuat percakapan itu terbang begitu saja ke langit malam, bahkan tidak sempat untuk ditangkap oleh siapapun. Aku, Michieda ataupun langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] • P e r f e c t •
FanfictionKisah cinta di dunia hiburan memang tidak selalu berjalan mulus. Dia mungkin bukan lelaki yang bisa kukenalkan pada ibu dan ayahku. Bukan lelaki yang bisa leluasa membuat janji temu dengan kesayangannya tanpa takut dilihat orang-orang. Michieda Shu...